2 Shooting Star

164 21 1
                                    

Tembus 553 Kata

°•°•°

Tulang punggungnya tampak bungkuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tulang punggungnya tampak bungkuk. Tidak renta memang, tapi memang sudah tua. Pemilik kedai tempat Jimin bekerja sudah memasuki usia senja. Tinggal sendirian tanpa siapapun, setelah memilih untuk tidak menikah. Tapi wanita paruh baya itu masih punya anak, meski hanya anak angkat. Sayangnya, tidak adanya hubungan darah membuat kasih sayang yang diberikan anaknya jadi setengah-setengah. Membuat Bibi Oh harus tetap mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dan Jimin, sebagai pekerja yang dibayar setiap bulannya. Mana mungkin ia membiarkan boss-nya bekerja sendirian. Selain hubungan pekerjaan, dilain sisi juga Jimin merasa kasihan. Setidaknya ia juga merasakan yang namanya hidup sendirian. Tanpa siapapun yang bisa jadi tempat mengadukan lelah.

Kedai Bibi Oh biasa tutup jam sepuluh malam. Jimin akan pulang setelah selesai merapihkan meja-meja dan membersihkan lantai kedai.

"Sudah beres-beresnya?" Anggukan Jimin menjawab tanya dari Bibi Oh, "Yasudah kalau begitu Jimin boleh pulang." Bicara sambil menyuguhkan sekantung makanan, "Sekalian bawa ini juga, buat makan malam." Tidak lupa untaian wejangan, "Jangan terlalu sering makan mie instan ya, tidak bagus buat kesehatan."

"Siap. Terimakasih buat makanannya, Bi." Baik, baik sekali. Jimin akan menyebut Bibi Oh sebagai orang paling baik yang pernah ia temui dalam hidupnya. Bibi Oh punya pribadi yang hangat, tidak memandang Jimin rendah dan menghargai tenaga yang Jimin keluarkan untuk kedainya, satu lagi berpikiran bebas dan positif vibes, 'Rohani yang kuat itu rahasia dari jasmani yang sehat.' jadi, tampaknya usia hanya sekedar angka.

"Jimin pulang ya Bi." Berpamitan sekali lagi setelah Jimin memastikan tali sepatunya terikat dengan kuat.

"Iya, hati-hati."

Jimin melangkah keluar dengan perasaan yang ringan. Dalam sehari, Jimin punya tiga pekerjaan. Dua diantaranya benar-benar seperti benturan dalam hidupnya, hanya jadi pegawai Bibi Oh yang membuat Jimin merasa diperlakukan sederajat dengan manusia lainnya. Selain itu, jarak antara kedai Bibi Oh dan tempat tinggal Jimin tidak terlalu jauh, tidak perlu transportasi umum, berjalan kaki juga sampai.

Hanya satu tantangannya, jalanan yang sepi saat malam. Belum lagi lampu jalan yang tidak seterang cahaya Surya. Bisa dibilang masih remang remang dengan tone warm. Setiap langkah harus ada dalam kewaspadaan.

Meskipun Jimin tidak tampak seperti manusia yang worth it untuk jadi sasaran perampokan, bukan tidak mungkin hal buruk bisa terjadi padanya. Terlebih semua bagian dalam tubuh Jimin masih lengkap. Tidak kaya uang memang, tapi nyawanya juga bisa jadi sasaran empuk perdagangan organ. Secara, Jimin memang terlihat seperti manusia kesepian. Tidak akan ada yang peduli jika ia hilang.

Genggaman tangan Jimin pada tali tasnya mengerat. Harusnya ia terbiasa, tapi nyatanya sudah berkali-kali pun Jimin lewati jalanan yang sama tetap saja ada ketakutan yang bersarang meski tidak sebesar saat minggu-minggu pertama bekerja.

"Malaikat pelindung, Tuhan mengirimmu padaku. Tolong lindungi aku dari  kejahatan dan tuntun aku keluar dari kegelapan dengan cahayamu. Amin. Malaikat pelindung, Tuhan mengirimmu padaku. Tolong lindungi aku dari kejahatan dan tuntun aku keluar dari kegelapan dengan cahayamu. Amin."

Sepanjang jalanan redup, bibir Jimin tidak henti menuturkan kalimat yang sama secara berulang. Sesuatu yang pernah diajarkan oleh Ibunya dulu, kalimat untuk melawan ketakutan yang datang. Jimin masih berpikir itu metode paling mutakhir, sejauh ini masih berfungsi dengan baik untuk menekan rasa takutnya.

Sampai akhirnya Jimin sampai dijalanan yang sedikit lebih terang lampunya. Perasaannya baru melega. Tapi tidak berlangsung lama. Begitu ia berbelok arah menuju rumahnya, netranya justru mendapati sosok asing yang berdiri didepan rumahnya.

Terlihat celingukan, mengintip lewat pintu pagar.

I try my best 🐣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I try my best 🐣


Written by

Minminki.

WHEN THE STARS FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang