Chapter III: Small Talk

159 41 4
                                    

"Kau datang terlambat" Uchiha Sasuke merengut dan berucap dengan nada ketus. Hinata yang memegang nampan hanya menghela nafas dalam.

Pelayan Hyuuga tadi bilang kalau Uchiha Sasuke merajuk, tak ingin memakan sup herbalnya.

"Ada nelayan yang terluka berat tadi, aku membantu paman menanganinya." jelas Hinata yang baru saja duduk di samping Sasuke. "Chiori-san bilang kau tidak menyentuh ramuan herbalnya, ada apa? Bukankah supnya terlihat seperti biasa?"

Sasuke hanya diam, tak ingin menjawab perkataan Hinata. Gadis itu pun juga akhirnya tak banyak mempertanyakan perilaku Uchiha Sasuke. Hinata paham kalau orang sakit memang sedikit lebih manja ataupun cerewet dari biasanya.

"Aku bosan" ucap Sasuke tiba-tiba.

Hinata menatap lelaki di depannya itu dan menoleh ke arah jendela. Tentu saja ia bosan, hiburan hari-hari Uchiha Sasuke hanyalah jendela yang terbuka lebar di pagi sampai sore hari itu. Tak banyak pemandangan ataupun kegiatan lain yang bisa ia lakukan.

"Apa yang biasa Anda lakukan saat waktu luang?" Tanya Hinata.

"Hmmm" lelaki itu terlihat berpikir, mengingat sesuatu yang rasanya sudah sangat lama, padahal kalau dihitung jari Sasuke baru di pulau ini selama 7 hari. "Aku... Tidak tau, aku selalu berlatih, dan kemudian belajar."

Hinata tersenyum tipis, "Terdengar sedikit melelahkan."

"Tentu saja itu melelahkan..." Suara sang pasien terdengar sedikit berbeda, nada angkuh dan tak pedulinya terdengar hilang, yang ada hanya nada lelah dan lemah seorang lelaki biasa.

Hinata pun baru menyadari, hampir setiap hari ia mendatangi Uchiha Sasuke sejak lelaki itu siuman tapi tak banyak hal mengenai lelaki itu yang Hinata tau. Mereka hanya mengobrol tentang keadaan lelaki itu, kapan Sasuke bisa berdiri, kapan kemungkinan ia bisa sembuh total.

Tapi tidak pernah kehidupan dirinya sebelum kejadian pesawat itu jatuh dan membuat Sasuke terdampar di Miyako-jiman.

"Umm..seperti apa orang tua Anda, Uchiha-sama?" tanya Hinata lirih dan penuh hati-hati.

"Ibu ku orang yang luar biasa, dia sangat perhatian, walaupun sering mengomeli ku, ibu ku orang yang sangat lembut."

Hinata tersenyum tipis, "Aku terdengar seperti ibu yang sempurna."

"Tentu saja"

Hinata bisa melihat binar di mata legam lelaki itu, terlihat sekali kalau Uchiha Sasuke sangat mencintai ibunya, dan mungkin ia tengah merindukan ibunya sekarang.

"Bagaimana kalau kau menulis surat untuk ibu Anda, Uchiha-sama?"

"Aku belum bisa memegang pena lama."

"Aku bisa menuliskan suratnya untuk Anda... Itupun kalau Anda membolehkan."

Sasuke terdiam sebentar, menimbang apakah ia harus menolak atau menerima tawaran gadis di depannya itu.

"Divisi ku sudah habis tak tersisa, teman-teman ku tidak ada yang selamat dari serangan udara itu."

"Eh?" Hinata menatap Uchiha Sasuke heran, kali ini ia bercerita tentang temannya, hal itu sangatlah jarang.

"Selama ini aku berpikir, apakah aku seorang pengecut karena selamat dari serangan itu? Yang ku tau teman-teman ku pasti akan dilihat sebagai tentara yang gugur dengan kehormatannya."

Hinata tak sadar menunduk kan pandangannya, wait wajah lelaki di depannya berubah sendu. Hinata merasa ia tak boleh melihat wajah lelaki yang tengah "lemah" itu.

"Aku rasa mati karena serangan itu lebih baik, ayah ku akan bangga jika anaknya mati karena membela kekaisaran-"

"I-itu!" Seru Hinata tiba-tiba, gadis itu menutup mulutnya saat Uchiha Sasuke menatapnya lekat. "I-itu.. tidak benar Uchiha-sama...tidak ada orang tua yang berpikir anak mereka lebih baik mati daripada selamat dalam serangan perang."

Sasuke mendengus kecil, seakan menertawakan ucapan positif dari bibir sang putri Hyuuga. "Ayah ku akan senang dengan hal itu."

"Tapi... Ibu Anda pasti menantikan kabar Anda, Uchiha-sama, ibu Anda pasti akan dengan senang mengetahui bahwa putra kebanggaannya masih bernafas dan bisa menghirup udara dengan baik."

"Ah.. ya, ibu ku pasti sangat senang...." Bisik Sasuke.

"Uchiha-sama, jika ada banyak orang yang membenci Anda karena Anda selamat dan kabur dari serangan itu, tapi Anda juga memiliki orang yang sangat menyayangi Anda dan juga berharap bahwa Anda masih bernafas, jadi....tolong jangan pernah berpikir kalau sekarang Anda menjadi seorang pengecut."

"Wajah mu memerah, apa kau ingin menangis?" goda Sasuke. Hinata yang menyadari hal tersebut menunduk malu, ia memang cepat terbawa suasana.

"Maaf" gumamnya.

"Tidak perlu meminta maaf, perkataan mu memang benar. Aku tidak seharusnya malu bisa selamat dari serangan itu...." Hinata tersenyum tipis, "Kalau begitu jangan pernah membantah kalau saya meminta Anda untuk menghabiskan ramuan herbalnya."

Sasuke merasa lega, sesuatu yang mengganjal di hatinya akhirnya dapat ia keluarkan. Hal terakhir yang Sasuke ingat saat pesawat miliknya jatuh adalah suara teman-temannya di sambungan radio.

'Sasuke... Kalau pun aku mati sekarang, aku bangga menjadi anak buah mu'

'Kapten Uchiha Sasuke, saya memang membenci Anda karena latihan yang begitu keras, tapi terimakasih karena sudah menuntun kami menjadi prajurit yang kuat'

'Kapten Uchiha Sasuke, saya mencintai pesawat saya, mungkin tidak buruk mati bersamanya'

"Sasuke.... Sudah cukup dengan panggilan Uchiha-sama itu, sedikit menggelikan."

"Maaf, Sasuke...san"

Lelaki di depan Hinata tersenyum kecil, "Itu lebih baik..."

Senyum Hinata merekah, seperti paham bahwa Sasuke sekarang merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Sasuke-san, apa Anda suka layang-layang?"

"Hn? Yah tidak buruk kurasa..."

"Kalau begitu bulan depan kalau kaki Anda sudah bisa berdiri dja berjalan dengan baik, kita bisa bermain layang-layang di festival layangan musim panas nanti."

"Festival layangan?"

Hinata mengangguk semangat, "Orang-orang di pulau akan membuat layangan mereka sendiri, lalu nanti akan ada hari dimana kita bisa menerbangkan layangan kita secara bersamaan. Biasanya penerbangan layangan itu akan dilakukan 3 hari dari pagi sampai sore..."

"Kau menyukai festival itu?"

"Saya menyukai semua festival, kita bisa berkumpul bersama orang-orang dan merayakan bersama, Anda harus ikut Sasuke-san"

"Kalau itu mau mu, aku bisa apa?"

Percakapan mereka tak bertahan lama, ramuan herbal yang Hinata bawa habis, dan Sasuke harus beristirahat kembali sampai nanti makan malam dibawakan, dan Kou akan membantu Sasuke membersihkan tubuhnya.

Rutinitas itu akan terus berulang sampai Sasuke bisa menggerakkan tangan dan kakinya sendiri tanpa perlu banyak bantuan. Penyembuhan jahitannya mungkin tidak terlalu lama, semua itu juga berkat obat oles yang dibuat oleh Hinata, tapi Sasuke juga tetap harus berhati-hati dalam melakukan gerakan, penyembuhan cidera tulang rusuknya mungkin akan membutuhkan waktu 1 bulan.

- t b c -

Author's note:

Next chapter Sasuke mulai bisa gerak sendiri huehuehehe nggk sabar Sasuke bisa pegangan tangan, skinship sama Hinata (?)

Terimakasih yang sudah vote dan komen yaa, seperti biasa semoga nggak bikin bosan karena alur yang lambat ini.

Next mungkin agak ku time skip ke perkembangan fisik Sasuke yang lebih pesat. Yang ditunggu-tunggu kan momen sasuhina nya 🥺

See you next chapter 💕

Love is in The Air • Sasuhina [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang