Hi, semua. Kembali lagi dengan saya Human Pecinta Roti Bakar, hehe...
Ini cerita keduaku, bantu support aku ya guys, dan sebelum membaca budayakan follow dan vote terlebih dahulu, hehe oky makasih gess.
Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan alur cerita mohon maaf sebesar-besarnya, karena ini semua murni hasil pemikiran saya!
Happy Reading 🌷
✲꘏ ꘏ ꘏ ꘏✲
Kehangatan keluarga, adalah sebuah impian yang ingin aku capai
Ingin kurasakan walau hanya sebentar
Namun, kini kusadari
Itu hanya sebuah mimpi, yang tak akan pernah bisa aku gapai.–Ayara Lovania Anderson
✲꘏ ꘏ ꘏ ꘏✲
Dinuansa bangunan Rumah yang sangat mewah, tepatnya di ruang tamu, seorang perempuan tengah menangis, merasakan sakit dan perihnya fisik dan batin secara bersamaan yang diperbuat oleh keluarganya sendiri.
"DASAR ANAK GAK TAU DIRI, BISANYA CUMAN BIKIN MALU KELUARGA!!" Teriak Pria paruh baya yang tak lain adalah ayah kandung dari Ayara yaitu William.
"KENAPA KAMU SELALU BIKIN MALU SAYA, HAH! KENAPA?" Teriaknya lagi sembari mencambuk punggung Ayara yang tengah tertunduk lemas di lantai, merasakan betapa sakit dan perih punggungnya saat ini.
"Arghh ,,,, a-ayah sakit hikss" Ucap ayara yang sudah tidak bisa ditahan lagi rasa sakitnya.
"LIAT KAKAK KAMU, CLARA SELALU MEMBUAT SAYA BANGGA, TIDAK SEPERTI KAMU, YANG HANYA SELALU MEMBUAT
SAYA MALU DAN MALU, SAYA SANGAT MENYESAL KARENA MEMPUNYAI ANAK SEPERTI KAMU! SAYA BENAR-BENAR SANGAT MENYESAL!!" Teriak William.Serasa ditusuk ribuan jarum. Hatinya sangat sakit ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh sang ayah. Bukan hanya fisiknya saja yang hancur, tapi hatinnya tak kalah sama hancurnya.
Dengan sekuat tenaga yang Ayara punya, ia berdiri dari duduknya. Ia mulai menghapus kasar air matanya yang sedari tadi terus mengalir membasahi pipi mulusnya.
Ayara mendongak, dengan sedikit keberanian yang ia punya, ia membalas ucapan William sehingga William marah kepadanya. "Kalaupun saya bisa memilih, saya tidak mau mempunyai ayah seperti anda" Ucap Ayara santai, namun begitu tajam.
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Ayara. Belum sembuh rasa sakit dipunggungnya, sudah ditambah tamparan keras yang dilayangkan oleh sang ayah di pipinya.
"SUDAH BERANI MENJAWAB KAMU, HAH?" Bentak sang ayah.
"TAMPAR LAGI YAH, TAMPAR, PUKUL LAGI YAH PUKUL! SEBEGITU BENCINYA SAYA DIMATA ANDA? SEBEGITU HINANYA SAYA DI MATA ANDA? APA TIDAK CUKUP ANDA MEMBUAT MENTAL SAYA HANCUR? APA TIDAK CUKUP HAH! ANDA TELAH MEMBUAT MENTAL SAYA HANCUR!! SETELAH ANDA MERUSAK MENTAL SAYA, SEKARANG ANDA MAU RUSAK JUGA FISIK SAYA HAH? BELUM PUAS DENGAN APA YANG ANDA LAKUKAN TERHADAP SAYA? HARUS BUTUH BERAPA LAGI HINAAN, CACIAN, MAKIAN, TAMPARAN, PUKULAN YANG ANDA BERIKAN TERHADAP SAYA? HARUS BERAPA KALI LAGI? JAWAB SAYA!" Teriak Ayara dengan nafas yang sudah tidak beraturan.
Ayara mencoba mengatur emosi nya, susah payah ia menahan pelupuk matanya agar tidak menjatuhkan air matanya yang sangat berharga. Ia sudah lelah dengan semua ini, ia selalu menangis. Sudah cukup air mata yang ia keluarkan selama ini.
"Kalo anda memang tidak mau mempunyai anak seperti saya, kenapa dari dulu anda tidak membunuh saya saja? kenapa? saya capek setiap hari selalu merasakan tamparan, pukulan dari anda! saya capek harus terus mendengar hinaan, cacian, makian yang selalu anda lontarkan untuk saya, saya capek harus selalu dibandingkan dengan dia, saya capek." Ucap Ayara sambil menunjuk Clara yang notabenya sebagai kakak tirinya.
Ayara tersenyum getir melihat ke arah mereka. Ia merasakan betapa tidak pentingnya ia hidup di dunia ini. Bahkan ayah nya saja tidak menginginkan kehadirannya.
"Disaat ayah adalah cinta pertama anak perempuannya, namun yang saya rasakan itu semuanya bohong. Ayah yang harusnya menjadi cinta pertama buat saya, ia malah menjadi orang pertama yang memberikan luka bagi saya!" Lanjut Ayara.
Ia sudah tidak bisa lagi menahan air mata yang sudah dia tahan sejak tadi. Hatinya begitu sangat sakit, sakit sekali. "SEMENJAK ANDA MENIKAH DENGAN DIA, SEMUANYA MENJADI BERUBAH" Teriak Ayara sembari menunjuk Ranti, mamah tirinya.
"Semenjak ada mereka, kasih sayang ayah terbagi, bahkan udah gak ada lagi buat aya! semuanya karena mereka!" Ucap Ayara dengan meluapkan segala sesuatu yang ada dalam hatinya sejak dulu.
Ayara berjalan ke arah Ranti sambil tersenyum penuh kasian. "Jika bukan karena almh. bunda saya, untuk selalu menghormati yang lebih tua, dan dikarenakan anda adalah sahabatnya, mungkin saya tidak Sudi mempunyai mamah tiri seperti anda!" Ucap Ayara tajam.
Ranti mengepalkan tangannya, emosi yang sudah dari tadi ia tahan akhirnya keluar.
PLAK!
Terdengar suara tamparan yang menggema. Bukan Ranti yang menampar Ayara, namun Ayahnya yang menampar Ayara. Lagi dan lagi, Ayara harus merasakan perih pada bagian pipinya.
"Huh, rasain kamu anak sialan" Batin Ratih tersenyum puas dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Ayara lagi dan lagi kecewa atas tindakan yang Ayahnya lakukan. Ia tidak mengeluarkan satu katapun, ia langsung berlari ke atas, masuk ke kamar, dan mengunci pintunya.
Ayara menangis sejadi-jadinya sambil memegangi bingkai foto yang disana terdapat keluarga bahagia. Ayah, bunda dan Ayara.
"Bunda, aya kangen hikss" Ucap Ayara sambil memeluk bingkai foto tersebut yang dimana terpajang foto dia bersama keluarga kecilnnya.
"Kenapa bunda harus ninggalin aya disini sendirian? Kenapa bunda harus ninggalin aya, kenapa bunda? hikss .... A-ayah udah gak sayang lagi sama aya bunda, ayah udah berani main tangan sama aya, aya disini selalu diperlakukan seperti hewan oleh mereka bunda, mereka jahat, hikss ..."
"Aya benci mereka Bun" Ucap Ayara diakhir kata sebelum ia memasuki alam bawah sadar.
✲꘏ ꘏ ꘏ ꘏✲
Gimana dengan prolog nya? Seru or b aja? wkw
Aku tau ini garing, tapi yasudahlah namanya juga menumpahkan imajinasi ye kan, heheVote sebanyak-banyaknya, biar aku juga makin semangat bikin ceritanya.
Jangan lupa komen juga 🌷
Sampai berjumpa lagi di Chapter selanjutnya, bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Luka
Teen Fiction"Tuhan, takdir yang kau berikan terhadap ku begitu sulit untuk aku jalani, banyak begitu luka yang harus dulu aku rasakan, bantulah hati ini untuk selalu mengikhlaskan dan menerima semua ketetapanmu, dan yakinilah hatiku bahwa akan ada saatnya diman...