Penyekapan

676 63 9
                                    

Xiao Zhan seorang polisi muda dengan karir menjanjikan, ditugaskan untuk membongkar sindikat penjualan senjata ilegal yang berhasil dibawa masuk oleh salah satu importir dan seorang pengusaha terkenal.

Dia diam-diam menyamar menjadi seorang pembeli dan berakhir tak sadarkan diri dan terbangun di sebuah ruang gudang penyimpanan.

"Di mana aku?" Kepalanya pusing dan tubuhnya dingin karena tiduran di lantai berdebu, entah sudah berapa lama dia berada di sana, perlahan dia bangkit dan teringat sesuatu.

"Ah, pistolku!"

Zhan langsung memeriksa pistol dan ponsel miliknya yang dia bawa, seperti dugaannya, semua telah raib. Dia masih beruntung saat melihat dirinya dalam keadaan baik-baik saja, banyak kabar yang beredar jika seorang polisi tertangkap oleh kelompok mafia, jangan harap bisa kembali dalam keadaan utuh.

Zhan membuang napasnya kasar, apa yang dia pikirkan, nasibnya tak jauh lebih beruntung dari rekannya terdahulu saat ini, dirinya masih terperangkap di sini. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan dirinya.

Sebagai seorang polisi instingnya bekerja, dia segera bangkit menyisir sekitarnya dan mengambil sebuah kayu yang tergeletak di lantai---sekiranya bisa dia manfaatkan sebagai perlindungan diri saat para tersangka itu datang. Dia harus benar-benar mempersiapkan sebelum hal tidak diinginkan terjadi.

Ruangan penyimpanan atau gudang dengan tinggi sekitar 10 meter itu dipenuhi peti kemas terbuat dari kayu yang tertutup rapat, sepertinya barang-barang siap untuk dikirim. Ruangan itu bisa dibilang cukup besar dan rapi menandakan jika ruangan ini masihlah digunakan walau jarang dikunjungi, terlihat dari lapisan debu yang tampak menutupi sebagian besar barang di sana.

Clang!

Terdengar suara dari balik kotak besar yang tersusun rapi di belakangnya. Sepertinya ada sesuatu yang menabrak besi hingga menghasilkan suara.

Zhan berjalan perlahan menyusuri lorong-lorong yang tercipta di antara susunan kotak-kotak raksasa di kanan dan kirinya itu. Entah kenapa instingnya mengatakan dia tak sendiri di rungan besar ini.

Menggenggam erat kayu di tangannya, Zhan dalam mode siaga. Telinganya mendengarkan dengan awas pergerakan halus yang terjadi di sudut ruangan itu.

Satu belokan lagi, Zhan akan tiba di sumber suara, mengangkat tinggi kayu di tangannya siap untuk memukul.

"Ja-jangan pukul aku! Aku mohon!"
Seorang pemuda berkacamata dengan rambut jatuh menutupi sebagian wajahnya berteriak sambil melindungi kepalanya setelah melihat Zhan.

Zhan spontan menghentikan tindakannya. Sebagai seorang polisi nalurinya untuk melindungi bukan untuk menyakiti.

"Ah, siapa kamu, apa kamu baik-baik saja?" tanya Zhan mendekat dengan hati-hati.

Lelaki itu mengangkat wajahnya takut-takut. Terdapat luka lebam di sekitar mata lelaki tersebut. Zhan memperhatikannya dengan saksama, ternyata lelaki di hadapannya itu masih terlihat muda, sepertinya di awal 20 tahunan.

Zhan spontan mendekat dan menanyakan keadaannya. "Apa ada lagi yang terluka?"

Pemuda yang ditanya Zhan itu tak bersuara dia hanya menatap Zhan waspada. Hal seperti ini wajar, mengingat seringnya Zhan mendapati perlakuan seperti ini dari para korban penyekapan/penculikan yang mengalami trauma setelah diselamatkan. Namun, kini, keadaannya mereka sama-sama sebagai korban penyekapan sekarang.

Zhan semakin mendekat dan mendapati kacamata pemuda itu retak. "Apa kau tidak dapat melihat jelas jika tidak memakai kacamata? Aku khawatir pecahan kaca akan melukai matamu jika kau tetap memakainya."

SEX OR DIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang