Hanenda sekarang sedang berkutat dengan laptop dan beberapa buku diatas office table-nya. Sudah setengah jam dirinya duduk dan mengetik beberapa ringkasan yang akan dia bicarakan diacara seminar nanti malam.
Tidak jauh dari situ, Joel duduk dengan santai disofa depan televisi lebar. Dengan segelas teh hangat ditangannya, dia melirik kearah Hanenda. Dirinya makin kagum dengan sosok yang ada didepannya itu. Sangat berwibawa dan terlihat cerdas dengan kacamata diwajahnya dan beberapa buku disekitarnya.
Hanya terdengar suara ketikan dari laptop Hanenda. Terlalu hening membuat Hanenda sadar ternyata dia sudah daritadi tidak mendengar suara kekasihnya. Diliriknya kearah Joel, yang sekarang terkantuk-kantuk dengan bantal dalam dekapannya.
Terlihat lucu dan menggemaskan buat Hanenda. Dia pun menopang dagunya dan masih asyik melihat Joel yang mulai dijemput oleh peri tidur. Dengan pelan dia melangkah dan memperbaiki posisi Joel yang tadinya duduk sekarang sudah tertidur diatas sofa empuk miliknya.
Begitu terasa Joel bergerak, dengan cepat Hanenda mengelus lembut rambut Joel-nya. Dibelainya rambut itu agar kekasihnya bisa tidur dengan nyenyak.
Dikecupnya dahi Joel dan dirinya memilih untuk segera menyelesaikan bahan seminarnya. Diliriknya jam tangan mahalnya itu, tersisa kurang lebih 45 menit lagi dia harus segera berangkat menuju kerumah orang tuanya untuk mengambil jas dan menjemput calon istrinya sesuai dengan amanah Ibundanya.
Hanenda menghela nafas kasar sesaat dirinya diharuskan untuk mengingat bahwa sebenarnya sekarang dia merupakan calon suami seseorang. Meskipun tidak ada rasa cinta dihatinya.
Diliriknya kembali kepada sesosok lelaki muda yang sudah merebut semua perhatian dan kasih sayangnya. Dia pastikan, sebelum terjadi sesuatu terhadap kekasihnya, dia harus segera membawa pergi jauh kekasihnya itu. Meskipun taruhannya adalah nyawa nya.
Dia pun berkemas membereskan office table dan memasukkan ipad pro nya kedalam Large Dior Book Tote Bag. Masih ada sekitar setengah jam lagi. Dia pun berjalan kearah sofa. Dirinya sebenarnya tidak ingin mengusik tidur lelap Joel, tapi sedari tadi dirinya lupa untuk memberitahukan perihal acara seminar nanti malam.
Hanenda mengusap pelan bahu Joel. Sekali dua kali, dia mengusap bahu yang kelihatan kokoh itu. Untung Joel anaknya bukan heavy sleeper, dengan beberapa kali usapan, Joel pun terbangun. Dilihatnya wajah Hanenda yang begitu teduh, membuatnya makin membenamkan dirinya kedalam tubuh Hanenda yang saat ini berjongkok disamping dirinya.
"Sayang, maaf ganggu tidur kamu, Aa' boleh bicara?"
Hanenda masih setia membelai punggung Joel dan sesekali membubuhkan kecupan-kecupan ringan di pundak dan disekitar area leher Joel yang terekspos.
Joel yang diperlakukan dengan lembut itu makin membenamkan dirinya. Menghirup aroma tubuh Hanenda yang begitu maskulin, menenangkan dan menggodanya.
"Sayang, lihat Aa' dulu"
"Iyaaa Aaaa"
Ucapan Joel yang membalas pertanyaan Hanenda yang terbenam dalam pelukan. Hanenda yang melihat itu bukannya membangunkan Joel, malahan makin mengecup hampir semua yang bisa dia kecup.
Dirinya kegemasan dengan tingkah Joel dan suara Joel yang terhambat disekitar perutnya, membuatnya membuncah oleh ratusan kupu-kupu berterbangan diperutnya.
"A'..... stop. Geli. Hahaha. Iya, Adek bangun. Aa' minggir dulu coba"
"Kamu menggemaskan Joel. Aa' tidak kuat. Kamu seandainya makanan, Aa' sudah melahap mu sedari tadi"
"Aa' kanibal. Dah sana minggir dulu g. Katanya mau bicara. Noh silahkan bicara Bapak Hanenda"
"Dasar bocah tengil."
Meski pun begitu, Hanenda makin membubuhkan kecupan-kecupan diseluruh wajah Joel, yang sekarang sudah duduk disofa. Joel yang mendapatkan serangan, hanya bisa berusaha menjauhkan wajahnya dari kegemasan Hanenda.
"Aa' dah dulu dong, mesum amat jadi bapak-bapak. Habis wajahku nanti A'."
Hanenda makin tertawa mendengar gerutu Joel akibat ulahnya. Ditangkupnya wajah rupawan itu, dan diciumnya perlahan bibir yang jadi candu sejak dirinya merasakan betapa manisnya bibir itu.
'Adek, jangan pernah berhenti menyayangi Aa' yah."
"Iya A'. Adek g bakalan bisa kecantol orang lain lagi. Hanya Aa'. Aa' juga, jangan pernah berhenti sayang aku. Janji."
"Jadi katanya mau bicara. Dan itu pasti bukan tentang sayangnya Aa' ke aku kan?"
"Adek, tidak apa-apa kan, Aa' tinggalkan sebentar di apartemen. Mungkin Aa' pulangnya tengah malam."
"Ohhh, g papa A'. Ini rumah Aa' kan, napa harus minta izin segala".
"Adek, bukan begitu. Kamu sekarang orang yang Aa' prioritaskan. Kamu sekarang kekasih Aa' sedikit banyaknya kamu harus tau. Begitu juga dengan kamu. Semua kegiatanmu Aa' harus tau. Apapun itu."
"G masalah kah Aa' kalau seperti itu? Aa' g merasa terbebani? Kalau aku sih g masalah asal g mengekang aku aja. Dan aku pastikan, aku juga g bakalan ngekang Aa'." Jawab Joel.
"Aa' sebenarnya banyak yang mau disampaikan ke kamu, tapi Aa' harus mengejar waktu. Nanti besok kita bicarakan lagi yah sayang, bisa?"
"Adek mah g kemana-mana. Belum diperbolehin pulang ama Abah. Jadi yah itu semua terserah dari Aa'nya saja bisanya kapan. Aku juga mau tau banyak tentang Aa'. Boleh Adek tau A'?"
"Iya boleh. Kamu sangat boleh tau tentang Aa'."
"Trus sekarang Aa' mau kemana sebenarnya?"
"Aa' ada acara seminar habis maghrib. Mungkin Aa' pulang ke apart tengah malam. Selesai Aa' shalat Ashar, Aa' berangkat. Kamu tidak apa-apa kan Aa' tinggal sebentar?"
"Udah Adek bilang g apa-apa Aa'. Udah sana ganti baju, lalu shalat. Barang-barang Aa' ada yang mau diberesin kah? Biar Adek bantu beresin".
"Iya tolong, tas Aa' dan jas Aa' yang ada dalam lemari kecil dikeluarkan. Trus kamu kalau lapar pesan online aja, jangan begadang dan tidak usah tunggu Aa' pulang. Kamu lebih baik tidur."
Sambil berbicara, Hanenda berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dilihatnya seprei yang berantakan dan itu mengingatkannya akan kejadian tadi siang.
Ada perasaan bahagia yang dia rasakan sekarang. Dilepaskannya seprei itu, namun baru setengah seprei yang terlepas dirinya dihentikan oleh Joel.
"Loh A', kenapa dilepas sepreinya?"
"Udah kotor Dek. Aa' mau ganti yang baru. Kamu ambilkan jasnya Aa' saja, trus tunggu Aa' diluar. Biar Aa' yang bereskan ini dulu baru Aa' mau shalat".
"Biar aku bantu A'. Ini mah kecil. Cuma masang seprei dan sarungan bantal. Aa' shalat aja dulu sana diruang tv. Takutnya debu terbang kemana-mana A'. Udah sana, Aa' buruan ntar telat".
"Kalau begitu terima kasih yah Dek. Aa' shalat dulu"
"G usah pake makasih segala sih A'."
Hanenda tersenyum melihat kebaikan hati kekasih kecilnya. Hatinya menghangat. Berbunga layanknya musim semi.
🦋🐺
KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.