Kilas Balik

122 17 3
                                    



- 1

Suara bersin terus menggema didalam sebuah ruangan, malam semakin larut cuaca semakin dingin dan Jihyo semakin mengeratkan selimutnya. Benar benar tenggelam dalam selimut.

Ada yang salah dengannya hari ini, ia rasa karna hari ini ia sibuk mengurus kasus kliennya yang semakin ribet. Sebagai pengacara tentu ia bertekad penuh untuk memenangkan persidangan. Cuaca hari ini sungguh labil, ditambah lagi ia hanya sempat makan dua bungkus roti tadi siang. Ia pikir itu akan cukup. Namun siapa sangka, malamnya ia tidak keluar kamar karna badannya terasa tidak enak.

Pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita yang mendekati ranjang, memperhatikan wanita lainnya yang masih bergulung di selimutnya.

"apa kau tidak makan malam?"

Sementara yang ditanya hanya menjawab dengan gelengan, Sana tentu bisa melihat gelengan tersebut walaupun hanya sekilas.

Sana memilih untuk mendekati Jihyo, tangannya terulur hendak memeriksa suhu tubuh Jihyo melalui kening wanita tersebut.

"kau demam"

Jihyo kembali menggeleng.

Sana menghela nafasnya dan berkata, "aku tidak bertanya, aku memberi tau bahwa kau demam"

Jihyo reflek membuka matanya dan menatap Sana, "terimakasih informasinya" setelah mengatakan itu ia kembali menutup mata berusaha tidur berharap sakit kepalanya mendadak hilang, sehingga ia bisa kembali bekerja esok hari.

Sana keluar dari kamar menuju dapur. Mengambil makanan untuk Jihyo, kompres hangat, dan obat untuk meredakan sakit kepala dan menurunkan panas tubuh. Sana kembali masuk ke kamar, meletakkan segala keperluan Jihyo diatas meja kecil dan mulai membangunkan Jihyo.

"aku sudah membawakan kau makanan"

Jihyo kembali menggeleng, "tak perlu repot-repot, San"

"penolakan kau tidak berguna karna aku sudah membawakannya. Jika kau tak mau makan kau kembalikan saja makanan ini ke dapur"

Reflek Jihyo membuka mata.

"sekarang bangun dan bersandar lah"

Jihyo memilih menurut. Tangan Sana berada di punggungnya membantu ia untuk duduk dan bersandar. Setelah ia merasa Jihyo sudah nyaman dengan duduknya, ia sedikit menggeser selimut Jihyo.

"tapi aku tidak selera untuk makan, San" Jihyo mengeluh, memperlihatkan sisinya yang lain.

"yasudah, kau sakit sampai seminggu kedepan"

"kasus mu tidak selesai-selesai"

"kau hanya akan berbaring lemah diatas kasur dan tidak melakukan apa-apa"

"dan jangan berharap aku terus mengurusi dirimu setiap hari"

Jihyo menatap sinis Sana (sebenarnya tidak sinis, namun kecewa)

"padahal aku ingin kau mengurusi diriku setiap hari" Jihyo menjawab dengan sedikit tertawa. Sementara Sana memutar matanya malas mendengar jawaban Jihyo.

"ku pastikan ini yang terakhir" Sana membalas dengan tatapan datar dan reflek meletakkan piring yang sedari tadi ia pegang.

"kau sungguh kejam"
Jihyo kembali menjawab dengan kekehan kecil. Senang rasanya menggoda Sana dan membuat ia kesal.

"kau mau aku suapi atau kau mau menyuapi dirimu sendiri?

"aku akan menunggumu selesai makan"

Jihyo tersenyum kecil, dan menggaruk belakang lehernya yang sebenarnya tidak gatal.

Don't Blame Me; SahyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang