XIV. Kamera kecil

6 2 0
                                    

"Kakak yakin dia gabakal tahu?..."

Maura membungkukkan badannya di sebelah Evander yang sedang mengotak-atik sebuah kamera kecil dengan kabel-kabel yang Maura sendiri tak tau apa gunanya. Evander dengan fokus memasang kamera kecil itu di bawah meja milik Ahmad. Evander menghembuskan nafas panjang dan menyeka keringat di keningnya, Maura hanya memperhatikan Evander yang tersenyum puas dengan guratan senyum kecil di bibirnya. Evander membuka ponselnya dan menunjukkan Maura sudut pandang kamera yang ia pasang di bawah meja Ahmad.

"nanti, pulang sekolah kita tunggu...mereka masih berulah atau engga,"

"kalau masih gimana kak?"

"kita ajak ngobrol baik-baik,"

"dih?...ngapain?labrak lah,"

Evander menyentil kening Maura dibarengi gelak tawa Maura. Waktu sudah hampir menunjukkan jam 6, Evander dan Maura segera keluar dari ruang kelas Ahmad dan berjalan bersama menyusuri lorong. Evander memastikan di sekitar mereka sepi, ia mengehembuskan nafas panjang. Maura dapar merasakan hangatnya udara yang Evander hembuskan, ia terkekeh kecil melihat peluh di kening Evander. Maura mengikuti langkah Evander, entah kemana ia pergi Maura hanya mengikuti langkahnya.

"Alhamdulillah tadi gaada siapa siapa..."

Disela keheningan itu Evander menbahkan kalimatnya disaat ia telah memastikan bahwa lorong itu telah sepi. Maura mengangguk dan berjalan di samping Evander, namun langkahnya terhenti ketika ia merasakan seseorang di belakangnya. Pundaknya merinding, sebuah kepala tiba tiba muncul di samping wajahnya.

"Siapa bilang gaada siapa siapa?,"

Maura reflek memekik kaget, Evander menoleh dan menyadari bahwa Yudha mengikuti mereka sedari tadi. Yudha merangkul Evander dan menyeringai.

"habis ngapain hayo?,"

Yudha menggoda Evander yang mukanya ikut memucat takut ketika kepala Yudha nongol diantara mereka. Evander hanya menggeleng tak apa dan tertawa sambil menepuk punggung Yudha. Maura tersenyum kecut ketika melihat seringai usil Yudha yabg berhasil mengejutkan mereka berdua. Mereka memutuskan untuk berpisah jalan meningat kelas mereka yang berbeda.

˚˖𓍢ִ˚🖇️✩ ˚🎧⊹♡✩ .🎧⋆☾⋆⁺₊✧✩ ˚˖𓍢ִ🖇️✩

"Raa!?...Maura!,"

Maura terperanjat ketika Maura menggoyangkan tubuhnya, Mala menyerahkan es krim di tangannya dan duduk di sebelah Maura yang sedang asyik melamun. Mala dan Maura mulai memakan es krim yang Mala beli di koperasi sekolah. Maura masih asyik dengan lamunannya sendiri seketika buyar saat Mala mulai berbicara.

"Lo tau ga sih?....tadi di kopsis, Ada kak Evander..."

Maura menoleh penasaran dan bertanya.

"Serius?,"

"iya, dia bareng kak Yudha...ngobrol sama Niya..."

"Yang ngobrol sama Niya Kak Evan atau Kak Yudha?,"

Mala terhenti, ia menoleh kearah sahabatnya Maura dan menyeringai.

"Kak Evan,"

Seketika ekspresi Maura mulai meluruh menjadi kesal, Mala terkekeh saat Maura menunjukkan bibir bebeknya saat ia cemburu, sudah lama ia mengetahui bahwa Maura menyukai Evander. Terlebih lagi saat Maura bercerita mereka pergi pulang bersama.

Suasana di taman saat itu sangat panas oleh terik matahari. Namun tak menghentikan langkah siswa laki-laki untuk bermain sepak bola. Mereka bahkan melepas seragam dan melepas sepatu mereka. Beberapa siswa siswi juga berlalu-lalang. Maura menghembuskan nafas panjang dan melempar stik es krimnya yang telah habis kearah tempat sampah di sebelahnya.

Disaat Mala dan Maura sedang asyik mengobrol, seorang laki-laki dengan postur tinggi dan seragam berantakan berlari kearah mereka berdua.

"Dor!..."

Mala dan Maura reflek memekik kaget, Mala tanpa sadar mengelak dan membuat sseorang di belakang mereka tersungkur di depan. Maura tergelak, itu adalah Ares. Ares berdiri dan menepuk-nepuk pipinya yang baret oleh bata yang kasar.

"Gue ada berita baru cuy!..."

Mala dan Maura sontak memasang telinga mereka dan duduk manis.

"Ternyata geng punya alumni dulu hidup lagi!,"

Maura tercengang, yang ia tahu bahwa geng yang terkenal seantero sekolah itu telah purna tepat disaat hari kelulusan angkatan 2020. Mereka masih mendengarkan berita dari Ares yang memang memiliki banyak koneksi berkat orang tuanya yang seorang guru di SMA mereka.

"Gue gatau siapa ketuanya, tapi yang pasti mereka pasti ngerusuh...salah satu anggotanya yang gue kenal ada F—"

"Siapa yang kalian kenal!?..."

Telinga Ares tiba-tiba memanjang merah, seorang guru wanita dengan kerudung biru dan bros kupu-kupu di dadanya menjewer telinga Ares.

"A-aduh mah!...l-lepasin!..."

Bu Risa seorang guru sekaligus ibu dari Ares yang mengajar mata pelajaran Ekonomi itu tiba-tiba datang dan menjewer telinga Ares.

"Ini jam berapa?...pulang kalian...sudah masuk pelajaran ini,"

Mala dan Maura reflek berdiri dan meminta maaf kepada Bu Risa dan berlari meninggalkan Areska sambil tertawa puas melihat kuping Ares yang masih dijewer oleh Bu Risa.

"Urusan kamu sama mama belum selesai ya Res...kenapa kamu sembunyikan hasil ulangan Ekonomi ini hmm?,"

"Ampun mahh!..."

Biar Aku Yang Terluka : MauVan-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang