Berjalan sendirian di malam hari dan duduk di sekitaran halaman rumah, juga ditemani oleh bulan dan dingin nya malam hari sangat menenangkan suasana hati seorang Ayla Rafasya. Ia sangat menyukai suasana di malam hari dan bulan di langit.
Dengan tenang nya ia menikmati dan memandang bulan sabit yang sangat indah. Bagi Ayla bulan adalah teman yang baik bagi orang yang sendirian.
Ia tersenyum sendiri karena ia teringat seseorang mengenai bulan ini.
<Flashback on>
"Bulan nya cantik ya ay" tanya lelaki itu yang berada di samping Ayla.
Gadis itu menganggukkan kepala nya, "iya cantik banget."
"Cantik nya sama seperti lo ay"
Ayla tertawa, "lo bisanya ngegombal doang ya haha."
"Gue lagi ga ngegombal ay," ujar lelaki itu.
"Lo tau ga kenapa bulan dan bintang tidak terlalu dekat van?" tanya Ayla.
"Gatau, emangnya lo tau?"
"Mereka memang tidak terlalu dekat, tetapi bintang bisa melihat bulan dan bulan pun bisa melihat bintang. Gue ingin kita seperti mereka, memang tidak dekat tetapi kita bisa saling menatap."
Revan hanya diam.
"Gue gamau jadi bintang atau bulan deh ay" ujar Revan.
"Kenapa?" tanya Ayla.
"Karena gue hanya ingin menjadi sejuta awan yang ada di langit, agar gue dapat memeluk lo setiap saat, biar hanya gue yang dapat menikmati sinarmu seorang diri."
"Duhh, belajar darimana sih bang?"
"Eitss otodidak nih boss," ucap Revan dengan kepedean nya.
<flashback off>
Gadis itu tersadar lalu geleng-geleng kepala kemudian tersenyum kembali. Tanpa disadari tiba-tiba entah darimana datang nya tangan kekar yang berada di pundak nya Ayla dan membuat gadis itu terkejut. Yang mulanya ia sedang menikmati suasana malam hari, kini ia berhadapan dengan sosok lelaki yang beda jauh umur nya dari gadis tersebut.
"Lo ngapain malam-malam begini di halaman? udah gitu ga pakai jaket lo nya" tanya Rafka.
Lelaki yang mengejutkan Ayla tadi adalah abang nya sendiri yang beda jauh umurnya sekitar 2 tahun. Nama nya Rafka Narendra.
"Lo bikin gue jantungan aja bang," ucap Ayla sambil ngelus dada nya karena masih syok.
Lelaki itu hanya menampakkan gigi nya. "Hehe sorry adek gue yang paling cantik, manis sedunia,"
"Jawab kek abang nya nanya juga lagian," lanjutnya.
"Gue lagi lihat bulan aja disini bang," Ayla menunjukkan jari telunjuk nya ke langit.
Rafka pun ikutan lihat ke langit.
"Anjay, bulan sabit dek."
"Cantik kan bang?" tanya Ayla.
"Biasa aja ah," ucap Rafka.
"Cabut ah lo sana."
Rafka mendekati dan memeluk adik kesayangan tersebut.
"Utututu manja nya adek gue ini."
"Dih ogah gue di peluk sama lo bang," Ayla berusaha melepaskan pelukan abang nya.
"Eh eh sama abang nya ga boleh durhaka ya,"
"Mendingan kita masuk aja yuk ke dalam, disini dingin nanti lo sakit dek, besok kan lo ada kuliah kelas pagi kan?" lanjut Rafka.
"Gue besok mau bolos," ujar Ayla.
"Coba ulangin dek?!" perintah Rafka.
"Gue mau bolos aja Rafka bawel."
Lelaki itu menjitakkan kepala adik nya. "Enak aja lo bolos kuliah, lo besok harus kuliah, gue antar lo ke kampus."
"T-tapi bang,"
"Ga ada tapi-tapi an, besok pagi lo harus bangun cepat. Kalo ga, gue yang bangunin lo."
"YaAllah tolong Hamba, punya abang gini amat dah,"ujar Ayla.
-🦋-
HAII HAII, AKU COMEBACK HUHU
udah lama juga ya😭😭
aku kembali dengan cerita baru dan dijamin seru banget nantinya🫶Happy reading AMERTA❤🧚♂️
Jangan lupa vote yaa🤍🤗
Terimakasih yang udah baca ♡'・ᴗ・'♡
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Teen FictionAku dan kamu adalah dua atma yang tak dapat jadi satu, kita bagaikan akash dan bhumi yang letaknya berjauhan, namun tanpa dimulai kamu akan amerta dalam asmaraloka ku.