Prolog

899 62 2
                                    

“Gila lo ya? Ngapain lo ngenalin gue sama bokap nyokap lo?” sentak Reta pada Keenan yang hanya menghela napasnya seraya menatap arloji di pergelangan tangannya.

Keenan memutar bola matanya malas, harusnya Reta sadar bahwa dia juga sama sekali tak berani untuk mengenalkan gadis itu pada orang tuanya, tetapi tiba-tiba saja orang tuanya berada di restoran tempat dia dan Reta janjian untuk bertemu. Melihat mamanya yang begitu senang ketika melihatnya bersama Reta, jelas saja Keenan tak tega mengatakan kalau Reta bukan siapa-siapa, terlebih lagi mamanya begitu mengharapkan dia memiliki kekasih. Alhasil, pria itu berbohong perihal statusnya dan Reta.

“Sekarang gimana? Terus gimana kalau ada yang nyewa gue jadi pacar, terus ketemu sama nyokap bokap lo? Kerjaan gue gimana, Anjing?”

Reta memberondongi Keenan dengan banyak pertanyaan, dia kini tak tahu harus bagaimana lagi. Kuliahnya masih belum selesai, apalagi dia yang baru masuk kuliah saat usianya menginjak dua puluh empat tahun, ditambah lagi dengan dia harus mencari uang untuk pengobatan mamanya. Bagaimana dengan pekerjaan sampingannya ini?

Menjadi pacar sewaan satu-satunya pekerjaan yang mampu membuat Reta membagi waktu antara kuliah, mengurus ibunya, dan mencari uang.

“Sorry, Ta. Gue tadi terpaksa,” ucap Keenan.

“Terpaksa mulu. Kemarin juga bilang milih gue karena terpaksa. Jangan-jangan lo juga hidup karena terpaksa,” balas Reta sarkas.

Lagi, Keenan memutar bola matanya malas. Lalu berkata, “Gimana kalau kita bikin kesepakatan?”

“Kesepakatan apa?”

“Gue bakal kontrak lo jadi pacar gue selama setahun, setiap bulan gue bakal bayar lo tiga kali lipat dari pendapatan lo. Gimana?” tanya Keenan membuat Reta memicingkan matanya.

“Mampu lo bayar gue segitu?”

“Mampu, beliin lo rumah setiap hari juga gue mampu. Jangan lupa kalau gue itu CEO perusahaan ternama.”

“Oke deal. Tapi gue minta ada hitam di atas putih,” pungkas Reta.

PACAR SEWAAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang