OO1 : Giovanny

10 2 0
                                    

[POV : Writer]


Jeva terlelap. Ini pukul 09.00 WIB. Dia harus menata bajunya ke lemari. Ia juga harus mulai membeli banyak perlengkapan, seperti skincare, buku-buku, dan baju.

Dia tidak memiliki banyak pakaian, karena yang ia bawa hanya beberapa dari Jakarta. Sisanya ia tinggal disana. Tidak mau repot membawa banyak baju.

Ia membuka aplikasi belanja online dan memesan banyak barang yang ia perlukan.

Gadis itu lantas membuka aplikasi hijau. Mencari nama sahabat lamanya. Giovanny Effendy, yang lebih kerap dipanggil Vanny olehnya.

Vanny.

| J : Gw udh sampe dari tdi subuh van. Mau ketemu kapan? |
(09.06)

| G : Hah? Demi????? Kita ketemu sekarang dong! |
(09.07)

| J : Jgn, jam 11 nnti aja |
(09.07)

| G : Oek |
(09.07)

| G : Oke, anj typo|
(09.08)

Jeva kemudian merapikan pakaiannya yang ada dalam koper. Ia memindahkan semua barangnya ke lemari, meja dengan telaten.

Ia menghembuskan napas panjang, lalu berjalan ke luar rumah. Duduk di kursi depan rumahnya. Merasakan hangatnya matahari dan sejuknya udara pagi.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mandi. Jangan salah, setelah selesai mandi ia tidak langsung bersiap untuk menemui Giovanny, namun kembali rebahan di kasur.

"Masih jam 10.40. Ntar aja deh siap siapnya." Jeva itu sedikit pemalas. Entah sih, kadang terlalu rajin, kadang terlalu malas. Niatnya itu setengah setengah.

Dia kembali membuka layar hp, lalu memainkan game.

Sekitar setengah jam sejak ia bermain game, ada telepon masuk dan posisinya dalam game hampir membunuh musuh.

"i'm the biggest it, i'm the biggest it, on this stage"~~

Nada deringnya bunyi, lalu gadis itu merapatkan alisnya. Kesal.

"You have been slain."

Ia buru-buru menjawab panggilan itu. Dengan nada kesal.

"Gue lagi main sialan, jadi mati!!!"

"INI UDAH MAU SETENGAH JAM GUE NUNGGU, LO NGAPAIN AJA MONYET?!"

"hah?"

Jeva langsung membanting smartphone-nya ke kasur. Lalu bergegas siap-siap.

"Anjir gue lupa.. plis plis plis udah jam berapa ini, duh." Gadis itu buru-buru mengenakan pakaian asal lalu menyisir rambut.

Ia berlari setelah membawa hp dan tasnya keluar rumah. Mengunjungi sebuah caffe dekat rumah untuk bertemu sang sahabat.

"JEPAAAA!!!" Gio sedikit berteriak, memanggil temannya.

Jeva tersenyum, berjalan mendekati Gio, lalu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh sang sahabat.

Bug

"akh-!"

Belum sempat memeluk, Giovan mendepak kepala Jeva. Lalu menatapnya horror.

"Lo apa apaan ya?" Gio kesal. Ia tidak suka dibuat menunggu. Dan Jeva membuatnya menunggu hampir setengah jam. Sialan.

"Maaf, tadi gue lup-"

Gio memeluk sahabatnya. Menyampaikan rasa rindu sekaligus kesal. Ia mengomel panjang, membuat Jeva pusing. Padahal gadis itu sedang tidak mood dimarahi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAJEVA & BANDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang