❇ 006 ❇

1.4K 124 1
                                    

Ketika seseorang mengatakan sesuatu yang tidak adil, itu bukan hanya tidak adil lagi tapi juga curang.

Nyonya Ibu Marquis Jacques memukul dada.

"Perempuan yang tidak punya apa-apa itu, pasti sangat ahli dalam urusan ranjang. Yang Mulia sampai menghabiskan malam pertama di kamar perempuan itu."

Mendengar perkataan ibunya, Sylvia panik. "Ibu, berhati-hatilah dengan ucapan ada."

"Aku tidak mau mendengarmu! Kenapa kita menunggu dan merendahkan diri kita? Oh, semuanya jadi sia-sia!"

Itu karena selama ini Sylvia menunggu Kaisar untuk menikahinya, namun sekarang, dia telah kehilangan pernikahan itu. Wajah Sylvia jadi memerah akibat sindiran yang tiba-tiba.

Semenjak Putri Kedua Kerajaan Unro ditetapkan menjadi Permaisuri, Nyonya Ibu Marquis selalu menyalahkan seperti ini.

Merasa malu, Sylvia lari ke kamar.

Marquis Jacques mengikuti adik perempuannya dengan matanya. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengejarnya, dan memutuskan lebih baik menemani ibunya, kepala dayang Istana Kekaisaran, daripada adik perempuannya yang merepotkan.

Dengan tenang dia memerintahkan para pelayan pergi. Kemudian, dia duduk di sebelah ibunya yang hendak berbaring, dia memelankan suaranya, dan mulai berbicara.

"Ibu, bukankah yang Mulia tidak mencari Permaisuri lagi setelah malam pertama?"

"Iya, tapi..."

"Jangan terlalu khawatir. Ingat siapa saya? Bukankah saya, Wakil Menteri dan Marquis Jacques? Setiap pergerakan Yang Mulia ada dalam genggam saya."

Ibu Marquis Jacques membuka sebelah matanya yang terpejam dan menatap anaknya.

Anak yang dapat dipercaya itu menepuk dadanya dengan penuh percaya diri dan tersenyum.

"Yang Mulia sama sekali tidak tertarik padanya."

"..."

"Itu berarti dia tidak menyukainya."

Tiba-tiba, Ibu Marquis Jacques sedikit mendekat ke arah anaknya.

"Bagaimana mungkin perempuan yang hanya bergaul sehari bisa mengendalikan Yang Mulia? Jika kita memberikan alasan yang tepat, Yang Mulia Kaisar akan menyingkirkan dia dengan tangannya sendiri. Ibu tahu seperti apa rasanya berhasil menuntun Yang Mulia, bukan?"

"...."

"Yang ibu butuhkan adalah alasan."

Ketika anaknya terus mengulangi ucapannya dengan penuh penekanan, Ibu Marquis Jacques akhirnya mengangguk.

"Baiklah. Kesalahan gadis itu sangat banyak. Pada waktu yang tepat, aku akan berbicara dengan Yang Mulia."

"Jangan tergesa-gesa, tunggu sebentar lagi."

Marquis Jacques tersenyum hangat dan mencium pipi kering Nyonya Terhormat.

Di mata Marquis Jacques, ada satu 'prinsip' yang dipegang oleh Kaisar yang menyelesaikan segala sesuatu berdasarkan kepentingan. Yaitu, apa pun yang merugikan negara harus dieliminasi segera.

'Karena itulah Kekaisaran sekarang menikmati kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.'

Kekaisaran Actilus, yang disangka akan runtuh di bawah kekuasaan seorang tiran, ironisnya saat ini malah bersinar paling gemilang. Sampai-sampai orang di luar istana keliru menganggap Raniero sebagai Raja yang bijak.

Sementara itu, Permaisuri malah bermalas-malasan, dan hanya mencari dayang dari negara asalnya?

Siapa pun yang melihat hal tersebut akan berpikir bahwa itu merugikan kemakmuran Actilus.

Kaisar GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang