BYUR!
Dinginnya air menusuk pori-pori, ringan, namun terasa semakin dalam. Emma merasakan tubuhnya remuk, organnya seolah mati. Dengan pandangan yang samar, ia melihat cahaya rembulan yang semakin menghilang. Menghilang dalam gelap, atau mungkin dirinya yang semakin ditarik ke dasar danau. Fakta bahwa dirinya tak bisa berenang sangat merugikannya di saat-saat seperti ini.
Hanya tinggal hitungan detik sampai air telah memasuki semua indra nya. Bersiap untuk kehilangan kesadaran sepenuhnya, samar ia mendengar suara getaran keras dari dasar danau. Semakin keras, semakin kencang. Emma merasakan tubuhnya semakin ditarik ke dasar, seperti ada sesuatu yang menariknya.
Matanya kini menutup sempurna, bersamaan dengan gelembung-gelembung udara yang keluar dari mulutnya. Namun tak lama setelahnya, suara dentuman keras terdengar dari dasar danau, cahaya merah tampak menyala terang, membuat air seolah menjadi darah. Dan bersamaan dengan itu mata Emma kembali terbuka lebar karena merasakan punggungnya yang seperti dihantam batu besar.
BUM!
Suara itu menghasilkan energi dorong yang kuat. Sebuah ledakan air tampak dari tepi danau, dengan tubuh Emma yang juga ikut terlempar ke tepi.
"UHUK! UHUK! HAH!...HAH..HAH!"
Ia meraup oksigen sebanyak yang ia bisa. Sembari menepuk-nepuk dada, Emma mencoba mencerna kejadian yang baru saja ia alami.
Apa dan bagaimana sebuah danau bisa meledak dari dasar? Apakah ada bahan peledak yang dibuang di danau? Ataukah ada gunung berapi aktif dibawah danau? Ah itu tidak mungkin.
Merasa baikan, Emma terduduk sambil menyeka sisa-sisa air di wajahnya. Barang-barangnya terapung diatas danau. Ia jelas memilih untuk merelakannya, toh juga kalau mau diambil dia tak bisa berenang.
"Monster sialan, sudah jelek menyusahkan pula!."
Emma beranjak, dengan tertatih-tatih ia berjalan menuju sebuah pohon dengan niat untuk beristirahat sejenak. Semburat kemerahan membelah langit yang masih gelap, dan ia berada di tengah hutan, sebenarnya jika situasinya berbeda itu sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan. Masa bodo dengan monster-monster yang mungkin akan datang dan menyantapnya, ia hanya ingin istirahat.
Asik menikmati pemandangan, ia dikejutkan dengan sebuah ransel yang jatuh tepat di sebelahnya. Emma mengelus-elus dadanya. Ia mendongak ke atas, gelap, hanya ranting dan dedaunan pohon lebat yang ia tangkap. Perlahan tangannya bergerak meraih ransel itu, tampak familiar.
"HUAAA BAGIMANA INI!?"
Emma tersentak kebelakang sekali lagi, berdiri, melihat sekeliling dengan tatapan penuh kewaspadaan. Apa itu hantu? Memangnya ada hantu di dunia Mortal? Ia menajamkan indra pendengarannya guna mencari sumber suara. Depan, belakang, kanan, kiri, bawah, tidak ada. Atas?
"TOLONGG!"
Emma menyipitkan matanya, mencari sosok dibalik dedaunan. Sekitarnya mulai terang, sedikit memudahkannya untuk melihat. Ia melihat Solarhea yang terduduk di salah satu dahan pohon sambil memeluk batang pohon. Ia tampak ketakutan, mungkin menangis?
"HEY SOLAR!? APA ITU KAMU? APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN DISANA? MENEBANG KAYU? ATAU SEDANG MENUNGGU TELUR MERPATI MENETAS ?"
Solarhea menoleh mendengar namanya dipanggil. Samar, ia langsung sumringah sesaat kala menyadari itu adalah salah satu teman seperberangkatannya, lantas wajahnya berubah masam.
"SELERAMU BURUK SEKALI, APA TIDAK ADA NAMA PANGGILAN YANG LEBIH BAGUS!? DASAR WIBU!"

YOU ARE READING
AMOR FATI: The Myth Of Demigod
Historical Fiction"Untuknya yang terjebak dalam lingkaran takdir serta Kepadanya yang hilang dan melebur dalam keabadian." Start: 20-11-2023 End: - Warning ⚠️: • Random cast • Harsh words • Imagination • Non baku • Baku Tahap revisi.