"HUAAAAA!"
"Chaemin-ah, wae kau meninggalkan aku secepat ini?!"
Suara tangisan terdengar nyaring di kuburan tersebut. Wanita yang sedang menangis tersedu-sedu itupun ditatap datar oleh seorang gadis yang berdiri tepat di belakangnya.
Gadis itu merasa geli mendengar suara tangisan wanita tersebut, karena terdengar palsu di telinganya.
"Berhenti pura-pura, Youngmin-ssi. Aku tau kau hanya menangis palsu." Ucap gadis itu pada Wanita bernama Youngmin.
Sebelum Youngmin membalas ucapannya, kakak laki-laki dari gadis itu menyela.
"Dengan keadaan seperti ini kamu masih bisa mengatakan itu pada bibi mu, hah? Dimana sopan santun mu, Wendy!" Geram pria itu pada adiknya.
Wendy yang mendengar perkataan kakaknya, memutar matanya. Mendengus malas, "Lalu? Urusannya dengan ku apa, lagipula kau bisa mendengar nya, dia terlalu berlebihan menangis seperti itu, oppa."
"HUAAAA, CHAEMIN-AH!"
Wendy memejamkan mata sejenak, sebelum kembali membentak Youngmin. "For God's sake! Youngmin-ssi, ini di kuburan bukan di hutan. Hentikan tangisan lebay mu itu, ck."
"Chou Wendy! Hentikan! Wajar bibi Youngmin seperti itu, dia menangisi kakaknya, yaitu ibu kita juga. Apa kamu tidak merasa sedih dengan kepergian eomma?"
"Untuk apa? Menangis hanya membuang energi." Balas Wendy.
Jin-young kembali geram dengan sikap adiknya, seperti tidak memiliki perasaan. "Kau sungguh tidak memiliki perasaan, Wendy. Bagaimana kamu bisa terlihat biasa saja?"
Sebelum Wendy bisa merespon, Jin-young kembali melanjutkan kalimatnya, "Aku tanya sekali lagi, kamu benar-benar tidak sedih dengan kepergian eomma?"
Dengan cepat Wendy menjawab tanpa berpikir, "Oppa sudah tau jawabannya."
Jin-young menarik kasar napasnya, "Sungguh, tidak punya hati!"
"Aku memang seperti itu. Tidak perlu mengatakannya berulang kali, oppa." Ujar Wendy menatap sinis Jin-young.
"HUAAA! CHAEMIN-AH, AKU TAK BISA HIDUP TANPAMU!"
Tangisan itu kembali terdengar membuat Wendy memutar matanya. Jin-young menghela napas, dan berbalik menenangkan Youngmin.
Wendy memilih keluar dari kerumunan dan sedikit menjauh, ia hanya memandang dari tempatnya berdiri.
"Aku yakin eomma sedang tertawa melihat wajah menangis bibi Youngmin." Pikir Wendy. Senyuman kecil terukir di bibir Wendy, membayangkan tawa sang ibu.
"——Ditinggalkan oleh orang yang kita sayang, sepertinya akan membuat mereka menangis." Interupsi suara dari samping membuat Wendy tersadar.
Wendy melirik sekilas gadis tersebut. Dan kembali menatap pada kerumunan di pemakaman ibunya.
"Mungkin." Satu kata itu keluar dari mulut Wendy. Mendengar itu gadis di sebelahnya tertawa kecil.
"Apa aku sedang berbicara dengan robot?"
"Tidak seperti itu, aku ha—"
Gadis itu menyela, "tidak apa, aku mengerti."
Wendy membungkam mulutnya. Gadis di sebelahnya tersenyum ke arah Wendy. Wendy yang disenyumin seperti itu tidak bisa menahan rasa bingungnya.
God. Apa kau telah menurunkan bidadari di tempat ini?
Gadis tersebut yang melihat Wendy sedikit melamun. Ia dengan lembut menepuk pipi nya. Wendy yang merasa tepukan lembut di pipinya, langsung membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL YOU
FanfictionDi bayar sebesar 3 Milyar oleh seorang pria asing dengan alasan untuk menjadi seseorang yang menemani adiknya. Awalnya sulit untuk Wendy terima, tapi karena suatu hal yang dialami nya membuat ia menerima kesepakatan tersebut. ___ "Tidak seharusnya...