#22 · Serangan Mendadak

262 34 10
                                    



🧸🧸🧸




Ji Ran, Yoongi dan Hyuna—tiga orang itu nampak serius menatap layar komputer yang memperlihatkan rekaman CCTV pada hari kejadian Nami meninggal dunia. Awalnya di sana hanya memperlihatkan Anne yang sedang menunggu di depan kamar Nami sambil melihat-lihat ponsel di tangannya. Setelah itu beberapa menit kemudian Anne tiba-tiba pergi entah kemana dan tak lama setelah Anne pergi, tiba-tiba seorang pria berpakaian serba hitam serta wajah yang ditutupi oleh masker datang dari arah berlawanan lalu masuk ke kamar Nami.

Tak lama setelah itu pria asing tersebut keluar dari kamar Nami dan pergi dari sana. Sekitar lima menit kemudian datanglah seorang perawat memasuki kamar Nami lalu di susul oleh dokter dan dua perawat lainnya yang berlari dengan panik memasuki kamar Nami karena panggilan darurat dari perawat yang pertama tadi.

Setelah itu Anne kembali muncul lalu masuk ke dalam kamar Nami selama beberapa detik,  lalu dia keluar lagi untuk memanggil Namjoon dan Ji Ran.

“J-jadi benar. . . p-putriku dibunuh?” tanya Ji Ran yang hampir terjatuh ke lantai kalau saja Hyuna tidak menahannya.

“Benar, Nyonya Kim.” sahut sang security.

“T-tapi siapa yang membunuhnya? Siapa pria itu? A-aku bahkan tidak mengenalinya.”

“Untuk hal itu masih kami menyelidikinya lebih dalam.”

Seketika juga menangis hingga tak sanggup berdiri dengan kedua kakinya. Seluruh tenaganya seperti terkuras habis setelah dia mengetahui kebenaran pahit tentang kematian putrinya.

“Kalau saja hari itu aku tetap menjaganya, aku tidak pergi kemana-mana, aku tetap di sisinya—pasti semua ini tidak akan terjadi. Pasti Nami masih ada sampai saat ini.” isak Ji Ran sambil memukul-mukul dadanya sendiri. Hyuna di sebelahnya hanya bisa memeluk Ji Ran sambil ikut menangis bersamanya.

*

Setelah kembali dari rumah sakit—Yoongi, Ji Ran dan Hyuna memutuskan untuk beristirahat di hotel. Ji Ran tampak sangat sedih bahkan ketika Yoongi dan Hyuna menawarkan makan malam bersama, Ji Ran menolaknya dan memilih masuk ke dalam kamarnya.

Di sana ia terisak di atas kasurnya sambil menggenggam sebuah Flashdisk berisi rekaman CCTV di rumah sakit tadi. Ia menantap flashdisk tersebut sembari merapati musibah yang tidak pernah ia duga akan terjadi pada putrinya. Bagaimana bisa anak sekecil itu dibunuh oleh seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya? Lalu kenapa harus Nami yang mengalaminya? Memangnya apa salah gadis kecil itu? Kalau pun di luar sana ada orang yang membenci Namjoon ataupun Ji Ran, kenapa tidak mereka saja yang dijahati? Kenapa harus Nami yang tidak tahu apa-apa yang dijahati sekejam ini?

Ji Ran bersumpah dia tidak akan pernah mengampuni orang yang telah membunuh putrinya itu. Sekalipun orang itu memohon-mohon padanya, Ji Ran tetap tidak akan pernah memaafkannya.

Ji Ran bangkit dari tempat tidurnya lalu mengambil ponselnya di atas meja yang sedang berdering karena ada panggilan masuk di sana. Langsung saja Ji Ran menjawab panggilan tersebut.

“Halo.” ucap Ji Ran

“Bagaimana hasilnya?” suara Namjoon terdengar di seberang sana saat Ji Ran menyapanya. Lantas Ji Ran tidak langsung menjawab pertanyaan Namjoon. Ia malah kembali terisak sampai tersungkur di lantai.

“Sayang, ada apa? Apa terjadi sesuatu di sana? Kau baik-baik saja?” tanya Namjoon yang ikutan panik dan kuatir pada istrinya itu. Ji Ran tetap tidak menjawab karena mulutnya terlalu sulit jika harus menjawab pertanyaan Namjoon. Rasa sesak dan sakit yang membara di dadanya seakan-akan menyumbat saluran pernapasan Ji Ran.

Keluarga Cemara ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang