Prolog

1.6K 144 15
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENULIS.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

Braaak

"Hai Benito ough..."

Tubuh Monica terdorong kasar hingga menempel dinding, disaat ia juga kesulitan menghirup oksigen karena lehernya dicekik dengan kencang oleh pria yang baru saja ia panggil Benito tersebut.

Dylan Zhu yang sejak tadi ada di ruangan tersebut menemani Monica terbelalak lebar dan mulai beranjak untuk menjauhkan sosok Benito dari tubuh Monica.

"Benito!" Tegur Dylan menarik Benito menjauh. Tapi kekuatan Dylan tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan Benito yang sepertinya saat ini sedang marah besar pada Monica.

"Sudah ku bilang padamu untuk tidak ikut campur urusan ku. Apa kau tuli?! HAH!!" Bentak Benito.

Wajah Monica mulai memerah karena kesulitan meraup udara yang ia butuhkan. Tangannya menggapai lemas mencoba melepaskan tangan Benito yang sangat kuat dan keras tersebut.

Dylan tentu tidak tinggal diam, terus mencoba menjauhkan Benito dari sosok Monica. Tapi sekali lagi semua ini hanyalah sia-sia.

"Kau membuat semuanya berantakan, brengsek!"

Sambil mengumpat, Benito menyentak tubuh Monica dan melepas cekikannya. Membuat tubuh lemah itu tersungkur di lantai dengan suara batuk tertahan, dimana Monica langsung meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Monica kau tidak apa-apa?" Ujar Dylan membantu Monica berdiri.

Tapi wanita itu menolak, ia lebih memilih meredakan rasa sakit disekitar lehernya akibat cekikan Benito yang amat sangat kuat.

"Kau keterlaluan Ben!" Tuding Dylan pada Benito.

"Semua ini tidak akan terjadi jika dia tidak ikut campur." Balas Benito menjauh dari sana.

"Kami hanya membantumu."

"Dengan menculik Miranda?"

Dylan tak menjawab, memastikan sekali lagi jika Monica sudah baik-baik saja sebelum kembali melotot tajam pada Benito. Orang yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu.

"Kami tidak tahu apa rencanamu."

"Aku sudah meminta kalian tidak ikut campur bukan!"

"Tapi kami ingin membantu. Mereka sudah membunuh mama Gina, Ben. Kau tidak lupa kan?"

Benito dan Dylan mulai berdebat panas. Monica hanya mendengarkan sambil menetralkan deru nafasnya. Dadanya sampai panas karena ia terus memaksa paru-parunya bekerja dengan keras. Baru kali ini ia merasa bahwa udara itu amat sangatlah penting.

"Aku tidak mungkin lupa."

Dylan mendengus tak percaya, "Benarlah? Tapi yang kami lihat tidak seperti itu. Kau asyik berkencan dengan wanita manja itu."

Benito mengetatkan rahang dengan kasar.

"Kalian sudah tidur bersama."

"Itu bukan urusanmu." Desis Benito marah.

"Apakah rencanamu adalah tidur dengannya hingga ia hamil lalu meninggalkannya? Itu rencana yang sangat kuno Ben."

Dylan mulai berjalan mondar-mandir merasa senang mendapat perhatian dari Benito.

IN & OUT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang