Chapter 5 - Sorry, Thank You

685 46 15
                                    

"Aku sudah bilang dia pasti sugar rush. " sahut Zee saat lihat Nunew makan malam dengan cepat supaya lebih cepat pergi dan mengurus Kuea yang rewel. Dia masih mengunyah mapo tahu, sementara piring Nunew sudah bersih. Kepalanya diketuk oleh Ayah yang duduk di sebelahnya. "Apa, Ayah?"

"Makanya anak kecil jangan dikasih kembang gula."

"Bukan aku yang kasih, demi Tuhan." sahutnya. "Aku bahkan tak tahu bagaimana dia bisa memegang itu. Tapi sepertinya, kalau tak salah ingat, ada anak laki-laki yang duduk di belakang. Mungkin dia yang memberikannya pada Kuea,"

Ayah menggeleng. "Bukannya introspeksi diri karena tidak mengawasi anak secara penuh, malah menyalahkan orang lain."

"Iya, maaf. Aku memang salah."

Nunew menggendong Kuea lalu pamit kepada Zee dan kedua orang tuanya yang masih berkumpul di meja makan. "Aku ke kamar Kuea dulu, ya. Dia sebenarnya sudah mengantuk, sudah rewel, tapi masih mau main."

"Iya, sayang," balas Ibu. "Goodnight, Kuea." "Bilang apa sama nenek, sayang?"

Naaaiiit! balas Kuea yang juga berikan kiss-bye pada kakek dan nenek yang luluh dan tersenyum gemas.

"Nah, Kuea mau main atau baca buku?" tanya Nunew saat sudah masuk ke dalam kamarnya. Dia mendudukkan anaknya di atas karpet lembut. Dengan cepat, Kuea merangkak dan mengambil boks yang berisi lego. Menumpahkannya ke atas karpet dan tertawa girang mengajak Nunew untuk bermain bersamanya membuat dunia yang menyenangkan. Tingkahnya buat senyum Nunew mengembang lebar. "Habis ini Kuea tidur, ya,"

Neeeeeee; jawabnya begitu pintar. Kemudian mengajak ibunya untuk duduk lebih dekat dan membuatkan kereta dengan susunan lego warna-warni. Hari ini, dia suka dengan kereta karena melihat kereta yang indah di perjalanan pulang saat Nunew tengah ajak dia bicara mengalihkan rasa kesalnya.

Nunew tersenyum gemas saat Kuea akan diam dengan bibir manyun karena sangat fokus pada mainannya. Dia mengusap kepalanya meskipun Kuea tidak bereaksi apa-apa selain sibuk membangun stasiun penuh kereta warna-warni.

Haaaahmm akhirnya Kuea menguap. Matanya terasa berat setelah begitu lama mengerahkan sisa energinya untuk lego. Kini dia mendekat untuk mendapat pelukan Nunew dan mencari tempat bersandar yang nyaman. Susu hangatnya menjadi makan malam terakhir sebelum dia benar-benar terlelap dengan tepukan pantat lembut dan senandung manis dari ibunya.

"Anak manis." bisik Nunew membubuhkan kecup di dahi Kuea usai meletakkannya ke dalam crib. "Mimpi indah, nak."

Setelah membereskan mainan, Nunew mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu temaram. Memastikan tak ada gerak selain tarikan napas tenang, kemudian Nunew menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju kamarnya sendiri.

"Hei, maaf aku—" sapaan Nunew berhenti. Terganti rengut kesal saat menemukan Zee duduk di atas ranjang memakai kacamata sambil membaca dokumen tebal. Lantas dia mendekat karena Zee hanya melirik dan beri senyum tipis. "Apa yang menarik di dalam sana, sih?"

Alis Zee bertaut. "Tidak ada? Hanya baca laporan."

"Then greet me better."  sahutnya jengkel. "Kamu kan lagi cuti, gak perlu baca dokumen — meskipun cuma laporan saat kamu di rumah seperti sekarang. Kamu itu lagi libur, yang artinya, gak perlu urus soal kerjaan sekecil apapun itu! Libur itu artinya waktu untuk rehat dari penatnya pekerjaan, tahu? Kalau begini, apa bedanya sama kerja kayak biasa? Cuti ya kamu baca buku fiksi aja, bukan laporan"

Alih-alih merasa bersalah, Zee merasa hangat. Membentuk senyum geli di wajahnya yang didasari oleh sengatan geli dalam dada yang porak-poranda. Zee terkekeh sebelum menarik Nunew lebih dekat padanya. "Hei, aku gak pernah sadar kalau aku sangat suka dan rindu dengan bawelnya kamu yang begini."

Our Beloved Kuea (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang