Pumpkin jatuh dari dahan yang ia pijaki,
"Meeeeooonggg!!!!"
Wonwoo datang berlari dengan langkah panjang dan cepat. Tapi karena jarak yang cukup jauh, ia tidak akan sampai untuk menangkap Pumpkin jika hanya berlari saja. Ia pun melompat dan menjatuhkan dirinya.
Sreettt
Pluukk
Pumpkin jatuh tepat di tangan Wonwoo.
"Pumpkin!!!" Jun dan Jihoon berlari mendekat ke arah Wonwoo.
"Nggeeoongg..."
Wonwoo bangkit berdiri sambil mengangkat kucing oren itu.
"Makasi udah nyelametin Pumpkin." Ucap Jun pada Wonwoo.
"Sama-sama...." Wonwoo mencoba memberikan Pumpkin pada Jun, namun Pumpkin menempelkan cakar di bajunya.
Si Pumpkin tak mau turun dari dekapan Wonwoo, ia mempererat cakarannya pada baju Wonwoo. Dengan seluruh kekuatannya, ia tak ingin melepaskan orang yang sudah menyelamatkannya.
"Pumpkin?!"
Jun yang sudah mengulurkan tangannya meraih Pumpkin, tidak digubris sama sekali oleh si oren.
"Nak, kamu gapapa?!" Tanya Ibu Tetangga yang datang mendekati Wonwoo.
"Iya saya ndak papa Bu--Aduh!" Wonwoo mulai merasakan sakit di siku tangannya. Dan saat ia melihat sikunya, darah sudah keluar dari kulitnya. Nampaknya bagian ujung siku Wonwoo tergores bebatuan yang ada di pekarangan.
"Berdarah Nak! Minghao ambil kotak P3K di rumah!" Teriak Ibu Tetangga, atau yang sering dipanggil Nyonya Xu itu.
"Iya, Ma...." Jawab sang anak yang dengan cepat langsung masuk ke dalam rumah.
Nyonya Xu dengan sigap menuntun Wonwoo yang masih menggendong Pumpkin, untuk duduk di teras rumah. "Duduk dulu, Nak."
Jun dan Jihoon juga ikut duduk lesehan di lantai teras. Keduanya khawatir karena anak yang tidak mereka kenal, terluka karena menyelamatkan kucing milik Jun.
Minghao datang dengan membawa kotak P3K, dan langsung bertanya pada ibunya, "Ma, tadi kuah sotonya--"
"Ya ampun, Mama lupa lagi masak soto! Nak, sikunya biar diobatin sama anak Ibu. Dia anak PMR tenang aja.... Ibu tinggal dulu ya...." Ujar Nyonya Xu pada Wonwoo.
"I-iya Bu. Makasih banyak, Bu...." Balas Wonwoo yang masih memegangi Pumpkin di pangkuannya.
"Hah?! Jadi ini aku yang ngobatin, Ma?! Aku ada kerja kelompok--" Protes Minghao pada sang ibu, namun ibunya sudah hilang dari pandangannya.
"Hah.... Sini gue obatin...." Minghao menghela nafasnya dan kemudian duduk di samping Wonwoo. Ia membuka kotak yang berisi bermacam-macam perlatan dan obat untuk pertolongan pertama.
Minghao mulai mengambil beberapa kapas lalu menuangkan alkohol pada kapas. "Gue bersihin dulu lukanya, agak perih, tahan dulu ya--" Ucapnya sambil menyapukan kapas alkohol pada permukaan luka.
"Aaakkhh...." Wonwoo merintih pelan. Ia mengernyitkan alisnya, sambil menahan sensasi perih pada lukanya.
Jun memandang dengan penuh khawatir. Ia ikut ngilu saat Wonwoo merintih kesakitan. Dan ia juga merasa bersalah. Andai saja ia bisa menjaga Pumpkin dengan lebih baik, mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini pada Wonwoo.
"Ah, Kak Jun! Lo lagi nganggur kan? Gue udah telat kerja kelompok, bisa ga lo yang lanjutin buat ngobatin?" Minghao sudah merasakan handphone di sakunya bergetar, menandakan teman satu kelompoknya sedang meng-spam di grup chat untuk mencari keberadaannya.
"I-iya nganggur--"
"Ya udah, ni betadinnya diaplikasiin di lukanya, terus nanti ditutup lukanya pake kasa terus diplester." Minghao mengucapkan instruksi dengan cepat sambil menunjukkan barang yang ia sebutkan pada Jun. "Gimana, udah paham kan, Kak Jun?"
"Ehhmm, oke oke paham...." Jawab Jun ragu.
"Ya udah, gue cabut dulu ya Kak Jun, Bang Ji...." Minghao pamit pada dua kakak kelasnya. "Ehhmm, Tetangga--gue belum tau nama lo siapa--" Tanya Minghao pada Wonwoo.
"Wonwoo, namaku Jeon Wonwoo." Sahut Wonwoo, memperkenalkan dirinya
"Oke, Wonwoo. Gue Xu Minghao. Sorry, gue belum bisa ngobatin sampe selesai." Minghao memperkenalkan dirinya secara singkat, karena ia sudah dikejar waktu.
"Iya ndak papa." Kata Wonwoo.
"Kak Jun, gue nitip Wonwoo ya...."
"Ok-oke...." Minghao meninggalkan Jun bersama dengan tetangga barunya. Tentu masih ada Jihoon bersama dua orang itu. Ia yakin Jun dan Jihoon bisa mengobati Wonwoo dengan baik tanpa keberadaan dirinya.
Jun akhirnya berusaha sebaik mungkin untuk mengobati Wonwoo. Ia sangat berhati-hati agar tidak membuat Wonwoo kesakitan.
Dan hari itu berakhir dengan Jun tidak berhasil membawa Pumpkin pulang. Kucing oren miliknya itu tidak mau berpisah dari orang yang baru dikenalnya.
Lo udah ga sayang ama gue kah, Pumpkin?! Lo udah ga nganggep gue sebagai babu lo lagi kah? Lo bahkan udah nempel terus ama babu baru pilihan lo.... Sedih bat gue....
.
.
Keesokan harinya, di suatu kelas, pada saat pergantian jam pelajaran....
"Ji, lo mau ikut gue kaga?" Tanya Jun pada Jihoon.
"Lo mau kemana lagi?" Jihoon justru balik bertanya. Sahabatnya itu sering kelayapan, kebiasaan yang hampir sama dengan kucingnya, si Pumpkin.
"Healing, sumpek di kelas--"
Jun sudah menenteng tasnya hendak bolos sekolah, namun tiba-tiba guru datang dengan seorang murid baru. Murid baru itu berkacamata, bertubuh tinggi dengan plester di dagu dan siku tangannya.
"Jun! Itu anak yang kemaren kan?!" Ucap Jihoon
"Hah?!" Jun terpaku memandang wajah yang dari kemarin mengganggunya. Ia mengurungkan niatnya untuk keluar dari kelas, ia menaruh kembali tasnya di bangku.
"Lo ga jadi cabut? Gue dah mau join nih!" Ujar Jihoon yang baru selesai membereskan buku di mejanya.
"Ga jadi, ga jadi. Bentar lagi ada ulangan, Ji. Ntar ga bisa ngerjain kalo bolos. Ga baek Ji bolos terus...."
"Ini yang ngajakin bolos kan lu, bukan gue?! Gimana sih ni bocah?!"
.
.
To be continued....
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Purrfect Boyfriend [Wonhui]
FanfictionKetika kucing oren mempertemukan mereka berdua....