I. Prologue

4 1 0
                                    


[Prolog ini menunjukkan alur mereka ke depannya]

-------------------------------------------------------

     Alkisah, seorang pangeran pergi menuju hutan belantara 'tuk mencari putri yang ia cintai.

Pangeran tersebut mengenakan baju rombeng akibat luka sayatan dari sekujur tubuhnya. Langkah yang gontai, penglihatan yang memudar, juga dengan jemari yang bergetar hebat.

Ia meneriakkan nama kekasih. Tak berhenti meski sautan serigala menggema. Tak berhenti meski duri juga ranting tajam pepohonan terus menyayatnya.

Karena sang pangeran hanya ingin bertemu dengan sang putri.

Maka, ketika udara mulai menipis dan napas bagaikan tertahan oleh air di lautan, pangeran itu pada akhirnya jatuh terduduk di tepi sungai yang banyak bebatuan.

Pangeran melihat dirinya sendiri dari pantulan sungai yang membiasi cahaya rembulan. Tersenyumlah ia karena melihat pula sosok putri di sana.

Sebelum menyadari jikalau itu hanya sekadar ilusi.

Bulir bening jatuh dari netra sebiru langit itu. Isakan terdengar diiringi sesak yang mengarungi dada. Dilihatnya cincin perak yang terpasang di jari manisnya. Perlahan-lahan berubah menjadi abu usang. Abu-abu kemudian melayang ke udara bersama mantik api yang masih menyala.

Pangeran tidak ingin kehilangan sang putri. Akan tetapi, sang putri jauh di sana lebih tidak ingin kehilangannya.

Mereka berdua sebenarnya sama-sama mengharapkan sesuatu. Emosi murni nan suci yang selalu diimpikan tiap manusia.

Yaitu cinta.

Namun, ego selalu menguasai hati itu. Logika memainkan dominasi peran dan meluluhlantahkan nafsu murni. Kata penyesalan akhirnya tak luput dari hinaan yang ditujukkan pada dirinya seorang.

Kamu itu siapa, dan aku ini siapa?

-Nada Nafira

Saga AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang