1

10K 954 86
                                    

Hai... yuk, ketemu dengan cerita baru lagi. Kali ini tentang Jemima dan Dokter Chandra. Seri dokter yang terakhir. 

Semoga kalian suka. Jangan lupa tombol bintang dan di-save ya di library kalian.

SALAM 

***

Tersesat adalah kata yang paling dibenci oleh Jemima. Terlebih malam ini hujan turun lebat. Dan yang lebih memalukan adalah, terjadi di negara sendiri, yakni tempat kelahirannya. Merasa sudah mengikuti petunjuk Map sejak tadi, tetapi sepertinya semakin jauh dari tujuan. Gila saja, Hampir satu jam hanya berputar di tempat yang sama. Mana sepi dan tidak ada warung yang buka karena sudah hampir tengah malam. Di sekitar hanya ada lampu teras warga. Itu pun berjauhan. Perempuan cantik itu menurunkan kecepatan kendaraan sambil berusaha menatap layar ponsel yang sinyalnya timbul tenggelam. Mau ke mana mencari bantuan? Pandangannya menjadi tidak fokus, antara menatap jalan dan map. Tiba-tiba terdengar suara,

Brak!

Jemima tersentak. Ada apa ini? Ban mobil seolah terhalang sesuatu. Ya, Tuhan! Apa yang terjadi? Panik! Mana sedang menyetir sendiri. Kenapa juga tadi tidak mendengarkan Papi? Baru kali ini menyetir di Indonesia. Buru-buru gadis itu turun. Jantungnya langsung berdegup kencang saat melihat seorang anak kecil terkapar di depan mobil. Berapa kecepatannya tadi? Kenapa tidak melihat ada anak kecil menyeberang? Apa karena terlalu sibuk dengan layar? Dengan hati-hati ia mendekat kemudian meletakkan jemari di bawah hidung sang korban. Anak itu masih bernafas.

Kepalanya seolah memberi perintah agar segera mengangkat anak kecil tersebut sebelum ada yang tahu. Ya, benar, kalau ketahuan orang bisa bahaya! Ini Indonesia. Beruntung ia sering ke gym. Sehingga tidak terlalu sulit mengangkat anak laki-laki kurus yang tengah mengerang kesakitan. Jemima memasukkan ke jok belakang. Apa di sini tidak ada orang? Tubuhnya bergidik, Anak kecil itu benar-benar manusia, 'kan? Semoga! Selesai memasukkan ke dalam mobil, pikirannya kembali berputar. Ke mana setelah ini? Ke rumah sakit! Orang mungkin akan bertanya tentang kejadian sebenarnya. Bagaimana kalau nanti anak ini sadar? Apakah akan berteriak bahwa ia telah ditabrak? Kepala Jemima seketika dipenuhi pikiran buruk.

Hari ini untuk pertama kali ia menyetir sendiri keluar Jakarta. Tadi tersesat dan sekarang malah menabrak orang pula. Semoga anak ini tidak meninggal. Kalau sampai terjadi, habislah riwayatnya. Mami sendiri yang akan mencabut SIM-nya. Padahal sebelum berangkat Papi sudah mengingatkan untuk membawa sopir. Kenapa ia keras kepala dan melanggar aturan? Matanya menatap ke kanan dan ke kiri jalan. Salahkan Vita sahabatnya yang merayakan ulang tahun di vila yang terletak di pelosok. Sepanjang jalan jantungnya berdebar kencang. Hingga kemudian dari jauh matanya melihat sebuah papan nama yang diterangi lampu neon.

KLINIK CAMANI BADI

Sejenak Jemima merasa bersyukur, setidaknya ada sebuah rumah sakit di daerah ini. Semoga masih buka. Pelan, kendaraannya memasuki halaman. Seorang perempuan mengenakan piyama tampak menutup bagian depan yang terbuat dari papan. Meski begitu ada beberapa orang yang berbaring berselimutkan kain sarung.

Apa ini klinik alternatif?

Kenapa orang-orang tidur di situ?

Apa tidak salah tempat?

Mengabaikan pertanyaan yang muncul, buru-buru Jemima turun dan mendekati perempuan yang sepertinya tengah menunggu.

"Malam Mbak, apa ada dokter?"

"Ada, siapa yang sakit?"

"Saya tadi menemukan anak kecil di pinggir jalan." jawabnya takut.

"Ya, dibawa turun Mbak." Perintah perempuan itu sambil membangunkan orang-orang yang tidur.

KALAU MASIH, CINTA KEJAR SAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang