"Makasih Bejo dah mau nemenin aku... Aku ndak yakin bisa nyesuain diri di sini, tapi seenggaknya aku ndak bakal kesepian karena ada kamu. Makasi yaa...." Ucap Wonwoo pada Bejo, kucing abu-abu peliharaannya. Bejo adalah kucing british shorthair yang Wonwoo adopsi saat hari ulang tahunnya. Bejo-lah yang kini selalu menemaninya dan menghiburnya dengan tingkah-tingkah menggemaskan dari kucingnya itu.
Wonwoo sedang duduk di ruang tamu rumah barunya, sambil mengelus pelan bulu lembut Bejo. Bejo mengeong dan memejamkan matanya, seakan nyaman dengan usapan dari Wonwoo.
"Moga kamu betah di rumah baru ini ya, Bejo...."
Wonwoo baru selesai menata dan membereskan barang-barang yang dibawanya dari rumah lamanya. Ia duduk di sofa ditemani Bejo untuk melepas penatnya. Ia begitu lelah, semingguan ini ia harus mengurus perpindahannya ke rumah ayahnya ini. Ia juga harus mengurus berkas untuk berpindah sekolah. Besok senin ia sudah harus masuk sekolah dan berbaur dengan lingkungan baru. Ia capek. Semua masalah di keluarganya berakhir dengan perpisahannya dari adik dan ibunya. Ia harus tinggal bersama dengan ayahnya. Yah mau bagaimana lagi....
Meow!! Meow!!
Suara kucing mengeong menyadarkan Wonwoo dari lamunannya. Suara itu bukan dari Bejo yang tertidur di pangkuannya, melainkan dari arah luar rumahnya. Wonwoo pun meletakkan Bejo di sofa, dengan perlahan supaya Bejo tidak terbangun. Ia segera berlari ke depan, melihat seekor kucing oren ada di atas pohon mangga depan rumahnya. Kucing itu sudah memanjat tinggi dan nampak gemetar ketakutan, tidak bisa turun.
Meonggg!!! Meoooww!!!
"Kok kamu bisa disitu, Manis?!" Tanya Wonwoo dari bawah pohon, kucing itu terus mengeong dari ketinggian tiga meter.
Wonwoo memutar otaknya, memikirkan cara menurunkan kucing itu. Ia harus segera menolong kucing itu, karena kucing itu berada pada dahan yang cukup kecil. Dahan itu melandai, nampak tak sanggup menahan beban si kucing.
Pandangan Wonwoo menangkap adanya tangga di depan rumah tetangganya. Ia segera memberanikan diri meminjam tangga itu.
"Maaf Bu, saya izin mau pinjam tangganya buat nolongin kucing di atas pohon, boleh ndak ya Bu?" Tanya Wonwoo pada Ibu tetangga yang baru keluar dari rumahnya, sambil ia menunjuk ke arah pohon mangga.
"Wah iya Nak, pakek aja tangganya. Ati-ati manjatnya Nak. Mau sekalian Ibu bantu? Oh anak ibu aja suruh megangin tangga... Minghao...." Ucap sang ibu. Wonwoo belum sempat berkata-kata, ia sungkan, tapi ya sudahlah ia terpaksa menerima kebaikan dari tetangganya itu.
"Iya Ma..." Terdengar jawaban dari dalam rumah.
"Sini bantuin dulu, Nak...."
"Bantuin apa, Ma?" Keluar seorang anak laki-laki yang nampak seumuran dengan Wonwoo, atau mungkin lebih muda.
"Meeeeooonggg!!!!" Kucing itu semakin keras mengeong. Dan ketiganya langsung menengok ke arah pohon mangga itu.
.
.
Setengah jam sebelumnya, di rumah yang berjarak satu blok dari rumah Wonwoo. Seorang anak laki-laki sedang kebingungan ingin mencari kucing orennya. Kucing oren miliknya sering kelayapan dan jarang pulang.
"Ji, lo mau bantuin gue nyariin kucing gue kaga?"
"Pumpkin ilang lagi? Udah berapa kali gue bantuin lo nyariin kucing oren lo itu, Jun?!" Tanya Jihoon--teman sekelas Jun di sekolah-- dari seberang sambungan telepon.
"Sorry, Ji. Tapi ini beneran beda, perasaan gue bilang dia bakalan pergi lama, jauh.... Gue takut dia kenapa-napa, Ji...."
"Lu juga ngomong gini kemaren-kemaren." Jihoon sudah hafal dengan semua keluh kesah sahabatnya itu, selalu sama, dan entah kenapa ia selalu memperdulikan temannya itu.
"Gue ni punya ikatan batin sama kucing gue, Ji. Kemaren, waktu gue mimpi pumpkin masuk comberan, eh bener, sorenya waktu kita nyariin, ketemu dia nyemplung di comberan depan perumahan."
"Iya iya gue bakal ke rumah lo, bentar gue siap-siap dulu."
"Ok, makasih Ji--"
Jihoon mematikan sambungan teleponnya dan mengeluarkan sepeda motornya. Ia melaju menuju rumah Jun yang berjarak sekitar sepuluh menit dari rumahnya.
"Jun!!" Teriak Jihoon yang sudah sampai di depan rumah Jun, dan memarkirkan motornya di halaman rumah Jun.
"Jihoon! Sorry banget gue ngerepotin lo." Ucap Jun yang baru saja keluar dari rumah.
"Iya bener lo ngerepotin, tapi gapapa. Ya udah cepetan kita cari kucing lo!"
Keduanya segera mengamati rumah demi rumah, mencari keberadaan kucing oren milik Jun itu. Sesekali mereka meneriakkan nama si kucing, "Pumpkin! Pumpkin!!" Namun tidak ketemu juga.
Hingga mereka berpindah ke blok sebelah...
"Meeeeooonggg!!!!"
Kucing yang berada di atas pohon itu mengeong keras, tubuhnya terjatuh dari ketinggian.
Dengan refleks, Wonwoo berlari dan menjatuhkan dirinya untuk menangkap si kucing. Ibu dan anak tetangga juga spontan berlari ke arah pohon namun jarak keduanya cukup jauh dari pohon.
"Jun, ntu kucing oren lo!!" Teriak Jihoon. Jun segera menoleh dan melihat kucingnya jatuh tepat di depan matanya.
"Pumpkinn!!!"
.
.
To be continued....
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Purrfect Boyfriend [Wonhui]
FanfictionKetika kucing oren mempertemukan mereka berdua....