04 1st Month

6.1K 345 37
                                    

"Sal, lo kenapa? "

"Hah? "

Zara memperhatikan cara jalan Salma yang sedikit berbeda, pelan seperti tak leluasa dan menahan sesuatu.

"Jalan lo aneh. "

Salma menggigit jarinya, bingung. Masa ia harus menjelaskan secara jujur. Tidak, tidak mungkin.

"Em, gakpapa kok. Emang gini cara jalan gue. "

Zara yang notabenenya teman baru Salma hanya bisa mengangguk walau sedikit bertanya-tanya. Zara menarik tangan Salma, "Buruan, Sal. Nanti kita telat ospek hari kedua. " ajaknya.

Karena geretan tangan Zara membuat Salma berjalan agak cepat jadi rasa sakit itu semakin terasa.

"Sshh...Ra, pelan-pelan bisa gak? " keluhnya.

Zara memelankan jalannya, "Tuh, kan. Aneh. Lo kenapa sih, Sal? Sakit? Kaki lo sakit? Jalan lo pelan banget kek keong. " cerocosnya.

"Gue gakpapa, " ujar Salma, ia berjalan lebih dulu. Pelan. Zara melihatnya dari belakang. Ia jadi semakin khawatir.

"Sal, lo beneran gakpapa? Mau ke ruang kesehatan dulu? Siapa tau kaki lo lecet gitu kena sepatu? " Zara mengait tangan Salma.

Salma meringis, malu. "Mas, gara-gara kamu, ah. " rutuknya dalam hati.

"Gue bingung gimana ngejelasinnya, Ra. " cicit Salma, lanjutnya. "Intinya gue baik-baik aja, lo gak usah khawatir."

"Kenapa? Lo jatoh? Jatuh dari kasur? Atau kamar mandi? Kaki lo keseleo? Makanya jadi pincang gini? Eh, bukan pincang. Lebih kek lambat banget jalan lu, kek kesakitan gitu." Zara bingung sendiri. Menebak-nebak tapi tak bertemu dengan jawabannya.
Salma menggigit bibir bagian bawahnya, malu. "Cuman ngilu dikit. " cicitnya.

"Hah? Suami lo gak kdrt kan, Sal? "

Salma menggeleng cepat, "Enggak."

"Udah yuk, nanti telat. " tambah Salma.

Mereka berjalan beriringan, Zara menyeimbangkan langkah Salma yang pelan. Untung saja keberuntungan tengah berpihak pada Salma hari ini, tidak ada kegiatan diluar. Ospek dilakukan diluar ruangan hingga selesai pasca adzan dzuhur.

Salma keluar dari ruangan bersama Zara, ada pesan dari Rony. Katanya disuruh menunggu diluar area kampus saja karena sebentar lagi kegiatan ospek difakultasnya selesai.

"Lo mau langsung pulang, Sal? "

Salma mengangguk, "Kalau lo? "

"Gue mau ke Bern, tante gue nge-wa katanya suruh bantuin bikin kue."

"Loh, tante lo jualan kue? "

Zara menggeleng, "Enggak, anaknya mau ulang tahun. Gue suruh kerumahnya, bantuin bikin kue sama ngabisin kue. " kekehnya diakhir kalimat.

Salma menoyor bahunya, "Lo sih kayaknya lebih kek ngabisin kuenya dari pada bantu bikinnya. " Salma mencibir. Zara tertawa pelan. "Nah, lo tau. "

Mereka berjalan kearea depan kampus, menunggu pada sebuah pohon rindang dibawahnya halte bus. Semilir angin membuat musim semi ini semakin menyenangkan.

Langit membiru dengan gumpalan awan putih yang bergerak tipis terbawa angin serta sinar matahari yang menyorot hangat membuat suasana musim semi ini semakin terasa nyaman. Rasanya menenangkan.

Tak lama Rony datang, Salma menyambutnya dengan uluran tangan. Mengecup tangan Rony bolak balik seperti biasa, Zara memperhatikan interaksi keduanya.

"Ron, Istri lo kenapa? " Zara nyeletuk mencoba mengakrabkan diri.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang