Bloody in Love - 7. Invitation

130 19 0
                                    

Waktu berjalan dengan cepat. Ben dan ruby, keduanya menjalani hari dengan bahagia terlebih mereka semakin dekat dengan hari pernikahan. Pernikahan antara manusia dan vampire sangat langka dan bahkan dalam beberapa abad tidak pernah terjadi.

Yang paling sibuk mengurusi pernikahan tentu ibu dan ruby. Ben, dia mendapatkan pekerjaan sebagai panglima militer menggantikan nicha. Nicha resmi menjadi pengawal dan ajudan pribadi ruby, ruby membutuhkan proteksi lebih karena ia manusia.

Ben mendapatkan posisi itu bukan karena privillage melainkan ia mengikuti tes sedemikian kompleks hingga lolos dan kompeten untuk posisi itu. Ben ingin mendapat banyak pengalaman dulu sebelum naik menjadi raja berikutnya. Dalam proses ini ayahnya masih membantu ben untuk stay in the line.

...

Ibu dan ruby sedang berada di ruang keluarga, melihat semua undangan yang akan disebar ke para manusia yang mereka kenal walau sedikit dan para vampire negeri tetangga.

"Sayang, undangan untuk keluargamu biar nicha saja yang antar bagaimana?" Tanya ibu

Ruby menurunkan senyumnya. "Ibu undangan mereka, bolehkah ruby saja yang mengantar? Uhm ruby sedikit rindu pada ayah..."

"Kamu yakin? Kalo ruby tanya ibu, tentu saja ibu memperbolehkan. Kalo ben?"

"Nanti biar ruby yang tanya pada ben. Terima kasih ya ibu" ucap ruby tersenyum

"Ah anak ibu indah sekali, coba ibu punya anak seperti kamu 10"

"Tapi ben juga indah ibu. Pria paling baik dan indah yang pernah ruby temui" ucap ruby yang membuat ibu terharu, seorang ibu tentu saja akan bahagia jika anaknya dipuja dan dikagumi.

Sekitar 30 menit ibu dan ruby melakukan hal yang harus dilakukan seperti masalah undangan tadi. Ibu harus mengisi tenaga sehingga pamit dari ruang keluarga untuk menuju ruang penyimpanan darah.

Tinggalah ruby dan nicha. Jangan lupakan nicha, ia juga sama sibuknya membantu ruby dan ibu. Nicha merasa terhormar bisa menjadi tangan kanan ruby, ia sedikit bosan menjadi panglima militer karena harus bertemu para prajurit kekar, mendapat kesempatan mengawal manusia cantik tentu menjadi berkah baginya.

"Yang mulia anda mau istirahat atau melakukan hal lain?" Tanya nicha, ya dia tentu mengetahui rencana pengiriman undangan ke rumah orang tua ruby

"Nicha bisa tolong antarkan aku ke tempat ben?"

Nicha tersenyum, manusia ini memiliki manner yang sangat baik, selalu minta tolong dan berterima kasih. "Tentu saja yang mulia"

Nicha menemani ruby berjalan menyusuri jalanan yang sejuk karena masih dikelilingi pohon tinggi. Kota vampire dalam hutan dengan pohon tinggi, inilah impian ruby.

Ben sedang berlatih kekuatan dengan 2 teman akrab. Dari kejauhan ruby dapat melihat tunangannya itu bersinar terkena sedikit cahaya matahari.

Ben menyadari kehadiran ruby dan nicha, tentu saja ben segera terbang menuju ruby.

"Ruby...ada apa? Kenapa tidak memanggilku saja? Kita kan sudah bisa telepati..." tanya ben yang sudah memeluk ruby

"Apa aku mengganggu?"

Wajah ben berubah heran. "Mengganggu? Tentu saja tidak. Nicha ada apa ini? Apa sesuatu menganggunya?"

"Ah tidak ben...nicha hanya menemaniku menemuimu. Itu ben aku mau minta izin mengirimkan undangan pernikahan ke ayah ibuku, di argos city, tenang saja nicha akan menemani" ucap biu malu-malu

"Ayo...nicha kamu bisa tolong aku bantu melatih para junior bersama dua vampire nganggur ini sementara. Skill panglima mu tidak hilang begitu saja kan, oh iya... nanti malam tolong antar kami ya" tanya ben

"Siap yang mulia..." jawab nicha

"Ben tidak perlu...aku..."

"Sudah ayo sayang, kita harus bersiap kan. Aku harus menemanimu, aku calon suamimu setidaknya birkan aku melihat ayah ibumu. Aku gendong ya kita terbang" ucap ben kemudian sudan menggendong ruby

Ruby hanya tersenyum. Sejujurnya ia takut ben tidak akan mengizinkannya namun ternyata boleh-boleh saja tetap harus ben yang menemani.

...

Ben dan ruby sudah rapi dengan pakaian mewah yang disiapkan ibu. Ruby yang sebelumnya sangat sederhana terlihat sangat menawan, seolah pakaian mewah itu memang ditakdirkan untuk dirinya.

Di sisi lain seseorang terlihat kesal. "Kenapa ibu memberikan baju indah untuk ruby, well ruby indah setiap harinya memakai pakaian apapun tapi kan ini menambah nilai keindahan...ruby yang seperti ini harus aku saja yang lihat. Jika semua orang melihat ruby bersinar seperti ini, nanti ruby di ambil orang...ruby kan milikku!"

Ruby cekikikan mendengar ocehan ben, ben tiada habisnya mendumel.

"Memang siapa yang mau ambil aku? Aku kan sudah punya kamu. Cuma kamu yang mau terima kekuranganku" ucap biu memegang bahu ben

Mendengar hal itu, ben memeluk ruby erat sangat erat. "I love you ruby somuch dan bagiku kamu sempurna tidak ada kekurangan yang aku lihat darimu"

"Love you too ben somuch dan terima kasih"

Mereka pun bersiap menuju rumah ruby tanpa terbang hanya dengan kendaraan roda empat. Awalnya ben ngotot mau terbang saja sambil menggendong ruby, hitung-hitung meromantisasi keadaan tapi apa yang akan mereka lakukan jika dilihat manusia? Ben pun mengalah dan memilih naik mobil saja ditemani nicha sebagai sopir mereka.

Ruby tampak sangat gugup. Apakah orang rumah masih mau melihatnya, jawaban menyakitkan apa yang akan ia dapatkan? Apakah kak roland tetap akan menyumpahinya mati?

20 menit kemudian mereka tiba di argos city.

Mobil yang dikendarai nicha dengan penumpang ben dan ruby sudah tiba di sebuah mansion besar.

"Kita sudah sampai yang mulia. Saya akan berjaga disini jika butuh sesuatu tolong panggil saya" ucap nicha

"Terima kasih nicha" ucap ruby

"Nicha terima kasih tolong pantau keadaan sekitar" ucap ben

Ben menggenggam tangan ruby erat tak kendur sedikitpun. Genggaman tangan itu membuat ruby merasa aman dan tenang.

Setelah memencet bel rumah, seseorang tampak keluar. Laki-laki paruh baya dengan tatapan sendu.

"Selamat malam ayah" sapa ruby

"Ruby?"

"Selamat malam mr.puttha" sapa ben

Mereka dipersilahkan masuk. Dari tadi ruby tak melihat kehadiran ibu dan kak roland, ingi bertanya ke ayah namun segan. Ruby melihat ruangan tamu besar itu, masih sama seperti dulu terlihat rapi. Namun, ada satu yang membuat matanya terkejut, lukisan pemandangannya dipajang di ruangan itu dan terlihat indah juga serasi dengan konsep ruangan.

Ruby tersenyum, ia menduga bahwa sang ayah yang memajang lukisan itu. Ia sangat senang.

"Kenapa kamu tersenyum cantik begitu sayang?" Tanya ben

Ruby menggeleng pelan. "Kamu tampan sekali malam ini, uhm setiap hari juga tampan sih...maaf aku belum memujimu hari ini"

Wajah ben memerah, kalo saja ini bukan di rumah mertua ia pasti sudah menciumi ruby dengan brutal

...

Obrolan dibuka dengan perkenalan dari seorang ben sumettikul

"Perkenalkan saya reuben sumettikul. Calon suami ruby." Ucap ben santai

"Kedatangan ruby dan ben kesini ingin mengantarkan undangan pernikahan." Ucal ruby sambil menyerahkan undangan dengan design mewah

"Jadi kamu sudah menerima anak saya?" Tanya ayah sambil memandang ben

"Saya menerima ruby dengan seluruh nyawa saya...tidak ada yang boleh menyakiti ruby satu orang pun" Ucap ben serius membuat atmosfer itu sedikit dingin, ayah merasa terintimidasi namun dengan maksud yang baik.

Malam itu, pertama kalinya ruby dapat melihat senyum ayah setelah sekian lama. Ada kelegaan di dalam senyum itu yang hanya dimengerti oleh ruby.

"Terima kasih ayah" ucap ruby membuat semuanya kaget

To be continue...

Bloody in Love [BibleBuild]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang