4

1.8K 531 19
                                    

Selesai bertemu dengan Dokter Ettore dan Akandra, Chandra langsung menuju klinik. Seharian kemarin tidak bisa ke mana-mana karena menghadiri acara pertunangan sepupunya Pierre. Seperti biasa klinik cukup ramai pada pagi menjelang siang. Suster Pur bergegas mengiringi langkahnya memasuki ruangan.

"Ada pengacara datang kemarin, Dok. Katanya mau bicara tentang kecelakaan malam itu."

"Utusan siapa?"

"Keluarga Mbak Jemima. Saya bilang Dokter sedang ada acara keluarga, jadi nggak masuk. Katanya siang ini mau datang lagi. Ada masalah, Dok?"

Chandra hanya mengangkat bahu. "Mungkin mau bicara tentang kejadian tabrakan dua hari lalu. Apa kemarin Ariel dan ibunya datang untuk rontgen?"

"Datang, Dok."

"Mereka sempat bertemu?"

"Tidak."

"Nanti biar saya yang urus. Apa pengacaranya menitipkan sesuatu?"

"Tidak, Dok. Cuma bertanya di mana rumah Ariel. Saya bilang kalau Ariel dan ibunya sedang ke SH. Katanya mau langsung ke sana."

"Bagaimana keadaan Ariel?"

"Hasil rontgen semua sudah ada di meja dokter."

"Apa Dokter Arumi datang?"

"Ada, di ruang sebelah Dok."

"Katakan nanti saya mau bicara."

"Baik Dok."

"Okay, panggilkan pasien pertama. Setelah selesai nanti saya akan mengunjungi Ariel. Tolong keluarkan sembako seperti biasa."

Suster Pur mengangguk lalu meninggalkan ruangan. Perempuan berusia 32 tahun itu memanggil pasien pertama.

***

Mengendarai mobil, menjelang sore Chandra tiba di tempat tinggal Ariel sambil membawa sekantong beras dan bahan makanan pokok lain. Wajahnya terlihat muram. Pria itu masuk ke dalam rumah yang sudah diingat dengan baik. Di dalam, tampak Irawati, ibu Ariel tengah mengompres dahi putranya.

"Dokter sudah datang?" sapa perempuan itu dengan sopan.

"Sudah, ini saya bawakan beras dan makanan. Sudah masak?"

Perempuan itu mengangguk. "Sudah Dok, terima kasih."

Chandra segera melihat kaki Ariel yang bengkak kemudian mengembuskan nafas berat. "Kenapa kemarin menolak untuk dirawat? Ariel harus mendapatkan perawatan intensif."

Sang ibu hanya diam menunduk.

"Kamu baru di sini?" tanya Chandra pada perempuan muda itu.

"Sudah tiga bulan Dok."

"Sebelumnya tinggal di mana?"

"Dekat Bantar Gebang."

Kembali Chandra mengembuskan nafas kasar.

"Hasil rontgen Ariel menunjukkan ada retak pada tulang kaki. Dia harus dirawat di rumah sakit agar bisa cepat sembuh."

Sang ibu hanya diam.

"Kenapa kemarin menolak?"

"Katanya biaya pengobatan Ariel tidak boleh disatukan dengan klinik Dok. Harus bayar sendiri, uangnya sudah dipakai buat biaya rontgen dan ambil obat."

Chandra memahami apa yang sedang dipikirkan Ira.

"Kemarin pihak pengacara Jemima datang. Kalian ketemu?"

"Tidak, kami sedang berobat."

"Hari ini belum datang?"

Perempuan bertubuh kurus itu menggeleng.

KALAU MASIH, CINTA KEJAR SAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang