1. Seleksi Pelayan

210 27 3
                                    

Di bumi bagian utara nan jauh sekali letaknya dari peradaban manusia, berdiri sebuah mansion mewah yang kokoh dan sangat luas memenuhi pulau. Keluarga Asseloúra merupakan pemilik abadi dari tanah serta penduduk sekitar mengenalnya sebagai Mansion Asseloúra. Kekayaan mereka sudah terdengar di seluruh bagian dunia. Beberapa jenis kuda mahal dipelihara disini. Dari yang digunakan sebagai perang, hingga menjadi hewan peliharaan untuk mengisi tanah lapang mansion.

Kereta kuda berjejer rapih di sekitar mansion. Koleksi bunga langka kesukaan istri pemilik mansion juga ada disini. Rumah kaca yang penuh dengan kupu-kupu hasil kembang biak sendiri adalah tempat yang paling dilarang untuk orang sembarangan masuk kesana. Itu adalah tempat favorit tuan putri dan ibunya.

Anak semata wayang keturunan ke-13 Asseloúra bernama Mutiara Azzahra. Ia seorang putri yang cantik dan pendiam. Menghabiskan waktunya berada di dalam kamar untuk merajut dan melukis. Merupakan kehidupan yang sangat diidam-idamkan banyak orang.

Hari ini adalah seleksi pemilihan pelayan besar-besaran. Siapa sangka Tuan Nodrick dan Nyonya Kataria membuka sayembara dengan total 100 pelayan yang di pilih memiliki keahlian khusus, terampil, dan mampu menerima tekanan seberat apapun.

Semua orang berbondong-bondong menerobos pagar mansion yang letaknya sangatlah jauh dengan jarak tempat mansion itu sendiri. Ramai riuh mereka berceloteh memasang wajah ria yang tidak sabar untuk segera mengikuti acara pemilihan ini. Semuanya di intruksi untuk berbaris rapih dan memprioritaskan wanita berada pada bagian depan. Jika di lihat dengan kasat mata lewat jendela mansion di lantai paling atas, seperti banyak ribuan semut sedang bergerak.

Di tengah keramaian yang berisik itu, nampak seorang gadis dengan pakaian lusuh dan bekas sentuhan oli yang ada di setiap sudut wajahnya. Ia kebetulan berada di bagian paling depan, merasa gugup karena tidak mempersiapkan apapun. Bahkan yang lainnya membawa selebaran sayembara, tetapi ia tidak memilikinya sendiri.

Wajah kalutnya menarik perhatian Nyonya Kataria yang sedari tadi hanya meletakan tangan di belakang penggungnya. Ia tersenyum lalu melangkah menemui gadis itu.

Nyonya Kataria mengangkat dagu perempuan berbusana kotor tersebut menggunakan telunjuknya, "Siapa namamu, hm?".

Sedikit panik, namun perempuan tersebut mencoba bersikap tenang.

"Jessica Chandra.. nyonya"

Jawabnya dengan malu-malu. Percakapan itu menangkap banyak pasang mata untuk memperhatikannya. Semua orang berbisik dan membicarakan betapa beruntungnya bisa berbincang langsung dengan Nyonya Kataria.

Namun, tak lama senyuman tulus Nyonya Kataria menghilang dan berubah menjadi sedikit menyeringai. Wanita paruh baya itu, kembali meletakan tangan di belakang tubuhnya dan mencoba memberikan ekspresi wajah yang ramah kepada semua orang.

"Apa alasanmu ingin menjadi pelayan di mansionku?"

Tanya Nyonya Kataria secara spontan.

Gadis lusuh itu menelan ludah, sangat kesusahan untuk menjawab. Membalas tatapan wanita yang ada di depannya saja, ia tak mampu. Tetapi, ia menghindar untuk menundukkan kepalanya. Ia tetap tegak dan memandang lurus, meski menahan kakinya yang gemetar dan hampir roboh tersebut.

"Membayar hutang keluarga saya, nyonya"

Jawaban itu langsung menjadikan bisikan orang-orang disekitarnya menjadi ricuh dengan suara yang meninggi. Siapapun yang mencoba mengikuti sayembara tersebut harus dari kalangan yang mampu, karena keluarga Asseloúra terkenal sangat teliti dalam hal menyeleksi pelayannya. Sangat menguntungkan jika terlahir sebagai wanita yang cantik, berkulit bersih, berada di lingkungan teratas yang sangat mudah untuk di terima. Karena paradigma yang sering terjadi ialah, apabila ia terawat maka ia terampil.

"Karena terlihat cantik dan ku rasa aku bisa mempercayaimu, kamu bisa langsung masuk dan minta pakaian baru ke kepala pelayan. Ke mansion sekarang"

Ucapan itu tentu saja membuat semuanya gaduh dan merasa sedikit tidak terima dengan cara seleksi dari Nyonya Kataria. Gadis yang bisa di panggil Jessi itu senang bukan kepalang. Ia langsung berlari memasuki mansion dengan hati riang. Padahal awalnya ia sudah tidak percaya diri karena nampak paling buruk sendiri.

Ketika Jessi memasuki mansion tersebut untuk pertama kalinya, ia melihat banyak sekali patung yang besar dan tinggi menyambutnya. Ia di buat terkesan oleh pemandangan itu.

Saat memasuki lebih dalam lagi, ia bisa melihat ada wanita dengan rambut khas pelayan Asseloúra yang berkepang dan menggelung di sekitar kepala. Ia yakin itu pasti kepala pelayan yang di bicarakan oleh Nyonya Kataria sebelumnya. Wanita itu mengerutkan dahinya sebentar karena agak heran melihat Jessi yang dapat masuk dengan busana seperti itu.

"Maaf, perkenalkan saya Jessi. Pelayan baru yang langsung di terima oleh nyonya hari ini", dengan sopan Jessi merendahkan lututnya setelah selesai berbicara.

Sang kepala pelayan tersebut mencoba mengerti dan ia mengangguk tanpa memberikan tatapan intimidasi lagi.

"Ini. Kau pasti adalah orang yang di bicarakan nyonya akhir-akhir ini"

Tak mengerti maksud kepala pelayan tersebut, Jessi malah salah fokus pada seorang gadis dengan tatapan dinginnya sedang lewat. Membiarkan rambutnya tergerai dan di hembus berantakan oleh angin. Tidak sengaja, mereka saling bertatapan. Jessi mengagumi tatapan menusuk dari gadis cantik tersebut tanpa berkedip sedetik pun.

"Sepertinya aku menemukan kupu-kupu kesukaan bunga Noúfara"

Bersambung...

Ethereal AsseloúraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang