Rival

213 15 2
                                    

Lapangan SMA Seolar tampak ramai karena sedang menggelar sebuah festival klub, dimana semua klub mendirikan tenant mereka untuk melakukan promosi.

Dari yang paling dekat dengan gerbang sekolah ada klub wushu. Berfungsi sebagai tameng murid-murid berandalan yang kerap memanfaatkan jam kosong festival untuk kabur.

Kemudian di sampingnya ada klub basket, diikuti dengan klub sepak bola, klub biola, membaca, paduan suara, dan banyak lagi.

Tapi jauh dari keramaian festival, lebih tepatnya di gudang sudut sekolah, terlihat dua orang siswa saling menantang satu sama lain.

"Tumben lo ga bawa temen" Ucap siswa dengan tattoo yang ia sembunyikan di lengannya.

"Lo bilang mau by one sama gua" Jawab siswa berambut pirang yang menjadi lawannya.

"Gua cuma bilang jangan sampe ada yang tahu" Siswa bertato itu menggulung lengannya.

Si pirang merasa terancam. Ia membuka kancing kemejanya, lalu memamerkan sixpack yang ia miliki.



"Em.. Lix, ga perlu segitunya" Yang bertato tampak berkeringat.




Siswa bertato mengeluarkan selembar kertas sakral, yakni kunci jawaban ujian yang berhasil ia curi. Ia menawarkan kertas itu kepada si pirang

"Kalo lo bisa rebut ini dari gua, gua ga bakal lapor ke siapapun."

Si pirang menarik sudut bibirnya "Ga perlu lo suruh"

Si pirang menajamkan matanya, mencari celah waktu yang tepat untuk merebut kertas itu. Ia sontak mengayunkan telapaknya ke arah kertas itu, namun-

Kertas berhasil diamankan oleh lawannya. Siswa bertato mengambil tempat sampah, melemparnya ke arah si pirang. Tapi tidak semudah yang dibayangkan, si pirang berhasil melompati tempat sampah serangan tersebut.

Satu! Dua! Tiga serangan datang dari si pirang, dan ketiganya dengan mudah ditangkis oleh siswa bertato.

Bel berbunyi

Saatnya security melakukan pengamanan.

Bagaimana dengan kertas kunci jawaban itu?

Belum berhasil direbut oleh si pirang.

Langkah kaki sepatu berlogam milik security mulai terdengar. Kedua siswa tadi panik mendengarnya. Keduanya terpaksa merayap dibawah lemari gudang. Saling berdempetan, dan terlihat seperti tim.

Mereka menanti langkah itu tak terdengar kembali.

Sampai akhirnya mereka bernafas lega

Mereka keluar dari kolong lemari, membersihkan diri dari debu, lalu berjalan kembali ke kelas seolah tak terjadi sesuatu.

Ketika jarak mereka cukup jauh, si pirang memanggil lawannya

"Woy Seo Changbin!"

Siswa bertato menoleh dan menertawakan kebodohannya sendiri. Pasalnya, kertas kunci jawaban sudah berada di tangan si pirang.

"Licik juga lo, Lix" Changbin hanya tersenyum mengakui kekalahannya.

Start and Play [ChangLix] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang