IX : berpisah tanpa resah

322 33 3
                                    

"Kepergian itu selalu meninggalkan luka untuk seseorang. Karena setiap orang ada masanya, jadi jika dia pergi dan tidak kembali itu sudah biasa."

...

Bangun dan menyapa cerahnya dunia karena terbitnya matahari dari arah barat adalah favorit Java saat ini. Sekarang Java juga sudah masuk TK B bersama Ricky.

Lalu apa hidup Java tetap sama? Ya begitulah, memikirkan dunia dan masalah dunia adalah rutinitas hariannya. Tapi Java sudah mulai terbiasa sekarang. Java mulai belajar melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan Hesta maupun neneknya.

Java sudah mandiri, dan semua hal yang dia pelajari sepertinya akan berguna setelah ini.

Setelah mandi Java tidak sengaja melihat Hesta sedang mengemasi barang-barangnya untuk pergi dengan ayahnya yang sudah menunggu Hesta di ruang tamu.

Sebenarnya Hesta ingin menolak tapi ada sebuah alasan yang membuat dia harus menerima ajakan ayahnya itu. Java yang ingat sesuatu langsung kembali ke kamarnya dan setelahnya masuk ke dalam kamar Hesta. Java yang baru masuk tersenyum lebar, lalu memberikan kotak kecil yang dia simpan selama beberapa bulan ini.

"Ini apa?"

"Hadiah. Java harap kakak bisa ingat Java melalui benda ini."

Setelah menggerakkan tangannya Java memeluk Hesta dengan erat untuk menyalurkan rasa sedihnya.

"Java akan merindukan kakak, bahagia terus kak Hesta." Selesai menggerakkan tangannya Java pergi keluar. Dia pergi karena dia tidak bisa melihat kepergian kakak kesayangannya itu.

Dia akan sendirian setelah ini.

Sendiri, kesepian dan sunyi.

Saat Java berada di teras luar dia kaget karena seseorang di sampingnya. "Kak Hesta mau pergi ya?" Tanya Ricky yang tiba-tiba ada di samping Java.

Sedangkan Java hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Terus Java sama siapa kalau kak Hesta pergi?" Tanya Ricky.

"Entahlah, setelah kak Hesta pergi, rasanya Java sudah tidak punya semangat hidup lagi."

"Jangan gitu, Java harus semangat." Ucap Ricky dengan merangkul pundak temannya itu.

"Bener kata Ricky, masih ingat pesan kakak satu tahun yang lalu kan?" Ucap Jaegar yang tiba-tiba berada di belakang Ricky.

Sedangkan yang diberi wejangan hanya mengangguk kecil.

"Sedih itu gak berguna, karena apa? Karena mereka gak akan peduli sama perasaan Java."

"Java harus kuat buat nenek, bener kan?" Tanya Ricky yang langsung membuat Java mengangguk semangat.

"Benar, masih ada nenek disini."

Jaegar yang melihatnya ikut tersenyum lalu mengelus rambut Java dengan lembut. "Di dalam pertemuan itu pasti ada perpisahan. Mau Java mohon-mohon pun kalau jalan ceritanya begitu ya mau gimana lagi? Jalan satu-satunya cuma bisa terima semuanya, dan bahagia cuma itu pilihan yang tersisa."

"Ada banyak macam-macam perpisahan. Ada perpisahan tanpa kata selamat tinggal, ada perpisahan yang diawali dengan pertengkaran, ada perpisahan karena panggilan Tuhan, dan ada perpisahan dengan cara berpamitan."

Java dan Lukanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang