Langit berjalan cepat masuk ke dalam toilet cafe, saat ini ia sedang berada di salah satu cafe kota Jakarta.
Ia mengeluarkan sebuah botol yang berisikan pil, mengeluarkan beberapa butir dari dalamnya dan melahapnya. Gadis itu menetralisir nafasnya yang tadi sempat menggebu, ia tidak mau jika harus merasakan rasa sakit yang sangat ia benci.
Setelah dirasa mampu, Langit keluar dari toilet dan kembali duduk di kursi yang ia duduki sebelumnya. Mata hitam legamnya menatap tajam laki-laki yang duduk tak jauh darinya. Langit terus menatap laki-laki tersebut bahkan berkedip saja ia enggan.
"Gue balik, Bryan," Monolognya.
Langit terus menatap Bryan, tatapannya tak sedikit pun beralih dari laki-laki tersebut. Dada Langit tiba-tiba terasa sesak, gadis itu rasanya sangat ingin memeluk Bryan namun hal tersebut tidak mungkin untuk ia lakukan.
Langit menitihkan air matanya namun dengan cepat air matanya ia hapus. Badannya terasa lemas, bahkan kakinya pun gemetaran.
"Gue bukan cewek lemah!"
Langit mengernyit saat melihat perempuan asing yang tiba-tiba datang menghampiri Bryan, perempuan tersebut terlihat sangat akrab dengan Bryan.
Tatapan Langit menajam saat tangan perempuan yang tidak ia kenal itu dengan lancang memegang dan menggenggam jemari Bryan. Sang empu yang merasa tidak nyaman segera menepis tangan yang mengusiknya.
Langit yang melihat hal tersebut tersenyum puas, "Mau deketin milik gue ternyata, lo pikir lo mampu? Gak akan!" Desisnya.
Merasa diperhatikan oleh seseorang, perempuan yang bersama Bryan menoleh ke kanan dan kiri hingga tatapan matanya bertemu dengan gelapnya netra hitam Langit yang sangat tajam menatapnya, membuat sang empu yang ditatap meringis.
Langit bangkit dari kursinya dan melenggang pergi. Perempuan yang sedari tadi merasa tidak nyaman tersebut terus memperhatikan kepergian Langit.
Bryan yang sadar akan gelagat aneh dari perempuan di sampingnya kemudian menoleh dan menatap bingung. "Kenapa, Ci?" Tanya Bryan.
Cici tersentak, ia gelagapan menjawab pertanyaan Bryan. Laki-laki tersebut memilih acuh menanggapi jawaban perempuan di sampingnya.
"Gue cabut dulu ya, Yan!" Pamitnya pada Bryan.
Bryan mengangguk mengiyakan, ia sebenarnya merasa terganggu akan kehadiran Cici.
Cici keluar dari cafe, ia mengernyit menatap punggung gadis yang sepertinya tidak asing baginya. Cici menepuk pundak gadis itu yang seketika mampu membuat matanya membulat sempurna saat seringai serta tatapan mengerikan ia dapatkan dari gadis di hadapannya.
"Hai, Cici? Gue Langit." Ucap gadis tersebut segera melenggang pergi meninggalkan Cici yang diam tak berkutik di tempat.
"La-langit?" Monolognya.
"ARGHHH! SIALAN"
"SHITT! BRENGSEK!"
"GUE GAK BAKAL BIARIN LO RUSAK RENCANA GUE!"
Umpatan demi umpatan memenuhi ruangan dengan pencahayaan yang minim, bahkan ruangan tersebut dipenuhi oleh pecahan kaca yang berserakan dimana-mana.
"Lo salah lawan gue, lihat aja permainan gue!"
***
"Langit Baskara?" Ucap Cici lirih.
Mendengar nama yang tidak asing baginya disebut membuat Bryan menoleh ke arah sumber suara, Bryan menatap tajam ke arah Cici.
"Kenapa, Bry?" Tanya Cici heran yang hanya dibalas gelengan oleh Bryan.
Raut wajah Cici seketika berubah, "Menarik," Ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED YOU, ABRYAN [END]
Short StoryBagaimana mungkin aku terus jatuh dan semakin jatuh padamu? Mengabaikan kebencian yang kamu tunjukkan padaku. Bahkan sejauh mana kita saling pergi dan meninggalkan, serta masa kita yang kini telah usai tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku. Aku men...