Part 2

66 3 0
                                    


Aku sempat tidak sadar selama beberapa menit, kakak sudah mulai kehabisan darah di sampingku, pengemudi truk itu sudah pergi dari penglihatanku, meninggalkan debu dan asap dari knalpotnya. Aku tidak bisa menyalahkan pengemudi truk itu,

Aku yang berlari ke jalan

Aku yang seharusnya tertabrak

Kenapa...?, KENAPA...!?.

Semua terjadi begitu cepat, hari terbaik dalam hidupku menjadi hari yang menyedihkan, yang kurasakan saat ini hanyalah aspal dingin di punggungku, langit indah yang kulihat kehilangan pesonanya, satu-satunya hal yang ada di pikiranku hanyalah kakak, kakak, dan kakak...

Jalanan sepi ini sama sekali tidak terlewati oleh siapapun, aku merasa sial bisa tertabrak disini. Rasa bersalah memberatkan kepalaku, kulitku terasa dingin dan menggigil, bukan karena hawa dingin di sekitarku, tetapi karena ketidakpercayaanku pada apa yang barusan terjadi, atau mungkin aku shock?. Entahlah, perasaanku tidak menentu dan saling bercampur, aku tidak tahu lagi kata-kata apa yang bisa menjelaskan perasaanku saat itu.

Lalu muncul seseorang dengan jubah hitam dari bayangan kakak yang terbaring lemah disampingku, jubahnya menutupi semuanya mulai dari kepala sampai kaki, tidak ada yang terlihat sama sekali, bahkan tidak sehelai rambut pun terlihat, wajahnya tertutup sempurna oleh bayangan jubahnya.

"Sepertinya aku sudah menjadi gila" pikirku, selama ini aku tidak percaya akan dewa kematian, hantu maupun surga dan neraka, bagiku itu hanyalah cerita buatan manusia yang lemah..., menyerah pada takdir!.

Dan lihatlah aku sekarang, terbaring di aspal ini, tidak melakukan apa-apa..., bukankah aku menyerah pada takdir sekarang?

Lalu orang itu menaruh tangannya diatas wajah kakakku, dan menarik bayangan kakak..., ya..., bayangan kakakku terhisap oleh tangannya. Pikiran ku mulai terkumpul lagi dan akhirnya berjalan normal, hal pertama yang ada di pikiranku adalah kenangan ku bersama kakak,

Ketika ia mengajakku memakan es krim di taman...

Ketika ia menjanjikanku roket untuk ulang tahun ku yang selanjutnya...

Ketika aku menyatakan cinta dan ekspresi ketika ia mendengarnya...

Semua..., semuanya penuh dengan senyuman tulus darinya.

Aku memikirkan itu semua seakan sudah merelakan kematian kakak, tetapi sebenarnya aku belum, BELUM! ,masih banyak kenangan yang ingin kuciptakan dengannya.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menarik jubah orang itu, dan tentu saja usahaku sia-sia, bagaimana pun aku mencoba, jubah ini tidak akan pernah bisa kusentuh, seakan tanganku menembusnya begitu saja. Tetapi aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan, aku terus mencoba menggapai jubahnya, ia yang terus berjalan menjauhi mayat kakakku hanya terdiam, tidak mengatakan apa-apa.

"Percobaanku tidak akan pernah berhasil" pikirku, tetapi tubuhku berkata lain, tubuhku tidak menyerah, aku jatuh berkali-kali..., dan masih mencoba menggapainya, lututku sudah mulai terluka..., gesekan aspal ini memberikan luka yang kurasa tidak akan hilang hanya dalam satu minggu.

Air mata mulai pecah dari mataku, bahkan pandanganku mulai kabur, tertutup oleh air mataku sendiri, tetapi aku tidak mempedulikannya, aku bahkan tidak tahu lagi apa hal yang kuperjuangkan. Aku sudah mencapai batasku.

Sepertinya ia sudah mulai merasa terganggu oleh usahaku yang jelas sia-sia ini, setidaknya itulah yang terjadi, setidaknya...

"Percuma saja, apapun yang kau lakukan tidak akan bisa menghidupkan kakakmu" Kata-kata itu terucap dengan lembut, sangat lembut sehingga aku tahu bahwa ia bergender perempuan.

Sebelum akhirnya aku menyerah, aku mengutarakan isi hatiku, aku tidak bisa menahan suaraku, emosiku meluap..., mengalir melalui nadiku, akupun berteriak, teriakan penuh dengan emosi...,

"Aku tidak akan menyerah. Belum..., MASIH BELUM!, Belum saatnya aku merelakan kakak!" Teriakan itu tak dihiraukannya, aku masih saja berusaha untuk meraih jubahnya.

"Masih banyak..., masih banyak hal yang belum kulakukan bersamanya.


Untuk sekali saja...

Aku ingin melihat senyuman kakak...

Aku ingin bisa memakan es krim lagi bersamanya...

Aku ingin melihat roket buatannya...

Aku ingin bisa menangis atas kepergiannya...

Aku ingin memberikannya salam sebelum akhirnya berpisah...


Marah...

Sedih...

Tidak percaya...

Tidak terima...

Semuanya tergambar jelas oleh teriakanku, sebelum akhirnya aku terjatuh, dan pingsan. Gambaranku begitu gelap..., tetapi ada berberapa hal yang bisa kuingat, aku bisa mengingat wajah malaikat kematian yang bertatapan dengan wajahku, wajahnya begitu cerah dibalik jubah itu. Aku masih bisa mengingat untuk beberapa detik, tubuhku bercahaya, ya, bercahaya...

"Panggil aku jika kamu membutuhkanku..." Adalah hal terakhir yang kuingat, kata-kata itu begitu halus, Seakan aku pernah mendengarnya, disaat aku masih kecil.

Lalu..., aku tidak mengingat apa-apa lagi...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------  

Icifier is  here, semakin banyak saja pertanyaan yang menggantung, author harap kalian tidak kesal karena terlalu banyak misteri, hehehe, peace. Pada rubrik pertanyaan kali ini, beberapa pertanyaan akan terjawab di part selanjutnya, vote dan comment nya ditunggu, thanks

Question of the part :

1. Mengapa malaikat kematian mau membantu Rinka?

2. Apa yang terjadi pada Rinka saat ia bercahaya?

3. Apa maksud kata malaikat "Panggil aku jika kamu membutuhkanku" pada Rinka?

4. Mengapa Rinka merasa pernah mendengar suara malaikat tersebut saat ia masih kecil?

Keep Reading guys

The Memory of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang