"Kau bilang ada pasien yang ku urus, namun nyatanya kaulah yang harus di urus," ucap Kak Jisung pada ku.
"Kan memang benar," bela ku.
"Lalu mengapa sekarang jadi kau yang menjadi pasien? Kau bahkan membuat orang lain panik,"
Benar yang di ucapkan kak Jisung, aku membuat orang lain panik.
Sekarang aku duduk di brankar rumah sakit karena tadi aku ditemukan oleh salah satu perawat pingsan di ruanganku kata kak Jisung, Ia menceritakannya padaku.
"Ya aku tidak tahu jika akan seperti ini, lagipula siapa yang akan peduli denganku?"
"Sudahlah, ini makan dulu," ucap kak Jisung sambil memberikan nampan berisi makanan rumah sakit.
"Tidak mau makanan ini, tidak enak,"
"Makan ini saja. Biar cepat sembuh,"
"Tidak mau,"
"Ayolah makan,"
"Tidak mau,"
Krukk krukk
Aku memegang perutku.
Dan aku melihat ke arah kak Jisung, ia sedang menahan tawanya karena perutku yang berbunyi lumayan nyaring.
"Makanlah,"
"Tidak mau itu tidak enak. Aku mau bulgogi."
Kak Jisung menghela nafasnya.
"Makan Ini dulu setelah itu aku akan membelikanmu bulgogi,"
"Kau tidak akan berbohongkan?"
"Tak ada namanya Han Jisung berbohong,"
"Kau-"
Ucapan ku terhenti ketika kak Jisung menyuapkan makanan secara paksa padaku.
"Yakkk! Kenapa kau seperti ini! Aku bisa makan sendiri! Berikan pada ku!"
Kak Jisung terkekeh mendengar ucapan kesalku. Namun, ia memberikan nampan berisi makanan itu padaku dan akupun memakannya.
Namun, pada suapan ke 5 aku merasa tidak sanggup lagi karena jujur rasanya sangat hambar dan membuatku tak berselera makan walau perutku yang lapar.
"Sudah," ucap ku memberikan nampan pada kak Jisung.
"Habiskan dulu,"
"Tapi rasanya tidak enak! Aku hanya mau bulgogi, kak!" Rengek ku.
"Baiklah akan ku belikan," ucapnya pasrah.
Lalu, aku melihat kak Jisung sedang mengotak atik handphone.
Entah apa yang ia lakukan. Namun, ia tak lama hanya sebentar lalu meletakkan handphonenya di dalam saku hoodienya lagi.
"Aku sudah meminta Felix untuk membelinya,"
"Hmm," balas ku. Lalu aku membaringkan tubuhku lalu aku menutup mataku.
Seketika aku memikirkan sesuatu. Dan membuka mata ku kembali.
Masih ada kak Jisung yang duduk di samping brangkarku.
"Kak,"
"Apa?"
"Apa mama papa tahu?"
"Ya, mereka tadi menjenguk Hyunjin. Namun, mereka meminta salah satu dari kami untuk mengurusmu, lagipula kami tak ada jadwal lagi dan saat mereka datang kau belum sadar,"
"Mereka datang ke melihat ku?"
"Tidak,"
"Selalu saja," gumamku.