IF 14 Dalam Dekapan Luka

13.3K 770 55
                                        

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading
.
.
.

"Tidak! Ja-jangan... tolong... lepaskan aku... hiks..." tangisan wanita itu menggema dalam ruang gelap yang seakan menelan harapannya bulat-bulat. Tubuhnya gemetar, mencoba melawan ketakutan, namun rantai dingin di pergelangan tangannya lebih kuat daripada keberaniannya.

Di hadapannya, berdiri seorang pria dengan sorot mata yang membara oleh obsesi. Jemarinya yang kasar menyentuh wajahnya yang mulai pucat, bukan dengan kelembutan, melainkan dengan dominasi yang menyakitkan.

"Menangislah sepuasmu, bahkan jika air matamu berubah menjadi darah... Aku tidak akan melepaskanmu, kau milikku, selamanya, sayang" bisik pria itu dengan nada lembut yang justru terasa mengerikan.

Senyuman tipis yang terbentuk di bibirnya lebih dingin dari udara malam, memperjelas kegilaan yang bersarang dalam dirinya.

Amarah di hatinya telah berubah menjadi bara yang membakar nalarnya. Obsesi yang tidak terkendali membuatnya buta terhadap segala bentuk penolakan yang ditujukan kepadanya. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita yang telah dia nikahi dengan paksa itu tetap menolak untuk tunduk di bawah kuasanya.

"A-aku mohon... aku akan menuruti semua keinginanmu. Tapi... jangan sakiti aku lagi. Tolong..." Suara wanita itu parau, nyaris tidak terdengar. Ketakutan telah menggerogoti keberaniannya, menyisakan hanya sisa-sisa perlawanan kecil.

"Seharusnya kau menyadarinya sejak awal, sayang. Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku. Itu hanya membuatku semakin ingin mengikatmu lebih erat lagi."

Nyatanya, afeksi dari sang kekasih membuat pria itu begitu candu; melalui sentuhan dan perhatian yang membuatnya merasa mampu untuk menggapainya, menggenggamnya, memeluknya, dan menyalurkan setiap titik perasaannya. Namun entah mengapa, wanita di hadapannya justru tidak mau mengerti cinta yang begitu besar ia tawarkan.

Bukankah seharusnya dia merasa bangga dan bahagia telah dipersuntingnya? Bukankah menjadi istrinya berarti menjadi satu-satunya wanita yang paling dicintai dalam hidupnya?

Cinta yang ia pahami bukanlah tentang kasih yang membebaskan, melainkan kepemilikan yang mencekik. Wanita di hadapannya adalah simbol dari segala keinginannya, dan ia percaya bahwa hanya dengan menjadikannya miliknya secara utuh, ia bisa meraih ketenangan. Tapi mengapa wanita yang ia cintai malah memandangnya seperti monster?

"Apakah semua yang kulakukan tidak berarti apa-apa bagimu?" gumam pria itu lirih, pada dirinya sendiri. "Apakah semua pengorbananku hanya akan dibalas dengan kebencian?"

Frustasi menelan logikanya. Ia merasa tidak pernah dihargai, tidak pernah cukup dan jatuh dalam jurang perasaan yang tidak pernah tersambut. Di tengah kekecewaan itu, satu pikiran kolot muncul dan membulatkan tekadnya: jika cinta tidak bisa diraih dengan kelembutan, maka ia akan meraihnya dengan cara lain. Dari sanalah lahir sebuah keputusan yang kejamkeputusan yang muncul dari cinta yang telah membusuk berubah menjadi racun.

"Kau pikir bisa bebas dariku? Jika cinta dan pernikahan tidak cukup untuk membuatmu tunduk dan patuh padaku, maka rahimmu yang akan menjadi sangkarnya. Akan kutanamkan benihku di sana, dan setiap detak hidup yang tumbuh akan berubah menjadi rantai yang menyeretmu kembali padakuhingga tidak ada lagi jalan untukmu laritidak ada hidup tanpa aku."

"Tidak! Aku tidak ingin mengandung anakmu!" Wanita itu menjerit sejadi-jadinya, seolah kematian lebih ia pilih daripada harus mengandung keturunan dari pria kejam di hadapannya. Tubuhnya bergetar hebat, hatinya memohon dalam diam kepada Tuhan untuk diselamatkan dari neraka ini.

INFINITY FAMILY [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang