Dua Mahkluk Menyebalkan

1 0 0
                                    

“Arin!” seru seorang siswi mengagetkan Marina yang sedari tadi duduk melamun, dengan gerakan malas Marina melempar pandang ke arah siswi di depan pintu yang tengah memasang wajah innocent, seolah-olah seruannya tidak menggangu orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Arin!” seru seorang siswi mengagetkan Marina yang sedari tadi duduk melamun, dengan gerakan malas Marina melempar pandang ke arah siswi di depan pintu yang tengah memasang wajah innocent, seolah-olah seruannya tidak menggangu orang lain

Marina menghela napas lelah, belum juga energinya terpenuhi usai dikuras habis oleh Gabriel si manusia rese, kini datang lagi satu mahluk asing dari entitas lain. Cewek yang sedang berjalan mendekat itu adalah sahabat karib Marina sejak dalam kandungan, anak dari sahabat ibunya.

“Kamu kok nggak bilang, kalau pindah sekolah hari ini!” seruan memekakkan telinga lagi-lagi keluar dari bibir gadis energik, yang sering Marina sebut monster.

“Aku lupa, semalam aku berbincang cukup lama dengan bang Ai di telepon, aku ketiduran dan tak sempat mengirim pesan untukmu.” ucap Marina santai membuat Karina menatapnya dengan wajah tak percaya. “Ah, bisa-bisanya kau mengatakan lupa dengan nada sesantai itu,” omel Karina dengan sebal yang hanya dibalas Marina dengan cekikikan geli.

“Ya, baiklah. Maafkan aku,” ucap Marina sembari mengacak-acak rambut Karina, menyebabkan gadis itu kembali memekik nyaring, hingga Marina harus menutup telinganya untuk melindungi diri dari suara cempreng sahabatnya.

Kedua gadis itu asik dengan dunia mereka sendiri, karena terlalu senang akan suasana reuni dadakan, mereka sampai tertawa cekikikan karena obrolan menarik yang tercipta, tanpa menyadari tatapan tajam dari seseorang yang sedari tadi memperhatikan dari balik kaca jendela kelas.

Cukup lama gadis bermasker itu memperhatikan keduanya, sebelum akhirnya ia berbalik pergi meninggalkan kelas IPA 2.

***


“Aku balik ke kelas dulu ya, bentar lagi udah mau masuk.” Karina berpamitan yang kemudian dibalas anggukan dari Marina. saat sampai di depan pintu ia kembali berseru, “pulangnya bareng aku ya!” lalu ia mulai melangkah menjauhi kelas IPA 2. Marina hanya bisa menggeleng pelan, tak habis pikir dengan sahabatnya yang selalu penuh energik.

Sembari menunggu guru, ia mulai berselancar di joystagram miliknya, matanya mulai jenuh memandang layar hp yang menampilkan postingan teman-teman dari SMU lamanya. Sampai akhirnya matanya yang jenuh berubah jadi bersemangat ketika postingan seseorang yang beberapa bulan belakangan mengusik hatinya muncul di beranda.

Saking bersemangat tangannya reflek membuka komentar, mengakibatkan hati yang tadi bermekaran menjadi remuk redam ketika membaca komentar dari akun Joystagram @Kayna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saking bersemangat tangannya reflek membuka komentar, mengakibatkan hati yang tadi bermekaran menjadi remuk redam ketika membaca komentar dari akun Joystagram @Kayna.

Saking bersemangat tangannya reflek membuka komentar, mengakibatkan hati yang tadi bermekaran menjadi remuk redam ketika membaca komentar dari akun Joystagram @Kayna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatinya menjadi tak karuan, ia langsung mematikan ponsel dan memilih menenggelamkan wajah di balik lipatan tangan, berharap kegundahan hatinya segera hilang.

“Hai, manis.” suara bisikan membuat Marina terkejut dan mendongak melihat siapa pelakunya, matanya membulat ketika mendapati wajah tampan Gabriel begitu dekat dengan wajahnya, bahkan hangat napasnya terasa menyentuh kulit mulusnya.

Ia segera menekan rasa gugup, tangannya menampar pipinya yang tembam, memaksa kesadarannya kembali, membuat Gabriel yang melihat menahan senyum gemas.

Setelah berhasil mengontrol diri, Marina mulai mengomel menumpahkan seluruh kekesalan pada cowok tampan yang masih memasang wajah tak berdosa di depannya, sampai-sampai Gabriel harus menyumpal mulut gadis itu dengan roti yang membuat pipinya menggembung.

Gabriel terkekeh geli melihat gadis itu bertambah menggemaskan, Marina mengunyah roti di mulutnya dengan raut wajah kesal. Gabriel yang sudah duduk di tempatnya menyodorkan minuman dingin tepat di wajah Marina, tetapi gadis itu menolak, memilih mengambil botol minumnya dan menenggak hingga tandas.

Gabriel menggeleng pelan, tak percaya ada perempuan yang menolak kebaikannya. Namun, bukannya tersinggung cowok tampan itu malah tersenyum. Ia meneguk minuman di tangannya sambil terus memandangi Marina. Marina yang kesal terus-menerus ditatap seintens itu, mengangkat tangan berniat memukul lelaki tampan di sebelahnya, tetapi terhenti ketika guru Seni Budaya memasuki kelas.

“Awas Lo!” ucap Marina penuh peringatan dengan alis tertekuk, seolah ingin mengirim alarm bahaya ke kepala lelaki itu, bukannya takut Gabriel malah memasang wajah menahan tawa.

To be continued...

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Daun TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang