prolog

6.2K 130 19
                                    

DIKTA memijat dahinya frustasi, beberapa kali juga menghembuskan napas untuk menahan emosi. Di depannya kini berdiri seorang gadis yang masih mengenakan seragam putih abu yang terlihat sudah tak rapi lagi.Gadis itu menundukkan kepala dalam-dalam dan tangan memegang sebuah kunci.
"kan,gue udah bilang..."
"Iya,kak.maaf, maaf, gue yang salah.jangan ngomel pleas..."
"Kalo belum bisa bawa motor, jangan sok-sok-an."
"Iya kak.kan gue dah bilang tadi,salah gue."
Nadhira, Gadis yang baru saja mencoba untuk mengeluarkan motor dari rumahnya, tanpa sengaja menjatuhkan motor itu tepat mengenai bagian sisi kanan mobil Dikta, menyebabkan ringsek yang mengenaskan dan biaya ketok megic  yang pasti tidak murah.

"Ayo masuk, yuk, kita ngobrol bersama Bunda.mau jus melon gak? Nanti gue bikinin," tambahnya dengan nada terdengar ceria,dan mendorong dikta dari belakang agar masuk ke rumah saja.Dikta tampak sudah pasrah sekali.mau marah-marah juga tidak membuat mobilnya mulus lagi.
   Mereka melewati ruang tamu, tempat bunda Nadhira dan mama Dikta ngobrol santai, Nadhira cengar-cengir sambil memegang erat bahu Dikta, memberi kode agar laki laki itu tidak memberi tahu apa yang barusan terjadi,karena sudah pasti bundanya akan mengomelinya.
" Lepasin gue " Dikta berucap singkat, dingin, dan menusuk.
" Hah? "
" Tangan Lo lepasin dari pundak gue." Nadhira segera melepaskan tangannya,dan Dikta mendudukkan dirinya di sofa ruang tv.matanya yang agak sipit menatap tajam Nadhira yang berdiri di depannya, sedangkan Gadis itu hanya mengusap tengkuk dan cengar-cengir.

" Mobil gue --"
" Ohiya, gue mau nanya tugas,tentang hukum,kak! " Lagi, Nadhira memotong ucapan Dikta,tidak memberi kesempatan laki laki itu membahas mobilnya. " Bantuin gue, ya? Lo,kan,anak hukum,kak.lo juga mau bantuin gue jadi pinter,kan kak? Nah, inilah saatnya Lo kasih pembuktian," sambung Nadhira.Dikta kembali menghela napas melihat tingkah anak SMA di depannya ini.
   " Hukum apa?perdata?pidana?tata negara?Hukum internasional?" Jawab Dikta pada akhirnya, Karena mau sekeras apa pun usahanya mengungkit kejadian tadi, Nadhira akan terus melakukan beribu-ribu macam cara untuk menghindar.
  "Asik.nah,gitu dong!" Sahut Nadhira sumringah, kemudian duduk di samping Dikta.dia mencari-cari soal di ponselnya. " Nih, kak, soal hukumnya."
  Dengan raut malas, Dikta mendekatkan diri pada layar ponsel yang di tunjukkan nadhira. seketika,alis tebalnya bertautan.
  " Gimana,kak? Gampang,deh, kayaknya,soal ini buat anak hukum kayak Lo."
  " Lo lagi becandain gue?" Tanya Dikta dingin, lengkap dengan tatapan kesal.
  "Ih, beneran gue, kak."
  " Nadh, ini, tuh, gak ada sangkut pautnya sama hukum. Hukum apaan yang kayak gini?" Dikta sudah siapa menyemburkan Nadhira dengan berbagai Omelan, tapi gadis itu lagi-lagi menyalaknya.

 Hukum apaan yang kayak gini?" Dikta sudah siapa menyemburkan Nadhira dengan berbagai Omelan, tapi gadis itu lagi-lagi menyalaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Kak, itu hukum.hukum Newton, kak, " balas Nadhira kukuh, dan ada benarnya juga. Dikta langsung mengusap wajahnya dengan kasar, tampak frustasi dengan tingkah Nadhira.
" Emang salah, ya, gue? "
" Serius, sampai sekarang gue masih mikir, dosa gue di masa lalu, tuh, apa, ya? Sampai-sampai di kehidupan sekarang, gue dijodohin sama lo, Nadh."
" Ih, masa lo anak hukum,udah semester akhir, gak belajar hukum Newton,sih? " Malah Nadhira yang sewot sekarang.
  " Gue belajarnya hukum rimba, puas Lo? " Balas Dikta di dalam hati, dia terus-terusan mengumpat kesal. Sudah mobil di buat ringsek, sekarang kesabarannya diuji oleh Nadhira yang entah memang tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu,hanya ingin memancing kemarahan Dikta .
" Kirain hukum alam....," timpal Nadhira pelan, sangat pelan, tapi tetep bisa di dengar oleh Dikta, sehingga langsung dapat tatapan tajam laki-laki itu. " Canda, hehehe, " tambahnya dengan senyuman yang menurut Dikta sangat menyebalkan.
Dikta memainkan ponsel,tidak menghiraukan Nadhira yang saat ini masih menatapnya dengan senyum.dikta tahu, Nadhira pasti mau bertingkah lagi.
" Kak Dikta. ..." Nah, bener, kan? Dikta tidak menjawab,hanya berdehem, " jadi, wifi di rumah gue kan,eror ya kak,. ..."Nadhira menggeser duduknya agar kembali berdekatan dengan Dikta yang masih menganggapnya tidak ada.
"Kak,dengerin dulu." Nadhira menggoyang-goyangkan tangan Dikta,minta diberi antensi.
" CK,udah buruan kalo ngomong," respon Dikta dengan sangat malas.
" Mau hotspot,kak,mau buka Twitter sebentar aja," minta Nadhira.
" Udah nyala, namanya asas legalitas."
Nadhira membulatkan matanya tidak percaya,karena tumben sekali Dikta langsung menuruti keinginan.
" Widih, beda deh,anak pinter kaya Lo kalo namain hotspot-nya." Dengan semangat, Nadhira langsung menyambungkan ponselnya dengan hotspot Dikta ." Kak, password-nya apa?"
" Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali," jawab Dikta cepat dan sangat lancar.setelahnya,senyum kemenangan terlihat dibibirnya. " Hah?!" Jemari Nadhira yang sudah siap mengetik, langsung lemas. " Itu password-nya, bahasa hukum."
" Ih, apaan? Gue kira Lo baca mantra." Nadhira masih dengan ekspresi bingung. " Ulang, coba ulang."Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali," lagi, Dikta menjawab dengan sangat cepat dan lancar. Nadhira yang baru ingin mencoba untuk mengetik kalimat asing itu, malah melempar ponselnya dengan kesal. " Gini, deh, biar gampang, Lo yang ketikin." 
" Tulis sendiri,Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali," Nadhira menatap kesal ke arah Dikta, tidak terima Dikta bisa balas dendam.
" Sumpah, gue benci banget sama Lo,kak, nyebelin."
" Oh, bagus, dong, Nadh. Berarti rasa benci gue gak bertepuk sebelah tangan." Mendengar itu, Nadhira rasanya semakin kesal.dia bangkit dari sofa,lalu mengambil ponselnya dengan gusar.
" Semoga gue gak jodoh sama orang nyebelin kaya Lo,kak."
" Semesta, tolong aminkan, karena gue juga gak mau punya jodoh kaya Nadhira."

DIKTA DAN HUKUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang