(1)

10 2 0
                                    


" Mel udah, aku bilang udah! tutup mulut kamu. aku tau, kalau kamu suka sama cerita sejarah tapi aku enggak suka!"

"itu cuman mitos! enggak ada yang namanya penyihir atau mahluk mitologis yang kamu maksud. itu juga cuman cerita turun temurun kan!?" ucap Lynn yang meninggikan volume suaranya.

"kalaupun ada aku enggak bakal percaya!" lanjutnya dan segera membereskan buku-bukunya untuk segera pergi

gadis bernama Amel itu mengangguk membenarkan karena memang benar cerita itu hanya cerita turun temurun yang ia dengar dari neneknya "tapi Lynn itu beneran ada. kamu harus percaya sama aku, eh Lynn aku belum selesai bicara!" seru Amel kepada Lynn yang pergi begitu saja

gadis pemilik mata hijau itu terus berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang sepi. mulutnya terus mengumpat kasar

"penyihir, sang legenda, mahluk mitologis, dia kira mereka beneran ada apa?" gumam Lynn yang kesal dan segera menaiki Taxsi yang sudah ia pesan

di perjalanan pulang Lynn hanya terdiam ia sibuk bergulat Dengan pikirannya. salah satu kata dari cerita Amel menggangu pikirannya "cahaya telah terlahir sang Lagenda sudah terlahir. kegelapan akan segera hilang" apa arti kata-kata tersebut batinnya

"mbak, nunggu bentar ya, didepan lagi macet enggak papakan mbak?" ucap Supir Taxsi yang melirik Lynn dari kaca spion

lamunan Lynn seketika buyar ia hanya mengangguk. gadis itu merasa bosan, ia membuka kaca mobil yang ada disampingnya, memperhatikan beberapa kendaraan bermotor yang ada di samping Taxsi.

pandangannya tertuju kepada orang-orang yang sedang mengangkat beberapa barang besar dan salah satunya mengangkat sebuah cermin besar yang mengarah kearah jalanan dan Lynn bisa melihat pantulan dirinya dari Taxsi

"eh-eh pak kenapa jalan?" Lynn menatap supir itu. Lynn menoleh kebelakang tapi mobil Taxsi sudah membawanya menjauh

"macetnya udah reda mbak" ucap Supir Taxsi yang sedikit bingung kepada Lynn karena wajahnya terlihat terkejut dan pucat
"mbak baik-baik ajakan? wajah mbak pucat banget"

"enggak papa kok pak" Lynn menoleh ke belakang berharap masih bisa melihat dimana orang-orang yang membawa cermin itu. tapi mereka sudah menghilang.

Taxsi itu berhenti tepat di rumah yang cukup besar dengan pagar hitam. Lynn turun memberikan uang, dan segera membukakan pagar. bisa ia lihat mobil hitam yang menjemput saudarinya sudah pulang

kapan ya aku bisa di jemput papa pakai mobil ini batinnya yang memegang mobil hitam itu. helaan nafas panjang ia hembuskan saat mendengar suara saudarinya yang sedang tertawa bersama keluarganya. senyum manis kini menghiasi wajah gadis itu. ia memutar kenop pintu

"Lynn pula__

"kamu baru pulang? naik ke kamarmu dan segera berganti pakaian" ucap suara tegas milik Ziver, ayah dari Lynn.

"kak Lynn, kita mau makan malam di luar jadi siap-siap yah" ucap seorang gadis yang menghampirinya. wajah yang begitu mirip dengannya itu terlihat sangat antusias begitupun dengan Lynn

tapi senyuman kedua saudari kembar itu hilang saat suara tegas milik Ziver kembali terdengar. kali ini suaranya terdengar lembut. "Lily, lebih baik kamu bersiap karena kita akan segera pergi. dan kamu Lynn! kamu akan tetap di rumah. jaga rumah dan belajar!"

"loh pa?! kenapa kak Lynn enggak ikut?" Lily bertanya dengan sedikit kesal

"salahkan saudarimu karena pulang larut malam!" ucap Ziver dengan suara tegasnya dan melangkah pergi tapi ia sempatkan mengelus puncak rambut Lily dan pergi. tanpa Ziver sadari gadis lain menahan sesak

gadis yang lahir 10 menit lebih dulu itu tersenyum kecut melihat papanya yang hanya mengelus puncak rambut saudarinya saja. melewatinya seperti angin lalu.

"Lynn lain kali jangan pulang larut malam. kamu istirahat di rumah aja enggak usah ikut, dan jangan lupa belajar, belakangan ini nilai kamu lebih rendah dari milik Lily. apa kata orang kalau nilai adeknya lebih tinggi dari kakaknya"

untuk kesekian kalinya ia mendengar bandingan antara ia dan saudarinya. Lynn menahan air matanya yang ingin menetes. menghela nafas dan tersenyum "iya ma, aku bakalan diam di rumah aja dan aku akan belajar segiat mungkin biar di kelulusan nanti aku dapat nilai sempurna dan yang terbaik seperti mama papa mau"

biar kalian meluk aku kayak Lily di tahun lalu lanjut Lynn dalam hati. ia pergi meninggalkan saudarinya yang kini matanya memerah

~~°°°~~

"Lily, makan yang banyak ya nak. biar  kamu cepat sembuh" ucap suara lembut milik Liya. Lily mengangguk, terlihat dari matanya jika gadis itu sangat senang tapi pikiran nya terus tertuju kepada saudarinya yang kini tinggal dan belajar di rumah

"Lily sini ikut kakak" panggil seorang pria yang berada tidak jauh dari Lily. pria itu Arya kakak laki-laki nya. dengan senang hati Lily berlari mengikuti Arya.

kakak adik itu sangat gembira karena sebentar lagi layar besar itu memutarkan film yang sangat Lily dan Lynn suka. "bang Arya" panggil Lily membuat Arya menoleh

"kenapa? kamu enggak suka nonton di bioskop ini?"

Lily menggeleng cepat "enggak kok malahan aku suka banget. tapi andai aja kak Lynn juga ikut. coba aja papa bolehin kak Lynn ikut pasti seru"

"soalnya ini film kesukaan dia. dulu aku ingat banget kak Lynn selalu giat belajar biar dapat nilai bagus. karena papa janji kalau diantara kita dapat nilai bagus bakal diajak nonton bioskop bareng. tapi papa batalin janji itu karena kak Lynn dapat nilai lebih tinggi dari aku."

"aku ingat mata kak Lynn yang merah, pengen nangis tapi tetap senyum sama papa dan bilang gak papa kok pa, nanti Lynn belajar giat lagi biar tahun depan kita pergi bareng tapi sampai sekarang papa gak pernah nepatin janjinya. sedih ya kak?"

Lily mengusap air matanya yang menetes. rasanya sesak saat melihat kakaknya diperlakukan seperti itu. Arya pria itu sedari tadi hanya menyimak tanpa berkata apapun. mengingat dirinya tidak pernah dekat dengan Lynn mengobrol saja jarang. dari kecil sampai dewasa keduanya tidak memiliki momen bersama. keduanya seperti orang asing yang keluar dari rahim yang sama

di sebuah kamar yang gelap hanya ada lampu belajar yang menyala. seorang gadis terus menerus membaca ulang rumus matematika yang akan keluar saat besok ujian.

"kenapa susah sekali! jika nilai semester ini jelek aku tidak akan pernah menonton bersama papa" kepalanya terasa sakit, terasa ingin pecah. tangannya mengambil sebuah soda dan menenguk nya hingga habis dan segera beranjak menuju kamar mandi

di cermin kamar mandi Lynn teringat akan apa yang ia lihat di cermin orang-orang tadi siamg. "aku liat jelas banget kalau di cermin orang-orang itu ada cahaya putih. tapi kenapa sekarang enggak ada?" Lynn mencoba memperhatikan pantulannya berharap bisa melihat cahaya itu lagi

"sudahlah Lynn lebih baik kau tidur"

~~~°°°~~~

dukung author dengan cara di vote^^
see you di bab selanjutnya 🖤✨




Lynn MarvelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang