PROLOG

117K 1.9K 34
                                        

Vancouver, Kanada.
23.30

Di tengah keheningan malam, dua pasangan berdiri di atas jembatan, sementara arus sungai di bawahnya mengalir deras. Tak jauh dari sana, seorang gadis mengamati mereka dengan diam-diam. Ia bersembunyi di balik pepohonan yang rimbun, berusaha agar tidak ketahuan saat mencuri dengar percakapan mereka.

***

"Aku sudah bilang, jangan ganggu hidupku lagi. Jadi, jangan pernah muncul di hadapanku lagi, selamanya. Mengerti?" ujar Nathan dengan nada tegas. Namun, gadis di hadapannya, Andini, tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Wajahnya justru tampak menantang, merasa lebih berhak atas Nathan daripada perempuan lain.

Andini, mantan tunangan Nathan, berkata dengan nada emosional, "Aku masih mencintaimu. Tolong, tinggalkan perempuan itu!"

Sorot mata Nathan berubah tajam, tidak suka mendengar kekasihnya, Calista, dihina. "Tutup mulutmu. Pergi sebelum aku kehilangan kesabaran."

Namun, Andini tidak memedulikannya. Ia justru semakin memperkeruh suasana dengan melontarkan penghinaan kepada Calista. Kesabaran Nathan, yang sudah hampir habis, akhirnya benar-benar mencapai batasnya.

"Kau tahu? Calista itu perebut laki orang!"
"Pelacur!"
"Lon—" Belum sempat Andini menyelesaikan ucapannya, Nathan menyerangnya. Ia mencengkeram leher Andini dengan kuat, membuat tubuhnya terangkat dari tanah. Wajah Nathan memerah, menunjukkan amarah yang telah memuncak.

"Tarik kembali ucapanmu, atau aku akan membunuhmu di sini!" bentak Nathan.

Andini menelan ludah, ketakutan melihat ekspresi Nathan yang mengerikan. Ia mencoba meronta, tetapi cengkeraman Nathan terlalu kuat. Dengan satu gerakan cepat, Nathan meraih cutter yang telah ia siapkan, lalu mengarahkan mata pisau itu ke Andini.

"Kenapa diam? Bukankah ini yang kau inginkan?" ejek Nathan dengan senyum menyeramkan.

Andini menggelengkan kepala dengan panik, tetapi respons Nathan hanyalah tawa dingin.

Ctess!

Satu tusukan menghunjam ulu hati Andini, membuatnya menjerit kesakitan. "Ampun, Nathan! Lepaskan aku!"

Nathan tampak berpikir sejenak, menatap wajah Andini yang mulai pucat. Lalu ia berkata dingin, "Ingin kulepaskan? Bagaimana kalau kulepaskan kau di bawah sana?" Ia menunjuk sungai yang mengalir deras di bawah jembatan.

Andini menggeleng keras, memohon ampun. Tetapi kemarahan Nathan telah menguasai hatinya. Tanpa memedulikan permohonan Andini, ia melemparkan tubuh gadis itu ke sungai.

Byuurr!

Nathan berdiri di tepi jembatan, meregangkan tangannya, lalu menatap puas ke arah sungai yang kini membawa tubuh Andini menjauh.

---

Seorang gadis yang sejak tadi menyaksikan semua itu menutup mulutnya dengan kedua tangan, tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tubuhnya gemetar hebat. Saat ia mundur perlahan untuk menjauh, kakinya tanpa sengaja menginjak ranting pohon kering, menghasilkan suara yang cukup keras.

Nathan seketika berbalik, menatap tajam ke arah gadis itu.

Jantung gadis itu berdegup kencang.

Nathan mulai melangkah mendekat.

Semakin dekat.

Dan...

VOTEE

Obsesi My Brother | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang