EIGHT

1K 56 6
                                    

Happy reading....


Zian sudah-sudah cepat di tangani di ruang IGD dengan dokter-dokter terbaik karena Alvaro dan Fiona membawa nya ke rumah sakit milik mereka sendiri.

Kepalanya menoleh begitu tahu ada rombongan yang datang. Tenyata saudara-saudara dan beberapa anggota Geng nya. Steven juga ikut di sana.

"Kenapa bisa jadi gini?" Tanya Steven marah. Ia kaget karena mendengar Zian terjatuh dari tangga mansion Alvaro.

Afkar maju menatap Steven nyalang.

"Bisa nggak jangan memperburuk situasi?!" Peringat Afkar penuh penekanan. Ia kasihan dengan Alvaro yang kacau malah di cerca pertanyaan.

Pintu ruang rawat terbuka, menampilkan dokter laki-laki bernama Eksa. Peluh menghiasi dahi dokter itu, mimik muka putus asa tergambar di wajah nya.

Semua langsung mendekat ke arah dokter itu. Terlebih Alvaro yang langsung menghalangi nya.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Shakila dengan airmata yang turun derasnya.

Kemungkinan terburuk langsung menghiasi kepala mereka melihat dokter Eksa hanya diam.

"Maaf-----"

Alvaro menggeleng kan kepala nya sembari menggigit bibir nya. Lalu ia menunjuk dokter Eksa dengan jari tengah nya. Matanya berkilat merah.

"Ngomong yang bener!" Bentak Steven marah.

Dokter Eksa menghembuskan nafasnya berat.
"Ma-maaf, kita sudah berusaha semaksimal mungkin," ucap dokter Eksa terbata-bata, ia benci mengatakan ini kepada keluarga korban. Apalagi, didepan pemilik rumah sakit.

Alvaro langsung meninju kaca pintu ruang rawat. Tinjuan yang begitu kuat hingga membuat suara pecahan beling nyaring.

Ia kemudian menarik kerah dokter Eksa dengan emosi.

"DOKTER MACAM APA LO BANGSAT?!!" Bentak Alvaro dengan raut marah. Air mata menetes di pipinya merasakan sakit yang luar biasa.

"BERANI-BERANINYA LO NGOMONG PACAR GUE MATI?!!" Seru Alvaro frustasi.

Orang tua Zian sudah berpelukan menangisi anak mereka.

Andra dan Kenzo sudah duduk lemas sembari menunduk mendengar kabar ini. Sementara Leo menangis histeris di pelukan Afkar.

Arya mendekati Alvaro sambil memegang tangan anaknya yang masih mencengkram kerah dokter. "Alvaro," panggil Arya ikut merasakan sakit melihat putranya sekacau ini.

"Bohong kan?" Tanya Alvaro dengan tatapan kosong berusaha bertanya kepada ayah nya bahwa Zian benar-benar masih hidup. Nafasnya memburu, berusaha menepis segala kenyataan ini.

"JAWAB AYAH!!" Bentak Alvaro meraung kesakitan. Ia memukul dirinya sendiri.

"ZIAN MASIH HIDUP KAN?!!" Ia lalu menatap sekeliling dengan Sorot berkilat amarah. "jawab gue tolong....." ucap nya lirih sembari memegang dadanya yang terasa nyeri.

"Jawab gue....."

Masih tak ada Jawaban hanya suara tangisan makin pecah melihat kekacauan Alvaro.

Arya bahkan sudah bersandar di dinding karena tak sanggup menahan badannya sendiri. Rasanya begitu sakit melihat anak nya kacau. Sedangkan Fiona, sudah dari tadi ia pingsan sebelum mendengar kabar ini.

"Kita sudah berusaha sekuat tenaga, tuan. Namun, tuan muda Zian tidak bisa kami selamatkan karena benturan di kepala nya parah. Dan ternyata tuan muda Zian juga mempunyai penyakit lambung yang sudah fatal." Penjelasan dokter Eksa itu membuat semua nya kaget.

Alvaro menguatkan dirinya sendiri. Dengan langkah tertatih Alvaro memasuki ruang IGD. Jantung nya seakan berhenti beberapa detik saat melihat tubuh Zian yang terbaring kaku di Bankar. Matanya tertutup. Wajah yang cantik itu terlihat pucat.

Melihat tuan mereka masuk, dokter dan suster langsung menyingkir memberi kan ruang.

Alvaro mendekati dengan dada yang begitu sesak. Tangan nya gemetaran. Tak menyangka ia akan mengalami fase menyakitkan ini.

"Hei, Dunia nya Varo?" Sapa Alvaro sembari memegang jari-jari lentik Zian yang terasa dingin.

"Baby don't leave me." Air mata Alvaro menetes banyak. Suara isakan pun terdengar di sana.

"Don't, leave me. Aku takut."

"No, kamu nggak boleh ninggalin aku. Aku bilang Kamu enggak boleh ninggalin aku. Enggak kan Zizi. Iyakan? Iyakan?"

"Kamu Udah janji hiks....."

"Jangan di langgar....."

"Ayo bangun! Jawab dong By!"

"Ah....iya lupa, kamu belum bangun, enggak bakal di jawab."

Lama berbicara, mata Alvaro terpaku saat melihat jari kelingking Zizi yang bergerak-gerak. Tanpa basa basi ia langsung memencet tombol di samping ranjang agar dokter cepat datang ke sana. Hati Alvaro bahagia, ia langsung menghapus Air mata yang masih mengalir di pipi nya.

"Ada apa tuan muda?" Tanya dokter Eksa.

Alvaro diam, tetapi mata itu melirik ke arah jari Zizi, dokter Eksa mengikuti arah itu. Mata nya membola melihat jari lentik itu bergerak, dokter Eksa lalu sibuk memeriksa keadaan Zizi di bantu suster yang dari awal masuk mengikuti dirinya.

"Gimana?" Tanya Alvaro dingin.

"Saya nggak bisa simpulkan kalau tuan muda sembuh, tapi syukur nya tuan muda masih di beri kesempatan buat hi-----

"PACAR gue enggak MATI!" Ucap Alvaro tajam dan menekan kata pacar dan mati.

"Maaf, kalau begitu saya bakalan siapin semua alat buat periksa lebih lanjut, saya takut kalau kepala nya tuan muda ada masalah. Saya izin keluar dulu tuan. Memang pemeriksaan lebih harus di jalani agar hasilnya pun lebih jelas.

TBC.....

Typo bertebaran.....














My Plain Man (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang