Part 30

32 6 0
                                        

Alya duduk termenung di basecamp dirumahnya sambil menatap layer latop di depannya, kini peralatan basecamp hanya tersedia laptop satu dan kursi lainnya, jadi dibuat hanya sekedar untuk pertemuan saja, hal itu disebabkan setelah ada kejadian yang membuat seluruh penghuni ini menjadi lebih waspada, -rumah alya pernah diteror seseorang dalam waktu 1 hari-. di larut malam ini pikirannya tiba-tiba saja ingin melihat kondisi suasana kantor milik Bramasta yang waktu lalu memang semua brankas bukti ada di sana semua. Ia ingiin memastikan apakah ada kejadian lagi yang tak terduga jika ia tak mengawasinya sebelum besok mulai menjalankan misi lagi.

Saat ini ia sendiri di ruangan ini dengan hati yang sangat was-was, karena planning besok belum ia beritahukan kepada Aleta, pun ia ke ruangan ini diam-diam saat Aleta sudah tertidur.

Kini ia sangat mengawasi betul satu cctv yang tersembunyi dari bilik kantor milik Bramasta. Awalnya tidak ada kejadian yang menjanggal, sampai ia melihat Bramasta masuk ke ruangan itu dan menaruh amplop berwarna putih ke dalam laci kecil di bawah meja kerjanya, tampak sekali dari cctv dan Alya yakin semua bukti berada disitu. Satu hal yang menjadi pertanyaan Alya, kenapa ia membuka laci yang tersimpan semua bukti disana dan mengapa Bramasta menaruh amplop itu di dalamnya. Hanya dua kemungkinan "menumpuk dengan amplop supaya tidak ketahuan sekalipun ada yang masuk" atau "kasus itu akan diselesaikan lagi lalu bukti itu hendak dibakar, jadi ada pihak yang tidak bersalah dijadikan kambing hitam?".

Sebab apa yang telah diliatnya itu, Alya benar-benar termenung di depan layar, hingga Bramasta keluar dari ruangan tersebut. 'ia hanya menaruh amplop putih' itu di sebuah laci kecil.

Sejenak Alya berpikir, apakah dari bukti itu, semuanya akan terungkap?

Cepat-cepat Alya menutup laptopnya, lalu ia beranjak ke kamar, namun sebelum itu ia mengambil air minum dingin agar Aleta tak terlalu curiga sewaktu bertemu dengannya, khawatir saja Ketika ia balik kamar Aleta bangun.

-

Dari mata pelajaran di pagi hari hingga siang ini, Alya benar-benar ingin focus pada materi yang diberikan oleh bapak dan ibu guru tadi. Walaupun sempat digoda oleh Reynald, ia berusaha igin mencairkan suasana namun tetap saja Alya pada pendiriannya, tetap menjadi cewek dingin. Biasanya kalua di buku novel yang Aleta baca – kata dia "kalua di novel-novel tuh cowoknya yang cool ceweknya yang cerewet abis abistuh kadang polos, ini malah kebalikannnya yang sabar ya Rey." Katanya waktu itu mereka berkumpul di markas geng Aster sembari gadis itu tertawa kecil dan didukung oleh teman lainnya, ikut merasakan nasib naasnya yang terjadi pada ketua geng tersebut.

Meskipun, Rey itu sifatnya tidak seperti itu, tapi demi misi, Alya dan Aster ia rela bersikap seperti Rey yang sekarang ini. Ia berpikir bahwa hidup dengan sifat yang berkebalikan dari sifat aslinya memang tidak mengenakkan, tapi sudah 2 tahun lamanya ia merasakan cukup enjoy, walaupun terasa tersiksa.

Saat ini Reynald dan Alya dekat dengan parkiran, awalnya Alya tak menggubris sikap Reynald yang sedaritadi menggoda Alya, padahal Alya tengah berpikir untuk merancang semuanya dalam pikirannya, sengaja ia seperti itu karena ia ingin tau sifat aslinya terhadapnya bagaimana. Apakah selama ini hanya main-main saja atau ia benar-benar ingin serius mendekati Alya, ia meragukan suatu hal itu.

"Al, lo jangan diam aja napasi? Dikacangin mulu gue daritadi ah."

"sayangnya kacang lebih mahal daripada lo." Sarkasnya sakit sampai kerusuk jantung Reynald rasanya, yang dikatain malah cemberut

"yeuu, berarti bisa lebih mudah sama gue dong."

"lebih mudah buat lo taklukin? gue kacangnya, mau apa lo?" sewotnya lagi dengan sarkas meski ia tau dia diajak bercanda oleh Reynald, tetap aja agar membuatnya pias.

"dih galak bener daritadi."

"serah gue lah."

"Al-"

Alya Mission [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang