Prolog

362 68 13
                                    

Tanggal 2 Juni 1944, hari itu langit begitu cerah. Orang-orang yang tinggal di Pulau Miyako atau yang biasa orang sebut Miyako-jima itu terasa damai dan siap memulai harinya.

Petani tebu mulai bersiap berangkat ke ladang, nelayan yang kemarin malam pergi pun mulai datang membawa tangkapannya. Para wanita mengurusi anak dan rumah, para gadis pun ikut membantu sang ibu.

Para pemuda? Mereka terlihat sangat sedikit dari jumlah aslinya. Para pemuda itu direkrut oleh kekaisaran Jepang untuk ikut berperang. Yang tersisa hanyalah orang-orang tua, pemuda yang tak masuk kualifikasi karena sakit atau masalah pada fisik mereka.

Hingga kemudian suara keras dari arah pesisir pantai membuat penduduk pulau menghentikan sejenak kegiatan mereka.

Bom kah? Itulah pikir mereka panik, mengingat perang masih begitu aktifnya di dataran Jepang.

"HIKOUKI!!!" teriak seorang laki-laki paruh baya dengan ikan besar di tangannya. Ada pesawat.

"Pesawat jatuh!!" Begitu ramai seruan itu terdengar dan pemuda dan orang-orang pun mulai mendatangi ke arah suara keras tadi.

Nelayan yang berada tak jauh dari posisi pesawat sudah berada di lokasi. Bagian pesawat tempur yang tak tau milik Jepang atau lawan mereka terlihat sudah terbakar, kepingan badan pesawat juga terlihat mengambang di air laut.

"Kento-san sepertinya tubuh pilot masih baik-baik saja" ucap seorang nelayan mulai berlari ke arah badan pesawat yang masih terlihat utuh tersebut.

Nelayan tersebut menarik tubuh yang sudah bersimbah darah namun masih terlihat utuh. Keajaiban pun dirasakan nelayan terbuat saat menyentuh denyut nadi sang pilot. "Dia masih hidup...." Gumamnya sendiri.

"Panggilan Hizashi-sama!!!" Teriaknya pada Kento- nelayan lain. "Pilotnya masih hidup!!!"

Dengan teriakan tersebut mulai banyak orang-orang mendatangi sang nelayan, membantu mengeluarkan sang pilot dari reruntuhan.

Walaupun masih bernafas, keadaan lelaki yang terlihat masih muda itu cukup buruk, lengan robek, luka kaki yang terbuka lebar. Darah berceceran menodai pasir pantai yang begitu bersih, tubuh pilot itu mereka rebahkan di atas gerobak warga, menunggu sang dokter pulau mereka.

Tak butuh waktu lama, lelaki dengan rambut panjang berwarna coklat dengan yukata biru terang berlari bersama Kento.

Nelayan yang menemukan sang pilot bernafas lega dan membungkuk pada Hizashi, satu-satu dokter di Pulau Miyako itu.

Tangan telaten Hizashi mencek tubuh pilot muda itu, luka luar memang cukup parah, dan ada indikasi keretakan pada tulang rusuknya, pilot muda itu pun tidak sadarkan diri. Namun beruntungnya organ vital lelaki tersebut tak sampai rusak karena patahnya tulang rusuk.

"Bawa dia sekarang ke rumah ku" ucap Hizashi mantap.

Para warga pun mulai mendorong gerobak ke arah rumah Hyuuga, menuju rumah besar milik keluarga Hyuuga yang begitu terkenal dan disegani di Pulau Miyako.

Di depan gerbang pintu masuk rumah Hyuuga, sudah berdiri gadis muda dengan rambut panjang berwarna gelap kebiruan. Menatap khawatir pada seseorang yang tengah tergeletak tak sadarkan diri di dalam gerobak warga.

"Hinata, bisa bantu paman mengurus dia?" Hizashi menepuk pundak gadis bernama Hinata tersebut.

"Bisa paman!"

"Bagus, sekarang panggilkan Kou, kita perlu membersihkan darahnya dan menjahit lukanya."

Gadis itu menangguk mantap, berlari kecil ke dalam rumah untuk memanggil anggota keluarga Hyuuga lainnya.

- tbc -

Author's note:

Lagi tes ombak
Jujur aku sangat baru dalam tema peperangan gini dhshwhw semoga nanti bisa nggak melenceng dari research ku yaaah isi2nya

Doakan juga story ini lancarrrr carrrr carrr nggak ada ide macet
Kemungkinan juga ini nggak long story yaah, meminimalisir ide yg stuck kaya story lain 😅😅

Btw semoga suka, seperti biasa silahkan komen dan vote kalau kalian suka 💕
See you at chapter 1

Love is in The Air • Sasuhina [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang