Bloody in Love - 8. Fire

151 21 0
                                    

Ucapan ruby yang tiba-tiba itu membuat semua orang terkejut. Perlahan sang ayah memahami ucapan ruby yang tiba-tiba itu.

Ayah ruby merasa lega karena anaknya tampak bahagia, wajah cantik nan anggunnya dengan semburat kemerahan di pipi kembali seperti sedia kala. Ruby dahulu tak pernah tersenyum, selalu diperlakukan semena-mena, dihina, disakiti namun ruby tak pernah melawan.

Ayah ruby menyadari perbuatannya, namun ia bisa apa sekarang? Rasanya meminta maaf saja tidak cukup. Ia malu, sebagai seorang pria yang hidup di bayangan istrinya. Ia bahkan tak mampu membuat ruby dan ibunya bahagia. Rasanya lega bahwa ruby dicintai seseorang sebegitunya.

"Tolong jaga dan hargai ruby. Selalu buat ruby tersenyum, ruby tidak pantas sedih dan menangis" ucapan ayah membuat ruby menangis

"Saya berjanji mr.puttha terima kasih sudah mempercayai saya" ucap ben memeluk ruby dari samping dan membantu menghapus air mata yang terus keluar dari mata indah ruby

Terdengar suara mesin mobil dari luar.

"Sepertinya roland dan istriku sudah pulang" ucap ayah sambil meneguk teh yang sudah disajikan oleh housemaid untuk mereka bertiga

Entah mengapa jantung ruby berdegup kencang. Ia seoalah sudah tahu seperti apa reaksi yang akan diberikan oleh ibu tirinya dan kakaknya.

Pintu terbuka. "Sayang keluarga sumettikul berkunjung? Mobil mewahnya di halaman rumah kita...kamu?"

Suara ibu menggelegar, terlihat roland di belakang ibunya mengekor.

Ruby dan ben sejak tadi berdiri, seolah menyambut dua manusia berhati batu itu. "Selamat datang ibu, kakak" ucap ruby takut

"Kenapa datang lagi? Kamu diantar pulang? Hahahaha sudah aku duga, mana mau keluarga terhormat seperti sumettikul mau menerima kamu. Pasti dia calon suamimu kan, ah maafkan kami, kami tidak tahu diri mengizinkan ruby menikahi anda. Tidak mungkin ruby yang penuh kekurangan dan lemah ini menikahi pria gagah sempurna seperti anda" ucap ibu

"Saya reuben sumettikul, saya dan calon pengantin saya datang kemari untuk mengantarkan undangan pernikahan kami. Akan sangat kurang ajar jika mertua saya tidak diundang. Kalimat yang anda keluarkan saya harap hari ini adalah hari terakhir anda ucapkan hal seperti itu lagi. Saya tidak bisa mendengar calon pengantin saya direndahkan!" Ucap ben memegang pinggang ruby, bermaksud memberikan rasa aman.

Ibu dan roland sangat terkejut. Keduanya saling bertatapan. "Anda akan menikahi ruby?"

"Apakah telinga anda mengalami masalah? Anda bisa berobat ke rumah sakit ternama di argos city ini saya yang akan membayar" ucap ben

"Kurang ajar! Kau tak berhak berbicara begitu pada ibuku! Sombong sekali!" Ucap roland tak terima ibunya dikatakan begitu

Ben menatap tajam roland, mengeluarkan aura dingin intimidasi milik kaum vampire nya. Suasana memang menjadi dingin dan kelam.

"Kalian manusia bau! Berhentilah berbicara, yang kurang ajar daritadi memangnya siapa? Dan Kau mana mungkin kepala polisi bentuknya lemah sepertimu." Ucap ben pada roland

Ruby melihat raut wajah kakaknya, begitu marah dan murka. "Ben..." ucap ruby memandang wajah ben yang sedikit emosi namun tetap tenang

"Lemah katamu? Kau pikir kau siapa bisa berbicara begitu hah! Lihat wajahmu yang pucat seperti kurang darah begitu, siapa yang kau sebut lemah tadi? Memang kalian dua orang lemah yang ditakdirkan bersama. Aku tak menyangka ruby akan menemukan soulmate nya, entah bagaimana caramu menggodanya...memang ada yang masu sama manusia lemah terlebih laki-laki sepertimu!" Ucap roland

Siapa sangka, ruby manusia yang dikatakan lemah oleh keluarganya, melepas tangan ben dari pinggangnya secara pelan kemudian maju untuk memukul wajah roland. Pukulan yang pantas didapatkan oleh roland. Pukulan itu cukup keras, ruby mendapatkan kekuatan itu dari perasaan cinta ben yang tulus.

Roland jatuh tersungkur, terlihat ibu membantunya dengan panik.

"Kakak boleh menghinaku sepuasnya. Tapi kakak tidak boleh menghina ben! Tidak ada yang boleh menghina calon suamiku. Dan faktanya memang kakak yang lemah bukan ben! Uhm...ayah ruby dan ben pamit. Jangan lupa untuk datang" ucap ruby kemudian menarik tangan ben dan pergi melangkahkan kaki keluar dari rumah itu

...

Di mobil, terlihat pemuda manis menggembungkan pipinya sambil menyatukan alis, dua orang pria kekar lainnya tidak berani menyenggol, well hanya memberikan waktu sendiri sebentar.

Namun, tentu saja ben tidak sabaran, ia ingin sekali memeluk tunangannya itu.

"Sayang...are you okay now?" Tanya ben

Ruby menghela napas. "Maafkan keluargaku ya ben...maafkan ucapan kak roland"

Ben memeluk ruby. "Kenapa minta maaf? Kenapa harus kamu yang selalu minta maaf? Aku ingin bertanya padamu, apa kamu sudah gapapa? Aku harap hatimu kembali tenang ya. Terima kasih sudah berani tadi, tunanganku sangat keren dan seksi"

Ruby terisak. Akhirnya air matanya turun dipelukan orang yang ia sayangi. Ben mengelus lembut kepala ruby.

"Aku tidak peduli mereka mau ngomong apa. Mereka manusia lemah dan bau. Maaf tadi belum cukup melindungimu, ingin sekali rasanya memukul roland tapi ternyata tunanganku sudah mewakili, ruby hari ini hebat" bisik ben

Ruby mengeratkan pelukannya. Malam itu meskipun menyebalkan tapi ruby bersyukur ada seseorang yang menemani dan mendukungnya.

Di perjalanan, ternyata ruby tertidur dipelukan ben, maklum tunangannya itu habis menangis. Mata sembab ruby entah mengapa sangat menggemaskan di mata ben, ingin sekali ben mengecupinya tapi nanti ruby akan terbangun .

"Nicha.." panggil ben

"Iya yang mulia"

"Apa kamu mendengar semuanya tadi?" Tanya ben

"Iya yang mulia, semuanya terdengar. Saya ingin masuk tapi ternyata yang mulia ruby sudah menghajar manusia bau itu" ucap nicha

"Dia keren kan. Keberanian dan percaya dirinya mulai tumbuh aku sangat bangga. Nah nicha jika kamu melihat keluarga itu mengancam ruby lagi, kamu boleh melakukan apapun. Ruby tidak boleh tersakiti oleh siapapun" ucap ben serius

"Siap yang mulia, saya akan melindungi yang mulia ruby dengan segenap jiwa saya"

"Terima kasih nicha"

"Sama-sama yang mulia!" Jawab nicha sigap

Saat tiba di istana atau biasanya ruby bilang mansion sumettikul. Ada seseorang yang sedang menunggu kehadiran ruby, hendery.

"Kenapa dia masih disini!" Ucap ben

"Anda lupa yang mulia, pemimpin 2 kerajaan sedang menginap disini. Putri luna dan pangeran hendery anak mereka" ucap nicha

"Astaga!" Umpat ben

Nicha keluar duluan dan membantu membukakan pintu untuk ben yang sedang menggendong ruby.

"Selamat malam yang mulia ben, keliatannya ruby sedang tidur ya" ucap hendery

"Sudah tahu kenapa masih bertanya? Kecilkan suaramu ruby ku bisa terbangun" ucap ben

"Bukankah anda yang harus kecilkan suara? Apa mau saya bantu gendong ruby?" Tanya hendery

Ben mendengus kesal. Sepertinya akan terjadi pertikaian jika tidak dilerai. Nicha pun mau tidak mau membantu mendistraksi hendery.

Hari itu hari yang sangat panas bagi reuben sumettikul.

"Yang mulia ben silahkan masuk, yang mulia hendery bukankah anda ada pertemuan dengan para petinggi dan putri luna?" Tanya nicha

"Ah pertemuan itu memuakkan dari pagi sampai sekarang masih berbicara daerah pemekaran. Wanita menyebalkan itu? Cih dia sibuk menggoda prajurit kalian, dia sangat berisik" ucap hendery yang terdistraksi

"Ah begitu, kalo begitu apa anda mau saya antar ke ruangan bersantai? Disana banyak permainan yang bisa anda mainkan" ucap nicha

"Kamu mencoba mendistraksi ku kan? Hahaha baiklah. Lagian ruby tidak akan bisa menjadi milikku kan?" Tanya hendery

Nicha hanya melirik ke sembarang arah, niatnya terbaca begitu saja...

To be continue

Bloody in Love [BibleBuild]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang