BAB IX

1.8K 206 5
                                    

"Detektif nya nolak buat ngasih rekaman cctv itu Shan" ucap Desy hati hati, takut jika boss ini tiba tiba tantrum.

"Lu kerjanya kurang bagus kali bujuknya" ucap Shani meletak berkas yang baru saja ia tanda tangani dengan kasar. Desy saat ini sangat gugup, dan siap menerima jika Shani mendadak mencekik dirinya.

"Gue udah sampai sujud sujud Shan di kantor polisi." ucap Desy meyakinkan Shani. Padahal ogah banget dirinya sujud disana.

"Yaudah, hubungi aja pak Arnold langsung" ucap Shani

"Lu yang ngomong yaa, gue takut anjir sama tuh bapak bapak." ucap Desy sambil menghubungi Arnold yang merupakan Inspektur Jenderal Polisi. Bagaimana Shani mengenalnya? Arnold sendiri Shani berikan saham 3 persen saja, tentu saja membuat Arnold senang dan siap melayani semua perintah Shani.

Setelah berbincang sedikit dan diiringi pembahasan bisnis, akhirnya dengan mudah Shani mendapatkan rekaman itu. Dan tentu saja, suruhan sang Arnold yang akan mengantarkan kepada dirinya.

"Gue bakal hadirin meeting yang kemarin tertunda, tapi lu simak baik baik ini video" Desy hampir saja sedikit bernafas lega, tetapi malah mendapatkan tugas yang sangat membosankan. Desy mengangguk pasrah sambil menerima sebuah flashdisk dari Shani.

"Baik boss, hamba bakal menyimak baik baik" ucap Desy tersenyum paksa, Shani langsung meninggalkan Desy dan melangkahkan kakinya keruang meeting.

Gracia yang baru saja sampai diruang meeting dan mendapati Shani yang menatap kepadanya. Gadis mungil itu segera mencari tempat duduknya. Namun, Shani menarik lengan gadis itu agar duduk disamping kanannya. Semua karyawan saling melirik, tetapi Shani tak memperdulikan hal itu.

Setelah meeting selesai, Gracia segera ke kantin untuk mengisi perutnya sudah meminta makan sedari tadi. Sedangkan Shani menuju ruangannya. Desy menatap Shani sekilas yang baru saja duduk di sofa hadapannya dan mengulangi video itu.

"Gimana tanggapan lu" tanya Shani

"Gue heran kenapa lu nyuruh gue nonton video mobil kecelakaan begini" ucap Desy jujur, dia sudah mengulangi rekaman itu selama delapan kali. Namun ia heran, apa yang perlu diamati. Rasanya Desy seperti menjadi detektif dadakan.

"Itu mobil ibu kandungnya Gracia" desy seketika cengo dan menatap layar laptop nya dan Shani secara bergantian. Ini diluar prediksi Desy sendiri.

"Jadi ibu kandungnya meninggal karena hal ini?" Shani mengangguk kan kepalanya sembari membuka sekaleng soda dan meneguknya. Shani sedikit kesal melihat meja yang berantakan karena cemilan Desy yang amat banyak.

"Gue mau lu baca berkas kasus itu sendiri. Nanti gue minta bantuan lagi ke pak Arnold" tungkas Shani. Baiklah, Desy akan mengganti profesi sebagai detektif kelas bawah. Yang benar saja Indira ini?! Desy menghela nafasnya kasar, tak apa jika gajinya dinaikkan dua kali lipat. Sudah pasti Shani akan memberikan bonus kepadanya.

"Jadi ada yang janggal ga menurut lu?" Desy mengangguk dan mengganti posisi laptop tersebut menghadap ke Shani dan merubah posisi duduknya jadi bersampingan dengan Shani.

"Lu liat direkaman ini, cara bawanya aneh ugal ugalan banget. Tapi direkaman ini dia tiba tiba berhenti beberapa menit" jelas Desy, Shani dapat melihat bahwa gelagat bunda sang kekasih hati memang sedikit aneh.

"Menurut lu kenapa dia berhenti ya shan?" desy tidak dapat memutar otaknya untuk memikirkan hal ini.

"Gue juga bingung" jujur Shani

"Trus tiba tiba dia nginjak pedal gas nya, menurut gue dibagian ini jelas banget, kalau ibunya Gracia ini kek sengaja nabrak pembatas" jelas Desy mengutarakan pendapatnya. Shani paham dan dapat melihat hal itu dari rekaman tersebut. Shani menghela nafasnya, sungguh janggal hal ini.

"Menurut gue ada seseorang dibalik kejadian ini" terang Shani

"Lu udah mencurigai seseorang?" tanya Desy

"Kita tinggal mengamati aja dulu Des, lagian kasusnya udah lama. Gabakal bisa dibuka kembali penyelidikan. Tapi kita bisa pantau orang yang gue curigai" Desy yakin bahwa Shani sudah menyiapkan sesuatu rencana.

"Gue ngikut lu sih boss" ujar Desy

***

"Gracia disuruh Shani ikut tuh" ucap Desy yang sudah nangkring dimeja kerja Gracia.

"Buat apa kak Des?" ucap Gracia sambil mengikuti langkah Desy. Sedangkan yang lebih tinggi itu mengangkat bahunya acuh tak menjawab pertanyaan Gracia.

"Parkiran?" gumam Gracia heran, kenapa malah nyasar kesini?.

"Jalannya pelan aja dong" keluh Gracia karena Desy melangkahkan kakinya sangat cepat.

"Makanya jangan pendek" Desy tersenyum manis sambil membukakan pintu mobil Shani mempersilahkan Gracia masuk. Gracia menatap tajam Shani, seenaknya mengatakan hal itu!. Liat saja jika dirinya mengatakan hal ini kepada Shani!.

"Ini harus banget sekarang belanja bulanannya kak?" tanya Gracia karena dirinya sudah ditarik Shani masuk ke dalam supermarket.

"Iyaa, lagian kamu suka masakkan?" tanya Shani sembari memasukkan berbagai macam daging kedalam troli belanjaan. Sedangkan Gracia? Gadis itu bagian mendorong troli. Ini malah sudah seperti Shani yang ingin memasak bukan lagi si gadis mungil itu. Setelah berkeliling, troli itu penuh dengan aneka daging dan Shani hanya memasukkan sedikit sayuran.

"Trolinya udah berat, sekarang giliran kakak yang dorong" keluh Gracia meninggalkan troli belanjaan dan beralih mengambil berbagai jenis makanan ringan serta susu. Shani hanya tertawa kecil dan mendorong troli itu mendekati Gracia.

"Jangan kebanyakan micin" tegur Shani

"Tenang kak, lagian ada susu pendukung gizinya" canda Gracia. Shani hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gracia.

Shani tersenyum lebar ketika Gracia dengan senangnya memasukkan semua makan ringan pilihannya. Shani amat tau, jika gadis ini sudah cukup menderita selama ini. Dibalik cerianya Gracia, dirinya tau jika gadis itu menyimpan segala kenangan buruknya jauh didalam memorinya. Shani dapat melihat, bahwa Gracia adalah gadis yang kuat, selalu berusaha menunjukkan hasil terbaiknya kepada ayah kandungnya sendiri. Shani bertekad untuk selalu membuat Gracia tersenyum, membuat gadis mungil itu menjalani harinya tanpa beban apapun. Shani ingin menciptakan hal yang baik agar Gracia dapat mengenang hal yang sangat terbaik dalam memorinya.





























"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."





















Tbc.
Vote and komen

DAS SCHICKAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang