Chapter 1 - Takut

730 58 13
                                    

Derap langkahnya tak sabaran. Kepalang kacau dan tak tenang oleh semua pikiran buruk yang meledeknya. Zee pernah merasa takut selama hidupnya, tetapi akan selalu nyaris mati jika itu berurusan tentang isteri terkasihnya. Hanya dia yang sanggup membuat Zee kuat sekaligus lemah. Dia, yang kini terbaring lemah di ranjang memegangi perut besarnya.

Kedatangannya membuat dua orang dalam ruangan menengok kaget. Zee tidak mau tahu soal itu, dan mendekati Nunew yang wajahnya pucat pasi. Sepertinya dehidrasi. Senyum lemahnya buat Zee hilang akal karena merasa gelisah. Dia memeluk isterinya erat dan menghela napas lega. "Astaga, Sayangku."

"Hai,"

"Hai?" tanya Zee sarkas. "Kamu lagi sakit kayak gini, sampai akunya gak karuan. I could lose you anytime dan kamu malah santai?"

"Nyatanya, aku baik-baik saja, 'kan?"

"Tetap bikin aku jantungan, " balasnya sambil mendengus kesal setiap Nunew —isteri terbaiknya, menyepelekan kondisi lemah yang dialaminya. Ini bukan yang pertama kali Nunew harus berkunjung ke rumah sakit karena kesehatannya menurun. "Aku gak bisa mikir yang bagus selain bisa berdoa kamu selamat,"

Senyum Nunew merekah manis. Mengangguk penuh yakin berikan usap lembut di pipi. "Doamu yang menyelamatkan kami,"

"Iya, tapi tadi ada yang sampai gak bisa tidur, tuh." 

"Ibuuu,"

Aduan dari wanita yang duduk di sofa meminum air hangat buat Nunew merengek kecil. Merasa malu karena sudah berkali-kali merepotkan, meskipun sekaligus bahagia karena dilindungi oleh orang tersayangnya tanpa syarat. Ibu mendapat pelukan dari Zee, kemudian mengadu lagi. 

"Tekanan darahnya turun, semua makananyang masuk keluar lagi, dehidrasi sampai pingsan. Wajahnya pucat seperti tokoh vampir saja,"

"Ibuuuu," sekali lagi Nunew merengek. "Udah, dong."

Zee mengangguk. "Aku mengerti. Maaf aku terus merepotkan Ibu, ya. Terima kasih karena sudah menjaga Nunew selama aku gak di rumah karena kerjaan. Maaf aku belum bisa tanggungjawab,"

"Mana boleh kamu ngomong begitu," Ibu menggeleng dan beri usap lembut di kepala Zee. Berusaha menenangkan suasana hati anaknya yang kelabu karena dipacu begitu nyeri. 

"Kamu tetap suami yang siaga, kok. Buktinya, kamu masih ada di sini bahkan gak sempat mandi. Kamu berlari ke sini dengan kekhawatiran, bentuk nyata kepedulianmu ke orang tersayangmu,"

Ibunya tersenyum gemas lihat kedua tangan anak tersayangnya bertaut erat. Saling ada untuk satu sama lain."Nunew memang nakal, tapi itu cara dia menghadapi dunia. Dia kuat karena nakal. Tak perlu khawatir berlebihan, sayang. Ada Ibu di sini,"

"Yang penting kita selalu pastikan Nunew dan baby sehat, itu mungkin akan jadi sangat sulit karena kehamilannya rentan. Tapi Ibu yakin kita semua bisa," ujar Ibunya memberikan cium pipi untuk Zee dan Nunew sebelum pamit pulang karena sudah dijemput, dan harus mengurus Ayah di rumah. "Oh, tadi Nunew sengaja gak mau makan karena tahu kamu mau ke sini. Nanti ingatkan dia untuk makan yang banyak, ya, sayang?"

Zee mengangguk semangat. "Ibu hati-hati, ya. Salam untuk ayah. Bilang kalau Zee juga berterima kasih"

"Iya. Nah, Nunew, pangeran berkuda putih kamu sudah ada di sini, jadi jangan bandel lagi, ya?"

"Ibuuuu," lagi, Nunew merengek.

Kepergian Ibu lantas membuat Zee sigap mengeluarkan tas kecil yang dibawanya. Ada satu kotak besar bento berisi makanan enak kesukaan Nunew. Tanpa mengurangi hormat dan kecintaannya, Zee menghindarkan tempura dari makan malam Nunew kali ini karena itu tak terlalu baik untuknya.

Our Beloved Kuea (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang