Part 2 [END]

14 2 0
                                    

TING~

From : Idiot Kevin

Heh, aku punya berita bagus. Ceritanya, aku mau ngajak kamu makan-makan nanti malam. Berdua. Aku baru inget kalau aku punya hutang bayar taruhan kita minggu lalu hehehehe. Nanti malam aku akan jemput kamu di halte Blok M, jam 19.00. Oh ya, jangan lupa pakai pakaian yang bagus, pakai make up, jangan dandan seperti gembel yang bikin aku malu. Pokoknya waktu aku jemput, kamu sudah harus wangi.

Your Beloved Honey,

Prince Kevin.

Ketika selesai membaca sms dari sahabatku yang idiot , rasanya sesuatu dalam tubuhku bergejolak. Sesuatu itu seperti ingin keluar dari lambungku. Aku rasa, aku mual. "Apa-apaan ... your Beloved Honey, Prince Kevin. Ewhh," mungkin saat ini wajahku berkerut-kerut mengerikan. Biarkan. Ini benar-benar SMS yang menjijikkan.

To : Idiot Kevin

Dasar bocah tower idiot, kau punya hutang padaku dan baru ingat hari ini. Sialan. Baiklah, karena aku baik hati, maka tawaranmu akan kuterima. Ngomong-ngomong kau sudah bilang pada Riana tentang nanti malam??

TING~

From : Idiot Kevin

Hehehehe, maafkan pangeran, cantik~ ^^v

Ah, kau tidak usah khawatir, lagipula tadi dia bilang padaku jika ada pelajaran tambahan dan pulang malam. Percayakan semuanya pada Prince Kevin, cantik~

Aku hanya bisa menghela nafas berat sambil mengelus dada. Sahabatku ini benar-benar fantastis. Ah, sudahlah. Lagipula aku harus memikirkan bagaimana caranya agar nanti malam tidak diolok-olok dengan julukan gembel oleh Kevin. Hah...

#######

Pukul 18.55

Sevi melihat jam tangan mungil di pergelangan tangannya. Hatinya risau bercampur penasaran. Daritadi pikirannya yang kelewat imajinatif sempat membuat drama picisan tentang kedatangan Kevin yang akan menjemputnya. "Oh, sial," rutuknya secara gusar.

Pukul 19.13

Sevi mulai bosan. Tangannya yang jahil mengggulung-gulung untaian benang yang sedikit mencuat dari tasnya. "Hah, apakah aku akan mati berkarat disini, Tuhan?" lirihnya, matanya mengerjap-ngerjap dengan sayu dan sesekali tangannya menggaruk kulit yang gatal. "Hell, nyamuk sialan. Dasar. Orang cantik seperti ini pun masih dimangsa. Sialan. Sialan. Nyamuk sialan. Kevin sialaannn!!!" pekiknya nglantur.

Pukul 20.03

Entah apa yang menyebabkan Sevi betah menjadi santapan malam nyamuk-nyamuk yang berkeliaran di halte. Bahkan sekarang sudah lebih dari 1 jam ia datang ke tempat ini. Dia mulai lelah, mengantuk, dan pastinya... laparrrrr.

TING~

From : Idiot Kevin

Sev, aku minta maaf malam ini aku tidak bisa jemput kamu buat bayar hutang taruhanku. Sorry. Sorry. Aku benar-benar minta maaf. Tadi Riana SMS aku jika orangtuanya tidak bisa menjemputnya ke sekolah karena urusan bisnis, akhirnya aku yang jemput dia. Setelah sampai ke rumahnya , secara tiba-tiba bibinya mengajakku untuk makan malam bersama. Aku tak bisa menolak. Maaf, aku tidak segera mengabarkan hal ini ke kamu, karena lupa. NB : Sebagai gantinya, besok aku akan traktir kamu selama 3 hari.

Sevi mematung membaca pesan SMS dari sahabatnya. Dengan gerakan kaku ia mulai merapikan roknya yang agak kusut dan berjalan pulang ke rumahnya dengan linglung dan mata yang berkaca-kaca. "Sia-sia saja, aku terlalu berharap lebih," batinnya pahit.

########

Sevi adalah pribadi tenang yang selalu berpikir dengan apa yang harus ia lakukan. Termasuk mencintaiku dengan tulus dan bersungguh-sungguh. Aku tau tetang itu. Tapi aku lebih memilih untuk menjadi tuli dan buta. Dia sudah merencanakan sejak awal dan menetapkan hati dan pikirannya untuk mencurahkan kasih dan sayangnya pada pemuda sepertiku. Walaupun ... aku sudah menjalin ikatan kasih dengan Riana.

"Kupikir besok pagi aku akan minta maaf pada Sevi. Bodoh, Bukankah memang seharusnya? Ah, aku benar-benar merasa bersalah," racauanku sudah sangat akut. Sejenak aku merenung hingga peluh membasahi dahiku. Ck, sudahlah. Aku lelah. Lalu, aku pun tertidur.

#########

Beberapa menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi, hati Kevin risau bahkan bimbang untuk bertemu dengan Sevi. Yeah, setelah malam itu, keesokan harinya Kevin memang minta maaf. Hasilnya, sangat mengecewakan. Sevi hanya menatapnya dingin dan datar. Kevin menyesal. Berbagai cara sudah ia lakukan. Bahkan menjadi orang teridiot dan sinting pun sudah ia alami selama 1 bulan lebih. Demi mendapat kata maaf dari Sevi.

Kemarahan Sevi membuat Kevin sadar akan hal-hal lain. Ia sadar bahwa persahabatan mahal harganya dibanding apapun. Kevin juga sadar, jika selama ini ... ia menyayangi Sevi lebih dari sahabat. Setelah dia sadar, dia pun meminta dengan baik-baik pada Riana untuk mengakhiri hubungan kasih yang sudah berjalan selama 14 bulan. Kevin sebenarnya tidak tega mengutarakannya, bahkan saat itu pandangan Riana menjadi kosong. Lalu Riana meniggalkan Revi sendirian tanpa membalas perkataan Ravi.

Beberapa hari kemudian Riana mengajak untuk bertemu. Ravi hanya bisa menghembuskan nafasnya gugup. Nyatanya saat itu Riana menerima keputusan Ravi untuk berpisah. Akhirnya hari itu, mereka resmi hanya menjadi seorang teman.

###########

"Ini asin. Kenapa akhir-akhir ini aku seperti ini?" heran Sevi setelah mencoba nasi goreng buatannya. "EHEM... umm... hai?" tiba-tiba seseorang datang dan langsung duduk di samping Sevi. "Hmm," balas Sevi acuh, lalu Sevi mulai menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya, lagi. Keduanya pun terdiam. Tak tau harus memulai pembicaraan darimana. "Engg, aku ingin ... minta maaf? Sev, aku serius, Aku benar menyesal. Aku janji tak akan mengulanginya lagi," kata Kevin sambil menundukkan kepalanya.

"Lalu?" Sevi bertanya dengan santai, Kevin sampai dibuat kaget dengan nada yang dipakai Sevi untuk berbicara. Biasanya dia selalu dingin dan jutek dengan Kevin. Akhirnya Kevin bisa tersenyum kecil. "Setidaknya ini awal yang baik," pikirnya. "Aku benar-benar tulus minta maaf padamu atas kesalahan yang pernah kulakukan. Aku janji tak akan mengulanginya lagi. Dan selama ini, aku sadar akan satu hal..." lanjut Kevin. Sevi menoleh sambil mmasang raut muka penasaran. "Aku... tanpa kusadari, aku sayang kamu. Sayang kuadrat tepatnya," kata Kevin misterius sambil tersenyum gugup pada Sevi.

"Maksudnya?" Kevin menghela nafas gugup berulang-ulang. "Aku cinta...padamu?" Kevin kembali menundukkan kepalanya. "Aku tau," kata Sevi dengan pelan. "Kau tau?" Kevin sangat terkejut. "Ya, dan kau kemari juga ingin menembakku untuk jadi pacarmu, bukan?" Sevi menoleh pada Kevin sambil menyeringai. Kevin hanya bisa membuka lebar-lebar mulutnya.

Sevi berdiri dari kursi tempat duduknya lalu merapikan peralatan makannya ke dalam tas. "Ayo," ajakan Sevi bahkan tak berpengaruh apa-apa pada Kevin yang masih dalam keadaan konyol. "Jika kau tak segera membayar hutang untuk mentraktirku, aku akan menolak jadi pacarmu," Sevi pun berjalan menjauh menuju kantin. "T-tunggu, Sevi...!!!" pekik Kevin setelah sadar.

"Kenapa kau tau kalau aku akan menyatakan cinta?" Kevin berjalan menyamai langkah Sevi. "Hmm, hanya firasat," kata Sevi enteng. "Dan aku sudah memaafkanmu sejak lama." Kevin kembali bingung, seakan-akan Sevi bisa membaca pikiran orang. "Ck, kau kira aku bersahabat dengamu berapa hari?? Aku tau kau akan melakukan hal tadi padaku. Aku sudah mengiranya jauh-jauh hari," jelas Sevi. "Ahh, begitu. Kau benar," Kevin tersenyum lebar merasa bahwa beban pikirannya hilang entah kemana dan hatinya berbunga-bunga. "Baiklah, aku akan membayar hutangku, kau boleh makan sepuasmu, sayang," Kevin memegang erat tangan Savi sambil tersenyum manis. Sevi hanya mendengus, sambil membuang muka, dia tak ingin Kevin tau bahwa wajahnya berubah menjadi tomat matang.

Mulai saat itu mereka selalu terlihat bersama. Mereka bahkan tak segan-segan mengumbar kemesraan. Yang artinya petaka bagi teman-temannya. Ck, bertengkar? Saling meneriaki satu sama lain? Tentu saja masih mereka lakukan. Lagipula, status mereka masih sebagai sahabat, merangkap menjadi sepasang kekasih. Sahabat yang saling mencintai tepatnya.

END.


Hanya Sebatas Itu....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang