" jadi hari ini kau membawa sepeda " fardian memulai percakapan mereka,
" ya, aku juga ingin tau rasanya pulang sekolah naik sepeda sepertimu " jawab gemalaFardian tersenyum mendengar jawaban dari teman baiknya itu, gemala satu satunya temannya yg tidak peduli dengan penampilan dan fisiknya, Yg terlihat seperti seorang gadis cantik, meskipun fisikal dengan tubuh anak laki laki yg di milikinya, namun wajah dan parasnya terlihat cantik dengan pipi merona dan bibir merah mudanya itu,
Ayuhan sepeda itu berjalan menyisir jalanan sepi yang teduh diantara rindang pepohan dari sisi kanan dan kiri,
Mereka bersepeda ria sambil sesekali tertawa,
Sampai kemudian fardian menyadari sesuatu dan tiba tiba menghentikan kayuhan sepedanya," Tunggu "
sentaknya yg tiba tiba berhenti pun membuat gemala spontan berhenti mengayuh," ada apa? " Gemala dibuatnya bingung
" kenapa mobil di belakang terus mengikuti kita sedari tadi, apa kau menyadarinya ?" Fardian mengernyitkan dahinya seraya menunjuk kearah mobil yg tidak jauh dibelakang mereka
Gemala terkekeh kecil menggelengkan kepalanya ia selalu saja dibuat gemas dengan keunikan temannya ini,
" far, itu mobilku apa kau lupa ?"
Bukannya menjawab fardian justru menyipitkan matanya mempertajam penglihatannya ke arah mobil dibelakang,
Fardian tertawa keras sambil memukul pundak gemala seperti yg selalu dia lakukan ketika menjumpai sesuatu yg lucu
" aku sejenak lupa, kalau aku memiliki teman konglomerat generasi kedua " ucapnya sambil terus tertawa." aku pun kadang lupa dari mana aku dilahirkan saat aku makan nasi bungkus dibawah jembatan bersamamu " tambah gemala yg kemudian tertawa setelahnya
" aku bahagia denganmu " bisiknya dalam hati.Lalu mereka kembali mengayuh sepeda sampai ke tempat tujuan seperti biasanya,
Mereka akan duduk dibawah jembatan sambil menikmati nasi bungkus yg sebelumnya sudah mereka beli dari perjalanan tadi,"gema, apa kamu kesepian?" Tiba tiba fardian bersuara dengan mulut penuh makanan
"tidak, aku memiliki ibu yg baik dan perhatian, dan teman ceria sepertimu" jawab gemala
"hmm yah gema beruntung memiliki ibu yg sangat menyayangimu"
"Far Kau berbicara seolah ayahmu tidak menyayangimu"
"Memang" singkat fardian sambil terus menyuapi makanan kedalam mulutnya
Mendengar itu gemala menghentikan makannya dan menoleh kearah temannya dengan tatapan bingung
Fardian yg merasa gemala bingung menatapnya pun menghentikan makannya,
"Mungkin kalau sedari awal aku tidak dilahirkan atau harta itu ibu tidak menuliskannya atas namaku, itu jauh lebih baik untukku"
Gemala semakin bingung mendengar itu,
"Apa maksudmu far""Aku lebih baik tinggal di panti asuhan atau menjadi gelandangan daripada harus hidup dengan pria itu"
fardian menunduk sedih
"ah sudahlah jangan membicarakan hal ini, itu akan menghilangkan nafsu makanku"
Fardian tersenyum kearah gemala,
Tapi gemala tau temannya ini menyimpan suatu rahasia, ia ingin menanyakan lebih banyak lagi tapi ia urungkan, ia tak ingin temannya kehilangan nafsu makannya sekarang.