22. Finally

553 71 6
                                    

Jungkook dan Jin melangkah ke depan kantor dimana seorang bodyguard berdiri. Setelah mereka tiba, dia masuk ke dalam untuk memberitahukan hal itu kepada perdana menteri dan sesaat kemudian kembali untuk menyuruh Jungkook masuk. Jungkook menatap Jin seperti sedang menunggu sesuatu.

Jin meremas tangannya dan menyemangatinya sebelum Jungkook melepaskannya. Dia menghela napas setelah Jungkook menghilang di balik pintu.

Jungkook dibawa ke sebuah ruangan kantor yang besar dimana sang menteri duduk di belakang meja besar. Jungkook berdiri di depannya dan membungkuk. Menteri memberi isyarat pada pengawalnya untuk keluar dan setelah dia pergi, dia berdiri dan datang ke hadapan Jungkook yang membuat pemuda itu terkejut.

"Siapa namamu, nak?" tanyanya mempelajari wajah Jungkook dengan teliti.

"J-Jeon Jungkook, Pak." kata pemuda itu dan membungkuk sekali lagi.

Sang perdana menteri tersenyum kecil. Dia sudah merasa sangat menyukai anak berbakat ini sejak pandangan pertama. Jungkook merasa lega melihat senyuman itu yang menandakan bahwa dia tidak melakukan sesuatu yang salah.

"Berapa umurmu? Kau terlihat sangat muda."

"Umur saya 23 tahun, Pak."

"Astaga! Usia yang masih sangat muda!" seru sang menteri. "Kau kuliah di universitas mana? Dan berapa gelar yang kau miliki?"

Jungkook sedikit ragu sebelum menjawab. "Umm, aku belajar di fakultas bisnis SNU tapi... aku sudah keluar lebih awal."

Sang menteri tampak bingung. "Apa? Tapi kenapa?"

Jungkook tidak ingin menceritakan masalah pribadinya pada orang lain, tapi karena ini adalah perdana menteri, dia memutuskan untuk tidak berbohong. "Pak, ayah saya meninggal dan saya harus bekerja untuk saya dan juga ibu saya."

"Maksudmu, kau bekerja dan meninggalkan kuliahmu?"

"Ya, Pak, kami mengalami kesulitan ekonomi."

"Ya ampun! Jadi bagaimana kau bisa ada di perusahaan Kim? Pekerjaan apa yang mereka berikan padamu?" tanya perdana menteri dengan rasa iba pada anak itu. Dia sangat senang melihat kepercayaan dirinya.

"Ehm... Saya tidak bekerja disana, Pak. Orang yang seharusnya membawakan presentasi hari ini sedang sakit, jadi saya menawarkan diri untuk membantu Pak."

"Tapi... Kau melakukannya dengan sangat... Aku tak tahu bagaimana mengatakannya... kau melakukannya dengan SEMPURNA. Aku belum pernah melihat presenter berbakat sepertimu sepanjang hidupku. Aku yakin kau adalah mahasiswa terbaik di angkatanmu."

Jungkook tersipu malu karena pujian dari perdana menteri. Dia membungkuk mengucapkan terima kasih sebanyak tiga kali.

"Nak, bagaimana menurutmu jika aku menawarkanmu pekerjaan di Sekretariat Kepresidenan? Pak Jae-In pasti akan menyukaimu."

Jungkook sangat senang mendengarnya. Dia bermimpi untuk melakukan pekerjaan yang akan membuat orang lain menghormatinya untuk waktu yang lama; sekarang dia memiliki kesempatan. Tapi, bagaimana dengan Jin? Akankah dia menyukainya jika dia bekerja di tempat lain daripada di perusahaannya sendiri? Atau apakah dia lebih suka jika aku tidak bekerja di perusahaannya?

"Bagaimana menurutmu Jungkook?" tanya sang menteri memecah lamunannya. "Apa kau ingin mencobanya?"

"Pak, saya harus mendiskusikannya dengan seseorang terlebih dahulu." kata Jungkook.

"Dan siapa itu?"

"Pak Kim Seokjin." kata Jungkook, memutuskan tidak perlu memperkenalkannya sebagai pacarnya.

"Oh, CEO Kim. Tapi jika kau tidak bekerja di bawah perusahaannya, kenapa kau harus meminta izin darinya?"

Sekarang apa? Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya?

The Magic in Love | Jinkook ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang