Prologue : Vanished

397 12 4
                                    

Prologue : Vanished

Kram tidak pernah tersesat di hutan sebelumnya, dan kegelapan tidak pernah membuatnya takut. Tapi malam ini, bibirnya sangat kering, jantungnya berdetak lebih keras, duri itu menempel di kakinya, dan darah mengalir deras. Hutan yang pernah sekali dia kunjungi sangat berbeda di tengah gelapnya malam.

Pemuda itu menangis, bukan karena dia takut mati, tetapi karena dia merasa kecewa.

“Ini hanya sebuah legenda, aku sangat bodoh jika percaya akan hal itu….” Kram mengusap air matanya.

“Mengapa aku belum mati?” Dia menggertakan giginya dan menyalahkan dirinya sendiri.

Hati Kram sakit dengan ketidakhadiran kekasihnya, yang telah pergi dari dunia ini. Tidak ada seorang pun di rumah yang menyambutnya dengan cinta dan kehangatan, mengingatkannya pada kedalaman kehilangannya. Air mata baru bercampur dengan jejak air matanya yang telah kering, dan mengalir di wajahnya. Jika dia memanjat bukit di depannya, dia akan menemukan tempat terbuka yang mengarah ke rumah kayu yang dikelilingi oleh tiga puncak tinggi pegunungan Ing-End.

Kram tidak pernah bisa sepenuhnya memahami mengapa dia ditarik untuk tersesat di hutan ini, meskipun dia sudah akrab dengannya sejak kecil. Area ini telah dimiliki secara pribadi, tetapi setelah pemiliknya menghilang, menjadi lebih mudah untuk datang dan pergi ke Moon Shadow Cave.

Berbicara tentang gua ini, penduduk desa sering menyebutnya bahwa itu …

Gua berhantu….

Gua iblis…

Gua mistik…

Dan berbagai nama lainnya, tergantung pada nama mana penduduk desa yang ketakutan itu ingin menyebutnya.

Pemuda itu mengesampingkan pikirannya yang mengembara saat dia menghadapi bukit kecil di depannya. Dia harus berkonsentrasi untuk mendaki medan curam. Ketika dia akhirnya berhasil, dia bertemu dengan pagar kawat berduri yang kuat dan mengesankan, tidak seperti apa pun yang pernah dia lihat sebelumnya.

Selama beberapa tahun terakhir, pagar kawat berduri telah runtuh di beberapa tempat karena kurangnya pemeliharaan. Namun, untuk beberapa alasan, pagar sekarang tampak kuat dan kokoh lagi, seolah-olah telah dirawat dengan baik.

Kram tidak punya waktu untuk disia-siakan! Dia dengan cekatan menyelinap melalui pagar, mengambil keuntungan dari bingkai kecilnya untuk membuat manuver mudah. Ketika dia mengangkat kepalanya, dia mendapati dirinya berdiri di jalan yang sering diinjak-injak oleh kerbau. Cahaya bulan bersinar cemerlang, menerangi sekelilingnya dengan cahaya lembut. Meskipun semuanya muncul hanya sebagai bayangan, Kram mengenali pemandangan yang familiar itu dengan mudah.

Dia telah menemukan jalan keluarnya! Tanpa ragu, Kram mulai berjalan menyusuri jalan, meski terlihat tidak menyenangkan dan menakutkan.

Di depan Kram adalah dataran terbuka yang dikelilingi oleh tiga gunung: Ake, To, dan Three, tiga puncak dari pegunungan Ing-En yang menjulang tinggi. Sekilas, Kram merasa jantungnya sudah berhenti berdetak.

Ini ... di sinilah rumahnya seharusnya. Rumah keluarganya, rumah yang dia tinggali dengan kekasihnya, rumah yang dia tinggali dengan ayahnya.

Tapi kenapa? Mengapa seluruh rumah kayu menghilang tanpa jejak?

‘Bagaimana itu bisa terjadi!’

Pemandangan itu masih sama. Pohon Bodhi besar di depan rumah masih berdiri tegak, aliran sungai masih mengalir melewati rumah masa kecilnya. Semuanya sama kecuali fakta bahwa rumah kayunya hilang, hanya menyisakan sepetak rumput yang tumbuh tinggi, seolah-olah tidak ada yang pernah menginjakkan kaki di atasnya…

Kram jatuh berlutut, air mata mengalir di wajahnya.

'Itu tidak mungkin!’

DUA DUNIA ( 2 WORLDS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang