Joo Hyun baru saja selesai membersihkan diri. Ia sudah makan malam dengan ramen dan Kimbab. Kini ia duduk di atas kasurnya. Bersandar di dinding di dekat jendela. Ia memperhatikan bulan yang mulai tertutup mendung. Ia menghela napas.
Ia sama sekali tidak menyangka jika tadi, ia bisa bertemu dengan Seokjin di panti. Saat melihat wajahnya, Seokjin seolah kehilangan ekspresi. Ia sebenarnya ingin mengobrol lebih lama dengan laki-laki itu. Tapi, Seokjin terlihat sekali ingin menghindar darinya.
Joo Hyun tersenyum tipis. Tentu saja Seokjin akan melakukan hal itu. Bagaimana tidak? Berbicara dengan mantan kekasih yang dulu tiba-tiba menghilang tanpa kabar, tentu saja dia tidak akan mau melakukan itu.
Sebenarnya, menghilang tanpa kabar bukanlah kemauan Joo Hyun. Tapi, karena kematian orang tuanya yang begitu tiba-tiba, membuatnya mau tidak mau harus meninggalkan Seoul bersama adik kandungnya. Ia berhenti kuliah dan harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sang adik yang kala itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Joo Hyun harus mengurusi kedai peninggalan orang tuanya demi menyambung hidup. Tapi karena ia tidak terbiasa melakukannya, akhirnya kedai itu harus kehilangan pelanggan. Mereka kecewa dengan rasa masakan yang dibuat oleh Joo Hyun.
Tanpa adanya pemasukan, Kedai peninggalan oleh orang tuanya harus ia tutup. Dan demi membayar hutang, kedai itupun di jual. Ia dan adiknya harus pindah ke rumah kontrakan yang lebih kecil.
Beruntungnya, sang adik tidak pernah mengeluh. Ia tidak menuntut ini dan itu pada sang kakak. Adiknya itu sudah mengerti bahwa hidupnya sudah tidak sama lagi seperti dulu. Ia dan sang kakak harus pandai-pandai mengatur uang agar bisa memenuhi kebutuhan mereka.
Demi mencukupi kebutuhan sekolah adiknya, Joo Hyun kadang-kadang bekerja part time sebagai pelayan restoran, menjadi guru les anak-anak sekolah dasar. Penghasilan yang di dapatkannya bisa ia gunakan untuk membayar uang sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Tiga tahun lalu, setelah berhasil menjadi seorang guru sekolah menengah pertama, adiknya menikah dengan teman kuliahnya yang juga menjadi guru di sekolah yang berbeda. Mereka pindah lagi ke Daegu karena mereka ditugaskan di sana.
Joo Hyun merasa bahagia karena berhasil menyekolahkan adiknya hingga berhasil menjadi guru. Ia selalu berdoa demi kejayaan sang adik dan suaminya.
Akhirnya, Joo Hyun memutuskan untuk kembali ke Seoul. Ia tinggal di sebuah kontrakan kecil dan mulai hidupnya dengan bekerja apa saja. Hingga akhirnya, sekitar sebulan yang lalu ia mendapat pekerjaan untuk menjadi karyawan di panti asuhan. Ia menjadi pengajar sementara dan bertugas mendongeng untuk anak-anak saat waktunya tidur siang.
Joo Hyun benar-benar menikmati apa yang ia lakukan bersama anak-anak panti. Sampai akhirnya ia bertemu dengan laki-laki itu. Seokjin, yang wajahnya tidak pernah berubah sejak jaman masih kuliah dulu.
Melihat sosok Laki-laki itu, jujur saja, perasaan yang dulu pernah ada, seketika bersemi kembali. Ia masih mencintai Seokjin dengan sepenuh hati. Setelah meninggalkan Seoul, Joo Hyun tidak pernah melupakan perasaannya pada Seokjin barang sehari pun. Ia benar-benar merasa sangat sakit harus meninggalkannya begitu saja.
Ia sadar, apa yang sudah dilakukannya pada Seokjin adalah kesalahan fatal. Sebesar apapun ia mencintai laki-laki itu, fakta bahwa ia menyakitinya tidak akan pernah hilang. Apa yang sudah dilakukannya benar-benar tidak bisa dimaafkan.
Netra Joo Hyun tiba-tiba mengabur. Bayangan saat ia dan Seokjin masih bersama-sama memenuhi pikirannya. Ia merindukan senyum yang menghiasi bibir Seokjin untuknya. Ia merindukan segala hal yang ada pada dirinya. Ia ingin mendengar Seokjin memanggil namanya. Tak bisakah ia merasakan hal itu sekali lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Closed Heart
FanfictionSeason 2 Cerita Can I Hope? Kim Seokjin dan Bae Joo Hyun dipertemukan kembali secara tidak sengaja setelah 8 tahun berpisah. Keduanya sama-sama terkejut dan menjadi begitu canggung saat berbicara. Seokjin bahkan bersikap acuh tak acuh pada gadis itu...