Makna Rumah

0 0 0
                                    

Bagi sebagian orang, rumah adalah tempat pulang setelah beraktivitas seharian. Dan sebagian yang lain, memaknai rumah sebagai tempat dimana mereka menemukan kedamaian atas segala masalah yang telah menimpa diri.

Lalu, apa makna rumah bagi dirimu?

Dari pertanyaan itu, pasti muncul beribu jawaban yang berbeda-beda. Tapi yang pasti, rumah adalah dimana kita menemukan diri kita sendiri sebagai sosok yang tidak dipenuhi dengan kepura-puraan. Mengapa seperti itu?

Tanpa sadar, kita sendiri pernah membohongi keadaan yang kita alami dan menjadi diri yang lain untuk meyakinkan banyak orang tentang keadaan kita, walau sebenarnya tidak seperti itu. Bukankah itu hal yang sangat melelahkan untuk dilakukan terus menerus. Memangnya kita manusia yang seperti apa? Atau kita ini manusia yang diciptakan seperti super hero yang dapat menyelamatkan keadaan orang lain disaat kita sendiri butuh diselamatkan.

Apa kita manusia yang seperti itu?

Memang menjadi rumah bagi orang lain, membuat diri kita menjadi orang yang lebih berarti. Namun, sayangnya kita lupa untuk mencari sandaran untuk diri sendiri sebagai tempat untuk pulang. Seandainya, semua orang diberikan rumah yang sesuai dengan harapan mereka. Mungkin tidak akan ada yang mencari rumah di tempat lain.

Aku memaknai rumah sebagai tempat yang mengajarkan bagaimana rasanya bertahan untuk tetap hidup, walaupun dunia berusaha kuat untuk membuat ku mati oleh keadaan yang ada. Rumah, ya rumah yang ku tempati mungkin akan terlihat sebagai rumah yang diimpikan oleh banyak orang. Akan tetapi semua orang tak akan bertahan lama di dalamnya, hanya aku yang bisa bertahan sampai saat ini.

Apa pernah dalam benak ku untuk membadingkan rumah yang ku tempati dengan rumah yang lain? Jawabannya adalah sering, aku sering melakukan itu hanya untuk mencari alasan mengapa aku harus tetap disini. Rumah ku ternyata sangat berbeda, perlu digaris bawahi berbeda. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan, mengapa aku memiliki rumah yang seperti ini, keras, dipenuhi ego, sumpah serapah, kebencian, tangis, amarah dan banyak warna di dalamnya. Bahkan, aku kehilangan diriku yang sebenarnya karena tenggelam diantara warna yang tidak bisa aku sebut sebagai apa?

Aku kembali mempertanyakan makna rumah, setelah aku pernah memaknainya. Cara pandang ku berubah setelah banyak warna itu muncul. Aku bahkan, memaknai rumah sebagai medan peperangan. Dimana semuanya bertarung atas emosi yang berbeda-beda, dan aku yang tidak siap bertarung harus turun ke medan perang untuk bertempur. Aku berusaha bertarung dengan segala kepayahan ku, yah aku hanya manusia yang baru pertama kali hidup. Dan yang berperang dalam emosi ini juga sama, sama- sama baru pertama kali merasakan hidup. Hanya saja, cara mereka seolah seperti manusia yang pernah hidup sebelumnya.

Rumah menjadi sangat aneh ketika peperangan di mulai, semua menyiapkan strateginya masing-masing tapi tidak pernah menghasilkan kemenangan sebagai hasil akhir. Semua tiba-tiba berhenti tanpa adanya kata damai, seolah menjadi pertanda bahwa peperangan memang tidak akan pernah benar-benar berakhir.

Memang rumah akan menjadi tempat untuk pulang, namun bisa saja menjadi hal yang di hindari oleh beberapa orang. Semua rumah pada kenyataannya sama saja.Dalam artian, rumah memang punya masalahnya masing-masing. Namun, ada yang terlihat dan ada juga yang berusaha untuk ditutupi seolah tidak ada apa-apa didalamnya. Itu hanya sebagian cara manusia untuk bertahan dengan rumahnya.

Rumah semuanya memang berbeda dengan bentuk dan warna manusia yang juga berbeda. Tempat itu akan menjadi akhir untuk pulang. Entah dalam keadaan yang baik, atau dipaksa untuk menjadi baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manusia Dan DirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang