Orang-orang memanggilnya Sunshine bukan tanpa alasan. Lihat bagaimana sikap dan sifat ramah yang ada di dalam dirinya, itu didukung oleh warna surainya yang mencolok. Dia adalah Naruto Uzumaki, laki-laki berkulit tan dengan postur tubuh tinggi, bersurai pirang berantakan dan poni yang menutup dahi, bermanikkan lautan biru, serta memiliki kumis tiga garis di setiap pipi kanan dan kiri.
Laki-laki itu menggeram pelan ketika mengetahui bahwa nomor yang ditelepon tidak dapat dihubungi. "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobala-"
Segera saja menonaktifkan ponsel miliknya, kemudian mengacak ulang surai pirang. Dia menghela napas frustasi disertai dengan monolog pelan, "Awas saja saat bertemu di sekolah nanti."
Naruto mengingat kembali bagaimana perilaku normal seorang saudara sepupunya yang datang dan akan pindah ke sekolah yang sama sepertinya. Saudara sepupunya itu berubah menjadi orang yang terobsesi begitu tidak sengaja melihat salah satu sahabatnya. Sial, ini semua benar-benar salah paman dan bibi!
Satu hari sebelumnya...
"Aku datang!" secara tiba-tiba seseorang membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Naruto memandang orang di depannya dengan biasa saja, orang yang dipandang seperti itu pun merasa kesal. "Berbahagialah di saat aku datang, Naruto!!"
Laki-laki bermanik biru layaknya lautan hanya merespon perkataan itu dengan mengangkat kedua bahu. Dia tidak peduli dengan kedatangan saudara sepupu-yang menurutnya sangat berisik dan kasar. Dalam hati menggerutu sebal karena paman dan bibinya pindah ke kota Konoha, mau tidak mau anak itu akan selalu ikut serta kemana saja mereka pergi.
"Kau, Rubah sial-"
"Dasar... ingatlah kau sedang ada di mana, Karin." Naruto melenggang pergi mengambil tiga koper milik saudara sepupunya yang berjenis kelamin perempuan.
Karin Uzumaki, gadis berkulit putih dengan rambut merah delima yang runcing dan berantakan di sisi kanan, sementara panjang dan lurus di sebelah kiri. Memiliki manik yang berwarna senada dengan rambutnya, dan memakai kacamata cokelat. Berpostur lebih pendek dari Naruto serta badan yang ideal.
Si gadis mendecakkan lidah tidak suka. Naruto berjalan bolak-balik dari teras depan rumahnya lalu ke samping-tepat di dalam sebuah rumah yang semula kosong untuk mengambil koper satu persatu, dilakukan seraya menasehati tentang tata krama ketika berada di rumah orang lain. Karin menutup kedua telinga sambil mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Kebiasaan laki-laki itu jika menasehati seseorang akan menjadi panjang dan lebar. Karin bukanlah seseorang yang akan diam dan bisa mendengarkan.
Naruto kembali dan berkata, "Nah seperti it- eh tadi belum aku persilakan duduk, ya?"
Dia terkekeh kecil dengan menggaruk pipi kanannya yang tidak gatal. Meminta maaf kepada gadis yang masih setia menutup telinganya seraya menatap tajam tidak suka, yang hanya bisa dilakukan Naruto ialah menghela napas lelah.
"Tumben langsung ke rumahku? Kau tidak ingin beristirahat terlebih dahulu?" tanyanya sebelum masuk ke dapur untuk membuatkan sebuah teh.
Karin melepaskan kedua tangan dari masing-masing telinga dan beralih untuk menyilangkannya di depan dada. Gadis berkacamata masih setia menutup mulut sebelum sepupunya kembali. Tidak berselang lama, yang ditunggu pun menampakkan batang hidungnya. "Kau dengar pertanyaanku?"
"Ya aku, Rubah. Aku sedang tidak di dalam mood yang bagus saat tiba di rumah." gadis itu mengambil secangkir teh yang telah disodorkan oleh Naruto.
Naruto tahu bagaimana kesalnya sepupu perempuan ketika paman dan bibi menyuruhnya untuk pindah ke Konoha, karena laki-laki itu juga merasakan hal yang sama. Bahkan paman dan bibi menitipkan anak tunggalnya itu kepadanya. Jika bukan karena mereka ialah paman dan bibinya, dia akan langsung menolak mentah-mentah permintaan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
Fanfiction[OS] [SasuHina] ⚠️ : terdapat kata-kata kasar. Rate T semi Rate M. (Naruto Shippuden) Semua tokoh milik Masashi Kishimoto. [Cover by me]