"Shit! You are mine, Athar Keanu Abryan Panjaitan. HAHAHA!" terdengar suara tawa mengerikan yang berasal dari ruangan dengan lampu yang temaram.
Tampak seorang gadis dengan rambut sepinggang menghadap ke arah tembok yang dipenuhi banyak sekali foto laki-laki.
Gadis itu menatap foto laki-laki yang sangat ia cintai dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, terlihat seringai mengerikan yang terbit di bibirnya.
"I'm obsessed you? Yes! Yes i'm," ucapnya.
***
"ARGHHH, SAKITTT!" suara raungan kesakitan memenuhi ruangan.
Seorang gadis memegangi kepalanya yang berdenyut. Kepalanya terasa sangat sakit dan seolah akan meledak. Ia terus saja mengumpat, tubuhnya terhuyung saat berjalan menuju sebuah laci kamarnya.
Posisi laci tersebut tidak terlalu jauh darinya, namun gadis itu sudah tak tahan dengan rasa sakit yang kian menjalar ke seluruh kepalanya.
Gadis itu mengambil sebotol obat dari sana, membuka tutup botol tersebut dan mengeluarkan beberapa pil dari dalamnya dan segera memasukan semua pil yang ia genggam ke dalam mulutnya. Pil tersebut adalah obat dosis tinggi.
Setelahnya gadis itu terdiam, ia merasakan rasa sakit pada kepalanya yang perlahan mereda.
"Padahal gue bukan kali pertama ngerasain sakit ini, tapi kenapa rasanya masih sesakit ini?" tanyanya pada diri sendiri.
Perlahan ia bangkit, sedikit terhuyung yang membuatnya hampir terjatuh karena rasa sakit yang belum sepenuhnya hilang. Ia menatap dirinya pada sebuah kaca, menampakkan keadaannya yang sangat kacau.
Gadis tersebut mengendus, "lo lemah, Lang!"
Gadis yang diketahui bernama Langit mengacak rambutnya frustasi, gadis itu sedang dalam keadaan sangat marah sekarang, marah pada dirinya sendiri.
"ARGHH!"
"LO LEMAH LANG, LEMAH!"
"LO LEMAH LANGIT BASKARA, CIH!" racaunya. Ia berteriak, suaranya memenuhi ruangan.
Seringai mengerikan terbit di bibir gadis itu. "Sick!" decaknya.
Langit menatap foto yang tergantung di dinding, tangannya terangkat guna meraih foto tersebut dan membawanya dalam pelukannya.
Pandangan Langit menjadi sangat buram akibat air mata yang memenuhi pelupuk matanya, gadis itu sekuat yang ia bisa menahan tangisnya. Dalam keadaan seperti ini ia hanya bisa menangis, meski sebenarnya ia enggan untuk menangis.
Persetan dengan itu semua, Langit merasakan perih yang menjalar di jarinya, tetesan darah terus keluar dari tangannya yang menggenggam sebuah pisau.
"Gue cinta sama lo, Bry." ucapnya parau disusul dengan air mata yang mengalir deras. Tubuh gadis itu terkulai lemas dan ambruk di lantai.
Darah dari tangannya tak henti keluar, semakin banyak dan banyak, sepertinya lukanya cukup dalam.
Mengerjap beberapa kali saat sadar setelah hampir satu jam dirinya tak sadar. Langit berusaha untuk duduk. Sekarang yang ia rasakan hanya sakit pada kepalanya serta tangannya, ia melihat ke jemarinya yang masih banyak noda darah yang telah mengering.
Gadis itu mendengus, dengan malas ia berdiri untuk membersihkan tangannya.
"Amis," lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED YOU, ABRYAN [END]
Short StoryBagaimana mungkin aku terus jatuh dan semakin jatuh padamu? Mengabaikan kebencian yang kamu tunjukkan padaku. Bahkan sejauh mana kita saling pergi dan meninggalkan, serta masa kita yang kini telah usai tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku. Aku men...