0.2

622 99 13
                                    

Semesta Azizi menyeret langkahnya ke dalam rumah. Kesunyian kali ini menyambut kepulangannya, tidak ada senyuman hangat khas Chika yang menantinya pulang.

Karena Yessica Amora sedang kembali berjuang di rumah sakit.

Sedih, sakit? Sudah jelas. Azizi merasakan itu beberapa hari ini.

"Sewaktu-waktu aku bisa aja ninggalin kamu, makanya dari sekarang, tolong lapangin hatinya buat nerima segala kemungkinan buruk aku."

Azizi menggeleng pelan ketika perkataan Chika beberapa hari yang lalu terputar di kepalanya. Chika tidak boleh meninggalkannya, Chika harus tetap bertahan disini. Bersamanya.

Helaan nafas panjang Azizi keluarkan. Dia mulai membuka lemari milik nya dan juga sang istri. Mengambil beberapa pakaian untuk di bawa ke rumah sakit.

Tidak memiliki banyak waktu, Azizi bergegas bersih-bersih, karena setelah ini ia harus kembali ke rumah sakit untuk menemani wanita terkasihnya.

Memang tujuannya pulang hanya untuk mengambil pakaian ganti.

Semua dirasa telah selesai, Azizi kembali meninggalkan rumah yang beberapa hari ini di biarkan kosong. Dia kembali menancap gas menuju rumah sakit.


•••°°•••




Christiar memandang Chika dengan tatapan rapuh. Dia berada di ruangan ini untuk menggantikan Azizi yang sedang pulang.

Pelan-pelan, Tiar menggenggam tangan Chika dengan lembut. "Tolong bertahan, untuk diri kamu, juga mas Zizi.. aku gak bisa liat mas Zizi sedih mbak."

Sang pemilik tangan masih betah menutup mata, entah kapan mata cantik itu akan terbuka dan menatapnya dengan tatapan teduh.

Suara pintu terbuka dapat Christiar dengar. Genggaman tangan itu segera ia lepaskan. Tiar mengulas senyum tipis pada sang kakak yang baru saja tiba.

"Mas bawa makan, sana makan dulu."

"Mas udah makan?"

"Belum, nanti aja."

"Ayo makan bareng aku. Kalo mas sakit, siapa yang bakal jaga mbak Chika?"

Kakak beradik itu akhirnya makan bersama, meskipun Azizi hanya makan beberapa suap. Melihat istrinya terbaring lemah seperti itu membuat nafsu makan Azizi hilang, pikirannya semrawut.

"Abisin, makan yang banyak." kata Azizi pada Tiar.

Azizi bangkit dari duduknya menghampiri Chika. Ia tatap wajah tenang istrinya cukup lama.

Tiar menghela nafas melihat punggung rapuh kakaknya. Kecelakaan itu benar-benar merubah banyak hal.

"Aku butuh kamu, Moraa. Tolong bangun." lirih Azizi.




•••°°•••





"Mass.."

Azizi yang semula sibuk dengan laptopnya sontak mengangkat kepala, senyumnya merekah sempurna melihat sang istri terbangun dari tidur panjangnya.

"Sayang, apa yang sakit? Bilang sama mas.." Azizi lantas berdiri dan menghampiri ranjang tempat istrinya berbaring.

Yang di tanya menggeleng lemah dengan tatapan sayu, wajahnya pias. Namun kecantikannya tidak pernah luntur.

365 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang