Ditelisiknya Joel dari atas kebawah. Dilihatnya Joel yang memerah wajahnya dan beberapa tanda cinta yang mulai menggelap warnanya. Beberapa bekas luka Joel yang tidak membuat dirinya jijik malahan makin menambah gairah didalam dirinya.
Lengan yang kuat, jari jemari nya yang panjang. Pundak yang lebar, kulitnya yang coklat sangat menawan dan berkilau dibawah sinar lampu, pinggang yang ramping, jangan lupakan bagian intim Joel yang dia tau bagaimana penampakannya, kakinya yang jenjang dan kokoh. Tuhan, Hanenda bisa gila.
Ditelusurinya Joel dengan jarinya, dimulai dari mata indah nya, turun perlahan ke bibir tebal yang menjadi candu baginya, sedikit demi sedikit turun ke leher jenjang dan kearah jakun Joel yang sekarang ini turun naik dikarenakan libido dalam dirinya bertambah.
Hanenda menyeringai melihat hal itu, dia pun makin gencar dengan jarinya, dengan gerakan sensual jari panjang nan lentik itu turun ke tengah-tengah antara dua tonjolan kecil berwarna coklat muda yang kemarin sangat rakus dia hisap, tidak hanya sampai disitu dia pun lalu menurunkan jemarinya itu ke arah pusat Joel.
Joel yang berada dibawah kungkungan Hanenda hanya bisa pasrah dan menahan desahannya setiap kali jemari itu dengan lancarnya membelai lembut permukaan kulitnya. Jantungnya sudah tidak karu-karuan, digigitnya bibir bawahnya sewaktu jemari Hanenda dengan lincahnya bermain diarea pusat Joel. Joel menutup matanya, dia tidak kuat dengan semua godaan yang diberikan oleh kekasihnya.
Dirinya hanyalah seorang pemula dalam hal ini, dia ingin menyerah tapi dia sangat menyukai setiap sentuhan yang Hanenda berikan. Apalagi melihat wajah Hanenda yang begitu gagah dan terlihat sangat berkuasa diatas sana, mengukungnya dengan aura yang tidak bisa terbantahkan. Joel harus bagaimana selain menyerahkan dirinya seutuhnya kepada lelaki dominan seperti Hanenda.
"Joel, kamu boleh seseksi ini hanya dihadapanku. Dirumah atau dimanapun, jangan sekali-kali kamu tidur tidak memakai pakaian lengkap. Kamu seperti ini hanya dihadapanku saja, selain dari itu tidak boleh. Karena semua yang ada sama kamu itu punya aku, punya Hanenda seorang. Jangan melanggar. Kamu paham Joel?"
Joel yang diberi ultimatum oleh kekasihnya sesegera mungkin mengangguk. Aura dominan Hanenda sangat kuat. Dia merasa sangat kecil, menciut, dibawah kungkungan Hanenda. Dirinya takut, telat sedikit mengangguk sepertinya dia akan dihukum oleh sang penguasa dirinya.
"Aku butuh jawaban Joel, bukan hanya anggukan. Kamu paham?"
"I..iya A'. Adek akan pakai baju lengkap dimanapun kapanpun. Adek janji."
"Good boy"
Setelah itu Hanenda mencium lembut bibir Joel, tidak lama, hanya sebentar.
"Aa' mandi duluan, kamu jangan lupa pakai bajunya."
Segera Hanenda berjalan kearah kamar mandi, Joel pun duduk bersila diatas king size bed itu dan memegang jantungnya sendiri yang detaknya masih belum normal.
"Aa' g ramah buat jantung aku. Bahaya, bikin jantungku deg-degan."
Sudah setengah jam berlalu, kini Joel sedang memasak nasi goreng. Dimatikannya kompor listrik itu, dan mulai menata dua piring diatas meja. Satu untuk nya dan satu lagi buat kekasih nya.
Nasi goreng sosis, mudah-mudahan Hanenda menyukai nasi goreng buatannya itu. Bolehlah Joel berbangga diri, dikarenakan dia kadang membantu memasak nasi goreng di warung Abah.
"Adek, liat jas yang Aa' simpan semalam disofa?"
"Ah iya A'. Adek simpan di dalam kamar A'. Tunggu Adek ambilkan".
Setelah sarapan pagi, Hanenda lalu duduk disofa sambil memperhatikan Joel yang lagi sibuk mencuci piring kotor. Padahal Hanenda maunya Joel tidak usah mencuci piring itu biar dia saja. Tapi Joel memaksa dan menyuruh Hanenda untuk duduk tenang disofa.
Hatinya menghangat melihat Joel nampak dari belakang. Dia pun mulai berandai-andai, apabila suatu hari nanti mereka direstui oleh semesta. Begitu mungkin penampakan Joel yang tiap pagi memasak dan mencuci piring kotor mereka, dimasakkan oleh Joel, dan dia membantu Joel menata makanan mereka diatas meja makan.
🦋🐺

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.